Beberapa contoh kecil itu memang karena Makoto shinkai kerap menawarkan perpaduan antara fantasi khasnya, dengan realisme pada kejadian sehari-hari masyarakat.
Meski sering kali perut geli akan tawa dari komedi dalam Suzumi, rasa kehilangan yang mendalam juga terasa menusuk hingga ke dalam tulang.
Mengingat fakta bahwa karakter suzumi disuarakan dalam versi asli Jepang oleh nanokahara kehilangan ibunya dalam gempa Tsunami tahun 2011 yang menewaskan hampir 20.000 orang dan menyebabkan bencana pembangkit listrik tenaga nuklir fukushima.
Tak heran saat menyaksikan suzumi para penonton di bioskop tertawa geli, dan penuh tangis setelahnya.
Selama 121 menit penonton akan dimanjakan oleh visual yang indah khas Makoto shinkai dengan konsep travel movie, yang akan membawa kita menjelajahi Jepang mulai dari suasana perkotaan, pegunungan, hutan, hingga kegelapan.
Apalagi, bila menyaksikan film ini di bioskop, keindahan animasi yang terlihat seperti di dunia nyata terpampang lebih luas, ditambah pengalaman efek suara yang berdegum.
Film suzumi juga berhasil membuat hati tak terhenti memuji keindahan visual alam yang disuguhkan, menyejukkan pikiran bak memandang lukisan bergerak.
Lantunan lagu-lagu indah dari grup musik asal Jepang, Radwimps, juga turut mendukung jalan cerita yang ciamik.
Ada satu hal yang ditemui pada film suzume, yaitu pengenalan tokoh yang kurang tergali dan chemistry karakter protagonis yang terkesan head effortless.
Sederet tokoh protagonis hadir dalam cerita, membantu suzume dan Souta dalam perjalanan misinya. Namun kedekatan suzumi dengan tokoh-tokoh pendukung tersebut terkesan terlalu mudah diraih tanpa perlu pendekatan yang berarti.
Namun, hal ini dapat menjadi penilaian subjektif. Pun di luar itu, hal yang tidak bisa juga dikatakan sebagai kekurangan ini masih dapat diterima dan tidak pada tahap membuat cerita berlubang seakan ada bagian yang hilang.