Alasan yang disampaikannya selalu klasik, Presiden tidak boleh mengintervensi masalah-masalah hukum di negeri ini. Biarkanlah hukum berjalan sesuai dengan koridor hukum yang ada. Hukum tidak boleh dipolitisasi, apalagi dikriminalisasi.
Tentu saja hukum memang berjalan sesuai dengan koridor hukum yang ada, akan tetapi koridor untuk sekelompok kekuasaan yang mengatas namakan hukum. Bagaimana hukum dapat berjalan lurus sesuai koridor hukum, wong kenyataannya banyak pihak yang bermain didalamnya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Bisa kita lihat sekarang, pada akhirnya peristiwa mempermainkan hukum itu memakan korban yang sangat telak dipihak KPK. Ibarat dalam pertandingan tinju beregu Olimpiade, KPK lah yang jago-jagonya paling banyak kalah melawan regu Polri, satu persatu jago-jagi KPK di KO oleh regu Polri.
Regu Polri baru kalah sekali itupun hanya kalah angka, serta kekalahan akibat menggunakan dopping gratifikasi dan korupsi sehingga harus dianulir total, dilarang mengikuti pertandingan babak selanjutnya.
Yang paling parah adalahregu tinju KPK, 2 orang petinjunya yang semula maju dengan penuh kepercayaan diri yang tinggi, melangkah di ring dengan gayanya yang petata-petenteng sok jagoan ternyata dalam ronde ke 4 Abraham Samad KO dapat dikanfaskan persis disudut ring.
Kalau Samad KO di ronde ke 4, maka Bambang Widjojanto lebih parah lagi baru saja memasuki awal ronde sudah terkena pukulan upper cut . Sunggu tragis Bambang KO di ronde pertama. sedangkan pimpinan KPK yang lain Pandu Praja, Zulkarnaen baru dinyatakan kalah ngisin-isini, oleh wasit karena mengundurkan diri sebelum bertanding.
Siapa yang punya gawe tentang semua itu? Tentu saja Pak Jokowi-lah yang punya gawe itu. Untuk melengkapi jatah tayang di TV , tidak ada rotan kayupun jadi. Akhirnya Panitia memasukan Petinju Plt, si Taufiqurachman Ruqi untuk menggantikan pimpinan yang telah KO tadi.
Lagi-lagi manusia yang satu ini sudah digadang-gadang menjadi petinju yang hebat, tega-teganya melakukan perbuatan yang sangat memalukan, untuk organisasinya sendiri, untuk para pendukungnya, dan mencoreng nama baik club yang telah mengorbitkannya.
Apa yang diperbuatnya? Si Ruki, baru saja naik ring tinju sudak ketakutan badan bergemetaran, muka pucat, akhirnya Tafiqurachman Ruqi mengatakan tidak sanggup untuk melanjutkan, terima kalah, dan melimpahkan pekerjaan itu kepada Kejaksaan Agung.
Dua orang pimpinan terkena pukulan KO, sedangkan KPK saat ini kondisinya seperti kakek-kakek pikun yang ompong nggak punya gigi, ditambah penyusup Ruki yang sok tahu dan sok empatik kepada KPK, namun sesungguhnya ia adalah titipanuntuk mengkeroposi dari dalam KPK.
Presiden sampai saat ini masih belum mengambil langkah, seperti ada sesuatu yang mengikat kedua kaki dan tangannya. Bahkan untuk berkomentar tentang masalah yang menimpa para petinju KPK yang telah dikanvaskan oleh Polri, Jokowi masih tetap tidak mau menjawabnya, cukup dengan melengos dari pertanyaan para wartawan.