Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Konspirasi Besar Penghancuran KPK, dan Fitnah kepada Megawati

13 Februari 2015   12:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:16 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KPK dan Jaringan Koruptor

KPK benar-benar diambang bencana kehancuran, sekarang semakin parah, bukan hanya lembaganya yang akan diberangus, tetapi menjurus kepada ancaman pembunuhan orang per orang. Benar-benar tidak bisa dianggap sepele. Presiden Jokowidodo harus segera mengambil tindakan pencegahan dengan memerintahkan Polri jika perlu melibatkan unsur TNI untuk memberikan perlindungan kepada pejabat KPK dan karyawannya.

Kini yang dihadapi KPK tidak main-main. Mereka merupakan penjahat-penjahat terlatih yang menggerogoti kekayaan negara dengan segala cara. Secara berkesinambungan tak terputus sejak masa Orde Lama hingga pemerintahan Jokowi-JK. Bentuknya sudah merupakan organisasi kejahatan yang terselubung, sangat rapi dan menggunakan perangkat teknologi maju.

Terselubung karena berlindung di banyak organisasi formal, dari swasta hingga lembaga pemerintahan. Seperti Kementerian Agama yang menjerat menterinya SDA dan SAM. Para penjahat di lembaga penegakan hukum, lembaga agama, mereka berperan ganda dan bermuka seribu. Beberapa koruptor membentuk kelompok dan bersinergi dengan birokrasi busuk, penjahat politik, serta pejabat negara.

Pelakunya sedemikian masif dari tingkat daerah sampai dengan pemerintahan pusat. Antara satu dengan lainnya berupaya saling melindungi. Jaringan ini lebih jahat dibandingkan dengan jaringan kejahatan narkotika. Lahan yang dikuasai demikian besar, semua sektor:pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, industri, pertambangan & sumber daya alam, jasa.

Pada awalnya masih berjalan sendiri-sendiri. Tetapi ketika pemerintahan Reformasi menggiatkan pemberantasan korupsi, para koruptor mulai membentuk kerja sama untuk saling melindungi, sehingga lembaga negara seperti Polri dan kejaksaan hanyadapat menyentuh ujungnya saja. Sedangkan yang tak tersentuh, seperti fenomenan gunung es. Sangat besar jika hendak menghitung kerugian negara akibat korupsi.

Dari semua sektor ekonomi karena kebocoran dan ulah para koruptor mencapai lebih dari dua puluh ribu triliun rupiah, sehingga Indonesia sudah masuk dalam negara terkorup nomor lima di dunia.

Jaringan korusi koruptor yang telahbersinergi dengan birokrasi busuk, penjahat politik, serta pejabat negara, membuat skenario yang bertujuan untuk mengebiri KPK dan lembaga hukum lainnya. Karena KPK dianggap sebagai penghalang utama, maka sasaran utama adalah melumpuhkan KPK itu sendiri dengan cara paling efektif menyusupkan orang-orangnya ke dalam lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Para penjahat politik dan koruptor yang ada di DPR, pemilik rekening gendut di Kepolisian, pelaku kejahatan perbankan di pusat dan daerah, semuanya satu tujuan hancurkan KPK, bubarkan KPK, berikan dukungan kepada DPR dan Polri.

lembaga legislatif DPR menjadi kuda tunggangannyadikendalikan agar dalam urusan pembuatan undang-undang KPK, tentu saja isinya melemahkan kinerja KPK khususnya dan lembaga penegakan hukum lainnya. Seperti merevisi undang-undang KPK yang kesemuanya itu adalah usaha pelemahan KPK.

Langkah berikutnya adalah mengajukan kandidat tunggal kapolri yang telah didoktrin oleh jaringan koruptor kelompok pemilik rekening gendut, selanjutnya oleh komisi kepolisian nasional diajukan kepada Presiden untuk mengikuti uji kepatutan dan kelayakan oleh DPR yang sudah tercemar, tentu saja hasilnya meloloskan si calon kapolri tersebut.

Sebelum Uji Kelayakan akan dilakukan pertemuan-pertemuan, apa yang boleh dan tidak boleh selama menangani sustu kasus besar yang mengundang reaksi pro dan kontra di kalangan masyarakat luas. Misalnya BLBI, Century, dll.Agar mengikuti kemauan para koruptor.

Strategi dalam konspirator Besar

Strategi pertama “Divide Et Impera” menciptakan konflik KPK vs Polri dalam skenario yang berhubungan dengan kasus-kasus besar yang sedang ditangani oleh KPK, misalnya kasus-kasus besar yang menjadi sorotan publik terutama BLBI. Orang semula berspekulasi ada banyak konglomerat-konglomerat hitam yang bermain dalam konflik KPK-Polri, namun nyatanya memang demikian.

Tidak dapat dipungkiri, masyarakat lebih banyak yang mengetahui adaskenario besar kelompok koruptor BLBI dan politisi busuk yang telah menyusup bukan saja di partai berkuasa, dan didukung oleh para pemilik rekening gendut di lembaga kepolisian, untuk menghancurkan KPK.

Jadi konflik KPK vs Polri adalah strategi pertama sebuah skenario jahat. Korban pertamanya adalah BG yang sengaja dikorbankan yang menjadi umpan penyelamatan kasus besar BLBI. Selanjutnya menyusul BW dari KPK, serangan dilanjutkan dan yang menjadi korban para pimpinan KPK Abraham Samad, Pandu Praja dan Zulkarnaen.

Strategi kedua dari skenario besar adalah “Strategi Mengalihkan Perhatian”, dengan membuat para pejabat negaramulai dari presiden, masyarakat, Tim Sembilan Watimpres, anggota DPR yang jujur, bakalan terbuai, sehingga lupa untuk bersama membongkar BLBI , Century karena hanya dijejali kisruh KPK-Polri tiap harinya, yang tak kunjung selesai.

Sutradara konspirator BLBI berhasil untuk sementaramembuat skenariomenunda-nunda, mengulur-ulur waktu melalui siasat memecah belah KPK vs Polri, dalam waktu menunda itu si kelompok konspirator, memperalat Polri untuk menyita membongkar arsip BLBI, dengan tujuan pelenyapan dokumen. Namun masih untung hingga sekarang KPK masih dapat mempertahankan keutuhan dokumen BLBI.

Strategi ketiga dalam skenario besar konspirator BLBI adalah “siasat kambing hitam” yaitu menempatkan Megawati pada saatitu sebagai Presiden RI ke-5, sebagai orang yang harus bertanggung jawab utama BLBI dalampenjualan aset, divestasi, dan RnD(Release and Discharge), seharusnya disasarkan kepadasejumlah menterinyayangpatuh pada perintah IMF sehingga negara dan akhirnya masyarakat dirugikan berkali-kali.

Dalam strategi ketiga ini KPK terjerumus dalam isu yang di suarakan oleh pengamat konspirator besar BLBI masih dalam satu kelompok. KPK berusaha melakukan pemanggilan kepada Ibu Megawati, padahal tidak ada alasan sama sekali pemanggilan kepada Ibu Mega karenaMegawatisebagai presiden hanya menjalankan TAP MPR, UU Propenas, UU APBN, PP 17/99, Inpres, dan didukung oleh Fatwa MA.

Masyarakat sudah terjebak dan terbawa isu negatif yang dihembuskan oleh persengkokolan kelompok koruptor dan konglomerat hitam yang terus mengembangkan jaringannya dibantu antek-anteknya yang menyusup di banyak lembaga pemerintah maupun swasta. Selalu yang menjadi korban fitnah dan dijadikan tumbal orang-orang yang teguh memegang amanah rakyat dan bangsa untuk memajukan kesejahteraan umum yang berkeadilan.

Diminta kepadamasyarakatdiharapkanmengerti siapa sebenarnya kelompokkonspirator besaryangdidukung oleh konglomerat-konglomerat hitam sangatberkuasa di bidang ekonomi, yang dengan mudah mempermainkan para pejabat di negeri ini seperti kerbau yang dicokok hidungnya menuruti apa kemauan si tuannya, mereka sepertinya rela menjadi pengkhianat negara dan bangsanya. KPK dan dukungan seluruh rakyat yang antikorupsi menolak seluruh bentuk pengkhianatan kepada bangsa dan negara dengan semangat save KPK.

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun