Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Jokowi Penikmat Adegan Tinju KPK vs Polri

4 Maret 2015   15:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kondisi pemerintahan jokowi dari hari kehari semakin memprihatinkan. Saya bukanlah seorang pengamat politik, hanya sekedar manusia biasa yang senang mendengarkan berita politik ,dan sangat antusiasmengikuti perkembangan kehidupan politik di negeri ini.

Dari sejak Jokowidodo dilantik menjadi Presiden RI ke 7 saya mengikutinya selalu dengan rasa senang dan bangga, bagaimana tidak pilihan sayamemilih pemimpin di negeri ini berhasil menang.

Kata orang dan kata berita, pemimpin yang saya pilih ini sangat merakyat. Merakyat artinya dekat dengan rakyat, memperjuangkan hak-hak rakyat.Hidupnya diabdikan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara.

Memang saya sering melihat diacara khusus TV yang menayangkan kiprah Presiden Jokowidodo, beliau selalu melakukan pendekatan melalui cara komunikasinya dengan rakyat yang sangat khas yaitu tatap muka langsung, bisa dipasar, di terminal, di sawah, di pelelangan ikan, bahkan ditempat-tempat kumuh.

Di kampung-kampung dilaluinya melalui gang-gang sempit, Jokowi menyapa mereka. Ditempat tinggal mereka yang kumuh itu, masyarakat menyebutnya rame-reme Jokowi lagi blusukan!!!

Walaupun kelihatannya Presiden kita ini berpenampilan ndeso, berpostur tidak seperti SBY yang tinggi gagah dan sportif itu, akan tetapi orang-orang bilang pak Jokowi itu orangnya juga tegas, berani mengambil keputusan seberat apapun yang penting untuk kemaslahatan rakyat bangsa dan negara ini.

Saya bersyukur mendengar celotehan orang tetangga dekat rumah saya perihal Jokowi. Semakin tinggi dia menyanjung Presiden Jokowi, semakin senanglah saya. Tetapi yah tidak sampai saya harus mengasih tip untuk tetangga saya itu atas sanjungannya kepada Jokowi.

Tadi saya katakan saya termasuk rajin mengikuti perkembangan perjalanan kepemerintahannya Jokowi. Saya lagi mau bertanya kepada diri saya, apa penglihatan saya dan pendengaran saya tentang Jokowi akhir-akhir ini banyak erornya karea telinga dan mata saya yang sudah lamur.

Apa memang sesungguhnya yang diberitakan itu bener, Pak Jokowi itu semakin hari kok semakin menunjukan Pemimpin yang tidak berani mengambil keputusan strategis,orang bilang Pak jokowi itu sebenarnya pemimpin yang lemah mudah disetir oleh para pemilik modal.

Jokowi mudah dikendalikan oleh para ketua umum partai seperti Pak Paloh, Bu Mega, Pah ARB, Pak Prabowo, dan yang lain. Itu semua celotehan orang-orang yang lagi ngiri barang kali, oleh sebab itu untuk sementara saya diamkan saja dulu, tidak perlu ditanggapi.

Akan tetapi semakin hari berita itu kok semakin santer, apalagi ketika perseteruan KPK VS Polri yang tidak ketahuan ujung dan pangkalnya, mengundang banyak pihak untuk ikut menyelesaikan masalah itu, akan tetapi tidak berhasil, karena pemimin yang ditunggu-tunggu, kata orang “Satrio Piningit” untuk segera mengakhiri perseteruan itu Pak Jokowidodo tidak pernah mau mengambil keputusan strategis sesuai dengan hak dan kekuasaan yang dimiliki oleh Presiden.

Alasan yang disampaikannya selalu klasik, Presiden tidak boleh mengintervensi masalah-masalah hukum di negeri ini. Biarkanlah hukum berjalan sesuai dengan koridor hukum yang ada. Hukum tidak boleh dipolitisasi, apalagi dikriminalisasi.

Tentu saja hukum memang berjalan sesuai dengan koridor hukum yang ada, akan tetapi koridor untuk sekelompok kekuasaan yang mengatas namakan hukum. Bagaimana hukum dapat berjalan lurus sesuai koridor hukum, wong kenyataannya banyak pihak yang bermain didalamnya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Bisa kita lihat sekarang, pada akhirnya peristiwa mempermainkan hukum itu memakan korban yang sangat telak dipihak KPK. Ibarat dalam pertandingan tinju beregu Olimpiade, KPK lah yang jago-jagonya paling banyak kalah melawan regu Polri, satu persatu jago-jagi KPK di KO oleh regu Polri.

Regu Polri baru kalah sekali itupun hanya kalah angka, serta kekalahan akibat menggunakan dopping gratifikasi dan korupsi sehingga harus dianulir total, dilarang mengikuti pertandingan babak selanjutnya.

Yang paling parah adalahregu tinju KPK, 2 orang petinjunya yang semula maju dengan penuh kepercayaan diri yang tinggi, melangkah di ring dengan gayanya yang petata-petenteng sok jagoan ternyata dalam ronde ke 4 Abraham Samad KO dapat dikanfaskan persis disudut ring.

Kalau Samad KO di ronde ke 4, maka Bambang Widjojanto lebih parah lagi baru saja memasuki awal ronde sudah terkena pukulan upper cut . Sunggu tragis Bambang KO di ronde pertama. sedangkan pimpinan KPK yang lain Pandu Praja, Zulkarnaen baru dinyatakan kalah ngisin-isini, oleh wasit karena mengundurkan diri sebelum bertanding.

Siapa yang punya gawe tentang semua itu? Tentu saja Pak Jokowi-lah yang punya gawe itu. Untuk melengkapi jatah tayang di TV , tidak ada rotan kayupun jadi. Akhirnya Panitia memasukan Petinju Plt, si Taufiqurachman Ruqi untuk menggantikan pimpinan yang telah KO tadi.

Lagi-lagi manusia yang satu ini sudah digadang-gadang menjadi petinju yang hebat, tega-teganya melakukan perbuatan yang sangat memalukan, untuk organisasinya sendiri, untuk para pendukungnya, dan mencoreng nama baik club yang telah mengorbitkannya.

Apa yang diperbuatnya? Si Ruki, baru saja naik ring tinju sudak ketakutan badan bergemetaran, muka pucat, akhirnya Tafiqurachman Ruqi mengatakan tidak sanggup untuk melanjutkan, terima kalah, dan melimpahkan pekerjaan itu kepada Kejaksaan Agung.

Dua orang pimpinan terkena pukulan KO, sedangkan KPK saat ini kondisinya seperti kakek-kakek pikun yang ompong nggak punya gigi, ditambah penyusup Ruki yang sok tahu dan sok empatik kepada KPK, namun sesungguhnya ia adalah titipanuntuk mengkeroposi dari dalam KPK.

Presiden sampai saat ini masih belum mengambil langkah, seperti ada sesuatu yang mengikat kedua kaki dan tangannya. Bahkan untuk berkomentar tentang masalah yang menimpa para petinju KPK yang telah dikanvaskan oleh Polri, Jokowi masih tetap tidak mau menjawabnya, cukup dengan melengos dari pertanyaan para wartawan.

Apakah sesungguhnya Pak Presiden kita Jokowidodo ini sedang menikmati hobi barunya, sebagai penonton gratis tinju yang bergaya khusus, berkostum khusus, peraturan yang diterapkanyapun khusus, yaitu Tinju antara KPK dan Polri. Sambil leyeh-leyeh mendengarkan kicauan suara burung yang dibelinya dari pasar Pramuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun