Mohon tunggu...
Imam Hariyanto
Imam Hariyanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Agribisnis Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Watu Ondo Jember, Wisata Air Terjun atau Tempat Sampah?

23 Mei 2015   15:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:41 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Watu Ondo Jember, 20 Februari 2015

[caption id="attachment_1196" align="aligncenter" width="600" caption="Watu Ondo Jember, 20 Februari 2015"] [/caption]

Foto di atas adalah foto air terjun Watu Ondo saat saya ke sana pada tanggal 20 Februari 2015. Tempatnya masih sejuk, bersih, dan, tentu saja, indah. Bahkan, tempat penitipan sepeda motor dan petugas tiket masih belum ada. Benar-benar seperti surga “tersembunyi”.

Watu Ondo ini ada di Kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Jember. Jalan masuknya melalui Afdeling Trate, PTPN XII Kotta Blater, tepatnya di Desa Curah Nongko, Kecamatan Tempurejo. Saat hari-hari libur, tempat ini ramai (mungkin lebih tepat sangat ramai) dikunjungi oleh wisatawan lokal, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa.

Nah, Sabtu, tanggal 16 Mei 2015, atau tepatnya 2 bulan lebih 25 hari saya ke sini lagi, bersama teman-teman semasa kuliah dulu. Saat awal memasuki daerah perkampungan, saya agak terkejut karena sudah ada banner “Selamat Datang di Watoe Ondo”, plus ada tempat penitipan sepeda motornya. Saya bergumam dalam hati, “Alhamdulillah..sekarang masyarakat setempat bisa mendapat manfaat dari Watu Ondo”.

Saya pun melanjutkan perjalanan menuju rumah seorang penduduk setempat yang saya titipi sepeda motor saat ke sini dulu. Setelah itu saya langsung berjalan menuju lokasi Watu Ondo. Melewati perkebunan karet yang rimbun, sejuk, dan asri..ahh senangnya.

Saya pun sampai di sebuah kerumunan orang. Tampak sebuah warung kecil yang menjual makanan dan minuman ringan. Oh..rupanya sudah ada yang jualan di sini. Mencoba melihat lebih jauh, saya melihat seorang lelaki tua yang terlihat sedang melayani beberapa orang. Saya pun menghampirinya.

“Mas, ada tiket masuknya. Tiga ribu per orang, wisata alam watu ondo” begitu katanya. Agak kaget, ternyata sudah ada tiket masuknya sekarang. Melihat dari emblem yang ada di bajunya, lelaki tua ini adalah petugas taman nasional. Tak ada pesan apa-apa, meski hanya sekedar “Mas, tolong jangan buang sampah sembarangan ya”. Tanpa banyak basa-basi, saya membayar tiket masuknya. Yup.. Rp 3.000 per orang.

Sebenarnya dari rumah, saya sudah punya niat untuk “menjenguk” Watu Ondo, yang katanya sekarang sudah mulai ada sampah. That’s why saya sengaja membawa 2 kantong plastik besar untuk tempat sampah yang saya pungut nantinya. Mulai dari padang rumput, saya dan teman-teman memunguti sampah-sampah plastik yang berjatuhan. “Hmm..ternyata jadi seperti ini”.

Pungut-memungut sampah kami lanjutkan sampai ke air terjun Watu Ondo. Dari jalan setapak sampai sepanjang aliran sungai, kami susuri untuk memungut sampah. Sesekali saat saya memungut sampah, ada beberapa pengunjung yang bertanya, “Mas, dari Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) ya? Kegiatan kayak gini rutin ya?”, tanya dia. Saya pun tersenyum sabar sebentar, lalu menjawabnya dengan santai, “Bukan, Mas. Saya cuma pengunjung biasa, bukan dari komunitas pecinta alam apapun. Ini saya lakukan ya “cuma” kebetulan mampir ke sini, sekalian pengen bawa oleh-oleh sampah pulangnya...haha”.

Ternyata banyak (sekali) sampahnya, dan beraneka ragam, seperti bungkus snack, botol plastik air mineral, tissue, plastik makanan, kertas minyak, kaleng minuman, bungkus permen, bahkan saya sampai “memungut [dengan tongkat kayu]” (maaf) barangnya wanita (baca: pembalut) yang ada darahnya. Jijik? Pasti. Tapi saya lebih jijik pada orang yang membuangnya. Mungkin saat masih sekolah (kalau dia bersekolah), tepatnya saat pelajaran “Kebersihan Lingkungan”, dia tidak masuk, jadi tidak tahu kalau membuang sampah (apapun) sembarangan itu jelas-jelas perbuatan yang SALAH.

[caption id="attachment_1194" align="aligncenter" width="600" caption="Sehari Jadi Pemulung Sampah di Watu Ondo"]

[/caption]

Saking banyaknya sampah yang berhasil kamu punguti, 2 kantong kresek yang saya bawa tidak cukup menampungnya. Untungnya, saya menemukan 2 buah karung plus beberapa kantong plastik berukuran lumayan besar yang ditinggalkan pengunjung di sana. Kami pun memanfaatkannya untuk mem-packing ­sampah-sampah yang terkumpul.

Total sampah yang terkumpul sebanyak: 2 karung + 2 kantong kresek besar + 4 kantong kresek ukuran sedang. Gillaaaaa....!!! Tentu saja, saya tidak mengatakan kalau kami berhasil membuat Watu Ondo jadi bersih 100% dari sampah. Masih banyak sampah-sampah yang sengaja “dibuang” di sana. Tapi, sekarang hanya ini yang bisa kami lakukan. Watu Ondo masih butuh kepedulian lebih, bukan dari kami saja, tapi dari semua orang, entah itu pihak taman nasional, masyarakat setempat, dan pengunjung/wisatawan. Ini milik kita bersama, sudah seharusnya kita peduli dan mau menjaganya bersama-sama agar tetap bersih dan asri.

Kalau tidak bisa membersihkan, minimal jangan mengotori.

[caption id="attachment_1193" align="aligncenter" width="600" caption="Tumpukan Sampah Hasil Kami Jadi Pemulung di Watu Ondo"]

[/caption]

Kami pun membawa tumpukan sampah yang sudah kami kumpulkan. Berjalan menuju arah pulang. Berpas-pasan dengan pengunjung lain. Terasa seperti mereka menatap kami heran. Sebaris anak muda, pergi ke tempat wisata, bukannya bersenang-senang tapi malah memungut sampah lalu menggotong berkantong-kantong sampah. Ngapain? Sok pecinta alam ya? Biar dikira “keren” mau bersih-bersih sampah ya?. Hehe..terserah orang mau menilai apa. Itu hak mereka. Bahkan ada juga yang menyindir, “Ngapain repot-repot memungut sampah, Mas. Kasih aja tempat sampah, biar nanti dibuang sendiri ke sana sama orangnya”. Lagi-lagi saya tersenyum saja mendengar ucapan seperti ini. Saya anggap ini nasehat cemerlang dari orang yang hanya melihat saja, tanpa bertindak apapun.

Saat sampai di penjaga tiket, lelaki tua, yang tadi. Kami sempatkan ngobrol dan menyampaikan maksud dan tujuan kami mengumpulkan sampah. Bukan bermaksud sok, pamer, cari perhatian, apalagi menggurui soal kebersihan. Bukan pula “mengkritik kasar” kerja petugas taman nasional. Kami sampaikan, “Pak, ini sampah yang kami kumpulkan mulai dari sungai bawah sampai atas. Lumayan banyak.”, saya membuka obrolan. “Maaf, kami tidak bermaksud apa-apa. Tapi, demi kebersihan tempat ini, tolong Bapak berpesan kepada setiap pengunjung yang mau ke Watu Ondo, untuk tidak membuang sampah sembarangan, tolong dinasehati untuk menaruh sampahnya dalam kantong kresek atau tas yang mereka bawa kemudian dibawa pulang lagi. Bisa dibuang di tempat sampah di dekat tempat tiket ini”, saya melanjutkan.

Menurut Bapak penjaga, setiap Jumat para remaja masjid setempat melakukan kegiatan bersih-bersih di Watu Ondo yang sampai artikel ini saya tulis, belum memiliki tempat sampah sama sekali. Miris!. Masih menurut beliau, meski ada kegiatan tersebut, namun pihak taman nasional dan masyarakat setempat merasa kewalahan membersihkan sampah di Watu Ondo. Saya bicara dalam hati, “Separah itukah etika orang-orang yang ke Watu Ondo, bawa pulang kembali sampah saja masa’ gak bisa?”.

Saat saya dan teman-teman mau pulang, saya melihat kalau Bapak penjaga tiket mulai mengingatkan para pengunjung yang baru datang, untuk membawa pulang kembali sampah (kantong kresek, botol plastik, bungkus makanan, dll), sambil menunjuk tumpukan sampah yang kami bawa tadi. Agak lega rasanya hati saya melihatnya. Alhamdulillah.

Jadi, bagi teman-teman pembaca artikel ini, yang akan ke Watu Ondo, dan diingatkan oleh petugas penjaga tiket untuk membawa pulang sampah kalian kembali. Jangan merasa tersinggung, meremehkan, apalagi sampai marah. Mungkin awalnya kalian merasa itu tidak penting dan “sok” keren saja, tapi percayalah, kalau banyak sampah di Watu Ondo, akan merusak lingkungan, pemandangan, dan akhirnya kalian juga yang rugi. Kalau air sampai tercemar sampah, dan kalian mandi di sana, lalu pulang kalian jadi sakit, salah siapa? Itulah pentingnya membawa pulang kembali sampah. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk kita sendiri. Iya, KITA!

[caption id="attachment_1195" align="aligncenter" width="600" caption="Saya Kangen Watu Ondo Yang Bersih Seperti Ini"]

[/caption] Salam #BawaPulangSampah dari Watu Ondo! Disclaimer: Tulisan ini sebelumnya sudah dipublikasikan di blog penulis pada tautan berikut ini. Penulis bisa dihubungi melalui email di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun