Presiden Jokowidodo kedepannya walaupun masih akan tetap menghadapi pusaran politik, namun dengan gayanya yang khas Jokowidodo, secara pelan tapi pasti semua masalah kegaduhan, kekisruhan politik, tampaknya akan dapat diatasinya dengan damai dan bermartabat, tidak ada yang dirugikan atau merasa menang sendiri, kuncinya ada pada Presiden Jokowidodo, kunci yang yang bisa diketahui umum, adalah yang melekat pada diriSang Presiden, sabar, tidak pemarah, memaafkan, rendah hati, yang cerdas, dan senantiasa membangun dan mempererat silahturahmi.
Melalui pendekatan yang khas Jokowi, dan yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Hubungan antara koalisi Merah Putihdan Pemerintahan Jokowi-JK membaik, Bapak Jokowi telah memulai melakukan lobi-lobi intensif kepada semua pimpinan DPR, DPD, dan para pimpinan MPR, hasilnya sangat positip. Dengan kubu Koalisi Merah Putih juga dilakukan dengan mengadakan silaturahmi Jokowidodo & Aburizal Bakrie.
Suasana yang sangat kondusif mewarnai 2 tokoh penting dalam membangun Indonesia kedepan.Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais sudah mulai tampak perubahan sikap, selama ini reaksi yang disampaikandalam kritik sangat tajam, kini membuka diri berpeluang menggabung dengan Koalisi Indonesia Hebat.
Ketua Presidium Koalisi Merah Putih Prabowo di perkirakan akan mengadakan pertemuan dengan Presiden terpilih Jokowidodo. Bila rencana pertemuan Jokowi dan Prabowo dapat terealisasi, maka peta perpolitikan di masa pemerintahan Presiden Jokowidodo, akan berubah sama sekali, yang semula diliputi suasana suram, tak menentu, banyak spekulasi-spekulasi yang bombardier, kedepan akan menjadi terang damai menuju Indonesisa Hebat.
Politik “Meja Makan”
Pendekatan politik meja makan Jokowidodo telah dikenal masyarakat secara luas, terutama dikalangan para pebisnis dari berbagai tingkat, menjamu tamu makan di rentoran sekaligus berbicara masalah bisnis diantara mereka, sudah bukan lagi menjadi rahasia umum lagi, hal yang sama juga sering dilakukan oleh para politisi di parlemen. Bedanya yang dilakukan Jokowi lebih berorientasi kerakyatan dan menjalin silahturahmi efektif, bukan untuk kepentingan pribadi, atau keuntungan segolongan tertentu atau yang lebih bersifat materi saja.
Kalau boleh diganti dengan kata-kata sederhana, yang dilakukan oleh Jokowi berasal bukan hanya berasal dari daya kerja dan kecerdasan otak yang tingi jauh diatas rata-rata, tetapi yang paling mendasar adalah lahir dari lubuk hati yang paling dalam, yaitu cinta-kasih, keihlasan, pengorbanan, pengabdian. Semua dilakukan untuk bangsa dan negara, untuk kepentingan rakyat.
Sehingga hasilnyapun sangat jauh berbeda apabila hendak diperbandingkan dengan orang atau para pebisnis maupun politisi di parlemen. Yang di lakukan oleh para pengusaha bertujuan untuk menambah tebal isi kantongnya, demikian pula yang dilakukan anggota DPR, memperoleh jatah bagi-bagi kursi, jabatan, uang, dan sejenisnya dengan menghalalkan segala cara.
Demikian kurang lebih lobi ala Jokowi, yang menjadi sangat populer disebutkan banyak orang sebagai “politik meja makan”, dan ada yang menyebutnya sebagai lobi politik meja makan ala Jokowi. Intinya politik meja makan ala Jokowi telah memberikan bukti nyata dengan hasil yang baik, tanpa menimbulkan ketegangan-ketegangan, dan berakhir dengan aman dan damai. Lobi-lobi yang sangat efektif sebaga cara berkomunikasi.
Banyak pihak yang memberikan apresiasi tinggi kepada Jokowidodo baik ketika beliau menjabat sebagai wali kota Solo, maupun saat menjadi gubernur DKI. Masalah-masalah yang semula dianggap rumit bahkan mustahil untuk dapat diselesaikan, ternyata malah berakhir tuntas denga aman dan damai. Di Solo para PKL sekarang tertata dengan apik, demikian juga yang ada di DKI pemukiman liar sekitar waduk pluit, dapat dipindah ke rusun, semua itu tidak lepas dari cara efektif yang dilakukan Jokowidodo, yaitu dengan politik meja makan, atau strategi politik meja makan.
Yaitu dengan cara menjalin silaturahmi disertai makan bersama dalam satu meja, si empunya gawe mendengarkan curhat dan unek-unek, tidak ada adu kuat-kuatan dalam berargumentasi, tidak ada “sopo ingsun sopo siro” (siapa saya siapa kamu, sifat yang menunjukan keangkuhan, kesombongan).Barangkali agak mirip-mirip dengan filosofi kejawen, yang pernah diperkenalkan oleh RM Panji Sosrokartono (1877-1952) sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, yaitu pada poin ke 4 , menang tanpa ngasorake.