Mohon tunggu...
Imam Khairudin N
Imam Khairudin N Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Educatir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indonesia di Ambang Kehilangan Harta Karun Hayati

19 Desember 2024   17:41 Diperbarui: 19 Desember 2024   17:41 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, sebuah negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman hayati, adalah rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna endemik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Dari Sabang hingga Merauke, kekayaan alam ini menjadi identitas bangsa sekaligus aset yang tak ternilai. Harimau Sumatera yang penuh wibawa, Badak Sumatera yang langka, Pesut Mahakam yang menari di perairan, Orangutan yang cerdas, hingga Bekantan dengan hidung panjangnya yang unik, semuanya hidup di sini. Namun, apakah keindahan dan kekayaan ini akan bertahan untuk anak cucu kita?

Aktivitas manusia telah mengganggu kestabilan sistem alam yang merusak keanekaragaman hayati dan iklim 

Ungkap Prof. Satyawan Pudyatmoko, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam acara forum bumi sebagai Narasumber.

Pernyataan ini menggarisbawahi bagaimana aktivitas manusia, seperti deforestasi dan polusi, telah menyebabkan hilangnya keseimbangan ekosistem secara signifikan. Dalam Forum Bumi yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia, isu hilangnya keanekaragaman hayati di Indonesia diangkat sebagai salah satu tantangan global terbesar abad ini. Forum ini menyoroti bagaimana perubahan iklim, polusi, dan degradasi habitat menjadi penyebab utama menurunnya populasi flora dan fauna secara signifikan. Selain itu, forum tersebut juga menekankan pentingnya pelibatan berbagai pihak untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati yang semakin terancam.

Keanekaragaman hayati Indonesia merupakan salah satu yang terkaya di dunia. Hal ini tidak terlepas dari faktor geografis, seperti letaknya yang berada di antara dua biogeografi utama, serta keberadaan garis khatulistiwa yang memberikan stabilitas iklim dan produktivitas tinggi sepanjang tahun (BRIN, 2023). Selain itu, isolasi geografis yang terjadi selama jutaan tahun menciptakan spesiasi yang kompleks, menjadikan Indonesia memiliki tingkat endemisitas burung, mamalia, dan reptil tertinggi di dunia. Dengan luas wilayah ekosistem yang mencakup 22 tipe ekosistem alami dan 75 tipe vegetasi, keanekaragaman ini menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan kehidupan.

Namun, semua kekayaan ini tidak lepas dari ancaman yang semakin serius. Salah satu ancaman terbesar adalah deforestasi. Menurut data dari Forest Watch Indonesia (2023), Indonesia kehilangan sekitar 1,47 juta hektar hutan per tahun. Padahal, hutan tropis adalah habitat utama bagi banyak satwa endemik seperti Harimau Sumatera, Badak Jawa, dan Orangutan. Hilangnya hutan tidak hanya berarti kehilangan rumah bagi spesies ini, tetapi juga mempercepat krisis iklim global. Deforestasi sering kali didorong oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit, pembangunan infrastruktur, dan penebangan liar. Dalam banyak kasus, pembukaan lahan dilakukan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap ekosistem setempat, yang pada akhirnya merusak rantai makanan alami.

Selain itu, perubahan iklim juga memperburuk keadaan. Pemanasan global menyebabkan perubahan pola cuaca yang drastis, seperti musim kemarau yang lebih panjang dan curah hujan yang tidak menentu. Hal ini berdampak pada ketersediaan makanan dan habitat alami. Sebagai contoh, Pesut Mahakam, mamalia air tawar yang hanya ditemukan di Kalimantan, menghadapi ancaman serius akibat degradasi kualitas air sungai yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penambangan batu bara dan penggunaan pestisida di sekitar aliran sungai. Suhu yang meningkat juga memengaruhi keberlanjutan spesies ini, mengancam kelangsungan hidup mereka dalam jangka panjang.

Perburuan liar adalah ancaman lain yang tidak kalah serius. Praktik ini didorong oleh permintaan pasar gelap internasional untuk bagian tubuh satwa seperti kulit Harimau Sumatera, cula Badak, dan burung langka yang dijadikan hewan peliharaan. Data dari World Wildlife Fund (WWF) menunjukkan bahwa setiap tahun, ratusan Harimau Sumatera diburu secara ilegal. Selain itu, Orangutan terusir dari habitatnya karena pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, sering kali membuat mereka menjadi korban konflik dengan manusia. Perburuan ini tidak hanya mengurangi populasi spesies yang sudah terancam punah, tetapi juga merusak keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

Tidak hanya satwa, puspa endemik Indonesia juga berada dalam ancaman. Banyak spesies tanaman obat, kayu bernilai tinggi, dan tumbuhan langka lainnya hilang akibat pembukaan hutan yang tidak terkendali. Kehilangan flora ini tidak hanya memengaruhi keanekaragaman hayati, tetapi juga memiskinkan potensi Indonesia untuk mengembangkan produk-produk berbasis biodiversitas seperti obat-obatan herbal dan kosmetik alami.

Ancaman-ancaman ini semakin diperparah oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi. Banyak orang yang belum memahami bahwa kerusakan lingkungan secara langsung berdampak pada kualitas hidup manusia. Misalnya, hilangnya hutan sebagai penyerap karbon utama mempercepat perubahan iklim, yang pada akhirnya meningkatkan frekuensi bencana alam seperti banjir dan longsor.

Dengan semua ancaman yang ada, keanekaragaman hayati Indonesia berada dalam kondisi yang genting. Jika langkah-langkah konkret tidak segera diambil, kita mungkin akan kehilangan lebih banyak spesies dalam waktu dekat. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk menyadari dan mengambil peran aktif dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati ini.

Hal ini semakin menegaskan bahwa upaya pelestarian keanekaragaman hayati tidak hanya penting untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang menjadi fondasi utama kehidupan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun