Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PAN Bakal Dikuasai Dinasti Amien Rais?

1 Maret 2015   21:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:18 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang Amin Rais dalam pewayangan adalah seorang yang sudah mencapai derajat Pendita, Resi bahkan Wasu, manusia setengah dewa, pada dirinya telah terhimpun segala ilmu pengetahuan yang dilandasi moral dan etika serta kebijaksanaan tertinggi.

Seorang yang berderajat pendita kedudukannya lebih tinggi dari seorang manusia awam pada umumnya bahkan lebih tinggi dari kelompok kasatria bahkan raja. Karena demikian tingginya derajat seorang seorang pendita maka sulit manusia awam dapat memahami atau mengenal akan dirinya.

Namun bukan berarti tidak dapat dikenalinya, karena pada hakekatnya ia juga seorang manusia biasa. Masih menyimpan segala kelemahan, terutama watak atau sifat yang bersentuhan dengan sifat-sifat negatif manusia pada umumnya.

Misalnya saja sifat pelupa, pemarah, pendendam, serakah, tidak mau kalah, arogan/ sombong, dengki, iri, dan sebagainya. Seseorang yang sudah mencapai derajat pendita tidak dapat dikenali, kecuali ia selalu menutup diri.

Nah dari sifat-sifat negatif yang masih melekat pada diri seseorang inilah kita yang ada diluar dapat mengenalinya walaupun tidak sangat akurat, tetapi cukup dijadikan alasan mengapa kita dapat menilai watakseseorang dengan predikat baik , kurang baik, jelek, bahkan sangat butuk.

Bagaimanakah dan apa yang terjadi sesungguhnya pada Prof Dr KH Amin Rais itu, baik sebagai pribadi maupun sebagai sesepuh partai PAN sekaligus jika dilihat dia adalah seorang Kiai Prof Dr. Kini ia sedang gencar-gencarnya menjadi juru kampanyenya Zulkifli Hasan yang selain kader PAN Amin adalah seorang besan terkasihnya Zulkifli yang ketua MPR itu.

Kalau ia menjadi juru kampanyenya Zulkifli, berarti Amin telah melakukan tindakan tidak adil “embancinde embanciladan” Si Zulkifli diemban dengan kain sutera Cinde, sedangkan Hatta Rajasa diemban dengan kain dari Ciladan yang terbuat dari siled bambu, Amin telah pilih kasih.

Amin telah melakukan keberpihakan kepada salah satu kandidat, Amin telah keluar dari sifat-sifat seorang pendita, tidak sesuai dengan watak seorang Kiai, telah mengabaikan perannya sebagai pinisepuh PAN.

Jika demikian apa masih layak jika Amin masih menyandang pinisepuh PAN? Sepuh artinya orang yang dituakan, dituakan karena ilmunya, dituakan karena pasti mampu bertindak adil dan bijaksana, menjauhi pertentangan dan perseteruan, selalu mengedepankan keadilan dan hidup rukun dan damai.

Bagaimana pantas untuk menyandang pinisepuh, wong dalam prakteknya tidak berlaku adil, sering mengeluarkan statemen yang bertentangan dengan etika politik, bicara yang menyebakan pihak lain tersinggung, serta berani mengeluarkan sindiran tajam dan serangan kata-kata kepada lawan politiknya.

Tak mempedulikan siapa sebenarnya yang sedang dicerca. Apakah yang terkena makian dan cercaan itu adalah kader PAN, apakah orang luar, apakah dia seorang pejabat tinggi, bahkan seorang Presiden, bagi Amin tidak akan diperhatikan, Itulah watak AminRais.

Walaupun sudah menyandang Kiai Haji, dan dikenal sebagai sesepuh PAN tetapi wataknya persis seperti orang awam pada umumnya yang kurang pendidikan, tidak ngerti baca tulis. Jadi Yang pantas untuk disandangnya untuk Amin adalah bukan Pinisepuh, tetapi si Sepah, atau si Sepih. si Sepah artinya ampas yang harus dibuang, sedangkan si Sepih, adalah ampas yang yang sudah basi.

Amin Rais itu bapaknya reformasi, begitulah kebanyakan masyarakat menyebutnya, seorang Reformator yang memperjuangkan kehidupan demokrasi. Akan tetapi dengan berkampanye untuk besannya, berarti Amin dalam lingkup PAN tidak Reformis.

Amin masih tergoda untuk membentuk sistim dinasti Partai politik, keberpihakan, yang sudah sangat jelas bertentangan dengan semangat reformasi dan demokrasi, bertentangan dengan keadilan.

Alasan Amin hanya dibuat-buat, membuat semua kader PAN dibuat bingung, bagaimana mungkin untuk menyelamatkan PAN harus melakukan kampanye untuk Sang Besan.Apakah ketidak hadiran Amin Rais akan membuat kekacauan Konggres PAN?

Jadi apa hubungannya Pak Amin? Apakah Amin Rais akan memilih perjalanan hidup seperti seorang pendita Sokalima, dia adalah Durna, atau Sang Resi Kumbayana. Demi mengejar pangkat dan harta seta kemewahan dan gengsi keluarga, Durna berlaku tidak adil.

Menyimpang dari tata laku seorang Brahmana. Padahal dalam sumpahnya didepan para leluhur Hastina, Kumbayana menyampaikan sumpahnya akan berlaku adil terhadap wangsa Kuru, baik untuk keluarga Hastina maupun untuk keluarga Pandawa.

Akan tetapi apa yang terjadi? Resi Kumbayana telah nekad melanggar sumpahnya, melanggar komitmennya untuk menjadi pelindung wangsa Kuru, Durna berbalik berpihak kepada Duryudahana untuk menduduki tahta Hastina.

Inilah awal kehancuran Hastina dalam Bharatayuda, penyebabnya adalah karenasikap seorang sesepuh resi Kumbayana, orang yang dituakan, orang yang dianggap sudah mencapai derajat Brahmana, resi, berani berlaku tidak adil.

Berkaitan dengan itu tidak menutup kemungkinan peristiwa tersebut dapat juga menimpa masa depan PAN, semua itu akibat ulah Prof DR KH Amin Rais, seorang yang sudah mencapai maqam Kiai Haji, seorang Profesor, pinisepuh PAN, tetapi tidak dapat menempatkan dirinya sebagai pinisepuh PAN.

Bahkan yang lebih gila ia ingin membangun sebuah PAN sebagai sebuah Dinasti Partai, Dinasti Amin Rais, yang akan mensejajarkan dengan PDIP dan Demokrat yang sudah terlebih dulu membentuk Dinasti Partai. Pikir Amin langkah awal yang paling tepat adalah ia harus berpihak kepada Besannya si Zulkfli Hasan.

Semoga saja nasib PAN tidak sama dengan Hastinapura, akibat ulah Guru Besar Kumbayana dari Sokalima, semoga saja PAN tidak malah mengalami kemunduran bahkan kehancuran, akibat campur tangan KH Amin Rais.

Semoga saja Konggres PAN ke IV di Bali dapat melahirkan pemimpin yang adil dan tidak menginginkan lahirnya Dinasti Partai “Dinasti Amin Rais”

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun