Mohon tunggu...
Imam Hariyanto
Imam Hariyanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Agribisnis Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, The Kingdom of Butterfly di Sulawesi Selatan

14 Juli 2014   01:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:26 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada post kali ini saya akan bercerita lagi tentang perjalanan backpacking saya di Sulawesi Selatan. Setelah sebelumnya saya mengunjungi Tana Toraja, kali ini saya mengunjungi salah satu taman nasional di Sulsel, yaitu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Bagi Anda yang belum tahu, taman nasional ini terletak di wilayah Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Jaraknya sekitar 20 Km dari Kota Makassar. [caption id="attachment_231" align="aligncenter" width="335" caption="Gerbang Masuk Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung Sulawesi Selatan"][/caption] Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dijuluki The Kingdom of Butterfly oleh seorang ahli antropologi dan biologi dari Britania Raya, Alfred Russel Wallace. Di taman nasional ini ada sekitar 20 jenis kupu-kupu yang ditangkarkan, bahkan diantaranya ada beberapa spesies unik yang hanya ada di Sulawesi Selatan, antara lain Troides Helena Linne, Troides Hypolitus Cramer, Troides Haliphron Boisduval, Papilo Adamantius, dan Cethosia Myrana.

Selain kupu-kupu, sebenarnya ada beberapa spot wisata lain yang ada di Kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, diantaranya Leang Londrong, Leang Pute, Karaenta, Pattunuang, dan Taman Leang-Leang. Bahkan Anda bisa melihat satwa endemik Sulawesi Selatan, yaitu Kera Hitam (Macaca maura) di Karaenta dan Kus-Kus (Tarcius fuscus) di Pattunuang. Namun, sayangnya saya tidak sempat mengunjungi dua tempat tersebut karena kendala waktu (sok sibuk :D ), jadi kali ini saya akan fokus menceritakan tentang habitat kupu-kupu dan dua goa alami yang saya kunjungi di sini. [caption id="attachment_232" align="aligncenter" width="448" caption="Papan Nama Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung Maros, Sulsel"]
Papan Nama Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung Maros, Sulsel
Papan Nama Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung Maros, Sulsel
[/caption] Ceritanya, setelah sampai di Makassar (sebelumnya dari Tana Toraja), saya menginap di rumah kenalan saya, yaitu di Makassar. Esoknya, setelah sarapan, sekitar jam 8 pagi saya berangkat menuju Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Untuk menuju ke sana, saya harus naik angkot 2 kali (Oia kalau di sini, angkot itu namanya Pete-pete). Pertama dari Makassar menuju ke Terminal Maros, naik pete-pete ongkosnya Rp 7.000 (murah ya :D ). Kemudian dilanjutkan dengan naik pete-pete lagi ke Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, ongkosnya Rp 5.000. Usahakan Anda minta antar ke sopir pete-petenya untuk mengantar sampai ke dalam tempat pembelian tiket, karena jaraknya dari jalan besar cukup melelahkan kalau harus jalan kaki, apalagi ditambah membawa tas backpack. Di tempat penjualan tiket, Anda harus membayar tiket masuk sebesar Rp 20.000. Harga ini sudah termasuk ongkos masuk goa-goa wisata, pemandian dan bebas menggunakan fasilitas umum yang ada di dalam Kawasan Wisata Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, seperti tikar (alas duduk) dan toilet/kamar mandi. Walaupun saat di sana, saya harus membayar Rp 2.000 untuk menggunakan kamar mandi kepada anak kecil yang berjaga di sana. Katanya sih, untuk upah anak-anak kecil yang merawat dan membersihkan kamar mandi/toilet itu. Okey, petualangan saya yang pertama adalah mengunjungi Goa Batu (Stone Cave). Diberi nama Goa Batu karena memang goanya dari batu, kalau dari kayu namanya Goa Kayu. Tapi Goa Kayu ini bahaya, karena cepat lapuk dan sewaktu-waktu bisa roboh. (Halah kok jadi ngelantur :D ). Untuk mencapai Goa Batu, saya harus berjalan kaki sejauh 700 meter. Relatif dekat, apalagi disepanjang perjalanan saya bisa melalui sungai dan air terjun yang dijadikan pemandian. Dan karena menggunakan jalan di sepanjang aliran sungai, saya bisa melihat kupu-kupu yang berwarna-warni, cantik!. Kupu-kupu memang senang hidup didekat sumber air yang lembab dan vegetasinya masih bersih terjaga. [caption id="attachment_244" align="aligncenter" width="334" caption="Air Terjun di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung"]
Air Terjun di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung
Air Terjun di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung
[/caption] [caption id="attachment_228" align="aligncenter" width="448" caption="Kupu-Kupu Bantimurung Terbang di Sekitar Sumber Air"]
Kupu-Kupu Bantimurung Terbang di Sekitar Sumber Air
Kupu-Kupu Bantimurung Terbang di Sekitar Sumber Air
[/caption] [caption id="attachment_227" align="aligncenter" width="448" caption="Sungai Sebagai Salah Satu Sumber Air Utama"]
Sungai Sebagai Salah Satu Sumber Air Utama
Sungai Sebagai Salah Satu Sumber Air Utama
[/caption] Setelah berjalan kaki menyusuri sungai tadi, akhirnya saya sampai di Goa Batu. Penampakan goa ini tidak menyeramkan dan angker. Jalan masuk ke Goa Batu cukup sempit, hanya cukup dilewati 1 orang dewasa berbadan gemuk, tapi kalau kurus seperti saya, sepertinya 2 orang bisa lewat :D . Lubang masuk goa cukup lebar dan sudah dibuatkan jalan setapak untuk masuk, sekaligus berfungsi untuk menuntun jalan ketika masuk ke dalam goa. Kondisi goa sangat gelap tanpa ada lubang cahaya sama sekali. Makanya sebelum jalan masuk goa, sudah ada beberapa guide yang menawarkan jasa untuk memandu selama di dalam goa, atau sekedar menyewakan lampu senter. Ongkosnya Rp 15.000 saja. Tetapi saya memutuskan untuk tidak memakainya karena ingin merasakan ketegangan menjelajah kegelapan goa sendirian..hahaha :D [caption id="attachment_245" align="aligncenter" width="334" caption="Goa Batu di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung"]
Goa Batu di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung
Goa Batu di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung
[/caption] Tadinya saya mengira akan menjelajah goa yang panjang dan menegangkan, tetapi setelah saya menyusuri jalan setapak ke dalam goa, ternyata panjang rute dalam goa 'hanya' sekitar 200 meter saja. Tipe Goa Batu adalah goa stalaktit dan stalakmit. Ada 2 ruangan besar di dalam goa yang terhubung oleh lubang masuk berukuran anak kecil, sehingga bagi orang dewasa yang ingin masuk, harus merangkak. Ada banyak batuan bagus untuk berfoto. Namun saya tidak mengambil foto sama sekali, karena selain saya sendirian, kamera saya hanya kamera smartphone yang tidak mencukupi dengan kondisi pencahayaan di dalam goa. Setelah puas menjelajah Goa Batu, saya melanjutkan perjalanan menuju Goa Mimpi (Dream Cave). Untuk menuju ke sana, saya harus kembali ke air terjun, karena letak Goa Mimpi yang berseberangan dengan Goa Batu. Dari air terjun ke Goa Mimpi jaraknya sekitar 800 meter, relatif sama dengan jarak Goa Batu. Benar, tadinya saya juga berpikir begitu. Namun setelah saya berjalan kaki agak jauh, ternyata berbeda jauh rasanya. Rute yang harus saya lalui memang jalan setapak yang sudah bagus (lantai semen), tapi naik-turunya itu yang bikin ngos-ngosan. Tanjakan jalannya curam. Jadi bagi yang fisiknya lemah atau punya penyakit jantung, saya sarankan untuk tidak mengunjungi Goa Mimpi. [caption id="attachment_226" align="aligncenter" width="448" caption="Goa Mimpi (Dream Cave) di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung"]
Goa Mimpi (Dream Cave) di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung
Goa Mimpi (Dream Cave) di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung
[/caption] Goa Mimpi juga bertipe sama dengan Goa Batu, yaitu tipe goa stalaktit dan stalakmit. Tetapi pintu masuk Goa Mimpi lebih besar, pun juga dengan ukuran batu stalaktit dan stalakmitnya yang lebih besar pula. Sebelum masuk ke dalam goa, saya sempat ngobrol dengan bapak penjaga goa mengenai sejarah Goa Mimpi (sambil nunggu pengunjung lain, buat teman masuk goa, lumayan kan nanti bisa dimintai tolong ngambil foto :D ).  Menurut Si Bapak, Goa Mimpi ditemukan pada tahun 1986. Mulanya, ada seorang lelaki dari Daerah Maros yang kakinya dibelenggu oleh orang desanya. Suatu hari dia bermimpi bertemu dengan seorang yang sakti dan memberitahunya bahwa ada lubang besar dan panjang di dalam kawasan perbukitan Bantimurung. Setelah ditelusuri, ternyata warga benar-benar menemukan goa dilokasi yang disebutkan oleh lelaki tersebut. Sejak saat itu, goa tersebut diberi nama Goa Mimpi, merujuk pada penemuannya berdasarkan petunjuk yang didapat dari mimpi. Setelah cukup lama menunggu sambil berceita kesana-kesini dengan si Bapak, tidak ada satu pun pengunjung yang datang. Akhirnya saya memutuskan untuk menjelajahnya sendirian (lagi), daripada harus pulang kembali melalui jalan yang naik-turun dan membuat nafas ngos-ngosan tadi. :D Goa Mimpi memliki rute yang lebih panjang daripada Goa Batu, yaitu sekitar 800 meter. Artinya saya akan cukup lama berada di dalam goa, perkiraan saya sekitar 60 menit. Setelah memastikan bahwa di dalam goa tidak hewan yang berbahaya, seperti ular dan kelelawar, dari si Bapak, sata mulai memasuki mulut goa. [caption id="attachment_249" align="aligncenter" width="334" caption="Mulut Goa Mimpi"]
Mulut Goa Mimpi
Mulut Goa Mimpi
[/caption] [caption id="attachment_248" align="aligncenter" width="448" caption="Mulut Goa Mimpi"]
Mulut Goa Mimpi
Mulut Goa Mimpi
[/caption] [caption id="attachment_250" align="aligncenter" width="448" caption="Imam di Depan Goa Mimpi"]
Imam di Depan Goa Mimpi
Imam di Depan Goa Mimpi
[/caption] Seperti yang saya perkirakan sebelumnya, ada jalan setapak di dalam goa yang sengaja dibangun. Jalan setapak ini dibuat dari kayu (menyerupai jembatan panjang), dan meskipun ketika saya ke sana kondisinya sudah rusak parah, tetapi cukup untuk menjadi petunjuk jalan bagi saya. Oia, tidak seperti di Goa Batu yang ada pemandu dan persewaan lampu senter, di Goa Mimpi tidak ada. Jadi, kalau Anda ke sini, pastikan membawa senter. Saya sendiri memakai lampu flash iPhone 4 saya yang bisa berfungsi sebagai lampu senter dengan aplikasi khusus. Kondisi di dalam goa gelap gulita dan dingin. Bagian bawah agak basah karena air yang berasal dari rembesan air hujan dari atas goa. Cukup menyulitkan saya yang saat itu hanya memakai sandal, karena harus menapaki batu-batu yang licin karena air. Tetapi karena saya menjelajah sendirian, terasa sekali ketegangan menelusuri goa yang gelap dan dingin, sambil mendengarnya suara kelelawar yang lagi 'bersantai' di langit-langit goa. Excited!. Tapi yang tidak kalah berkesan adalah pintu keluar dari goa yang hanya berupa lubang di atas. Di atas? Ya, saya harus memanjat batu-batu untuk sampai di lubang itu, hanya ada kayu dan bambu yang sudah tua sebagai pegangan. Apa hanya itu? Tentu saja tidak. Jalan menuju kembali ke Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung ternyata harus melalui jalan yang menurun curam. Bagia setiap pengunjung, harus berhati-hati karena banyak batu-batu kecil yang siap membuat siapa saja terpeleset dan jatuh ke bawah. Setelah berhasil kembali ke kawasan taman nasional, saya memutuskan untuk beristirahat sebentar sambil berbincang dengan petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan. Saya mendapat informasi yang cukup menarik tentang Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Setelah itu, saya sholat di musholla. Fasilitas ini memang disediakan pihak pengelola taman nasional untuk pengunjung muslim yang mau menunaikan ibadah sholat. Bangunannya asri, cukup luas dan bersih. [caption id="attachment_246" align="aligncenter" width="448" caption="Musholla Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung"]
Musholla Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
Musholla Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
[/caption] Sehabis shollat, saya menuju musem kupu-kupu. Museum ini wajib dikunjungi buat saya, karena memang tujuan saya dari awal adalah melihat kupu-kupu asli dan specimen kupu-kupu langka yang ada di museum ini. Letaknya ada di dekat musholla. Untuk masuk, pengunjung harus mebeli tiket seharga Rp 5.000. Di sini saya melihat ratusan specimen kupu-kupu yang ditaruh dalam wadah kotak dari kayu dan diberi lapisan kaca, sehingga bisa melihat specimen kupu-kupu di dalamnya. Tidak hanya kupu-kupu dari Sulawesi Selatan saja yang diawetkan, tetapi juga dari wilayah lain, seperti Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan lainnya. Saya sendiri menyempatkan untuk mengambil foto semua specimen kupu-kupu yang ada di museum ini. Yah, itung-itung buat kenang-kenangan. [caption id="attachment_235" align="aligncenter" width="448" caption="Museum Kupu-Kupu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung"]
Museum Kupu-Kupu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
Museum Kupu-Kupu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
[/caption] [caption id="attachment_233" align="aligncenter" width="448" caption="Specimen Kupu-Kupu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung"]
Specimen Kupu-Kupu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
Specimen Kupu-Kupu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
[/caption] [caption id="attachment_234" align="aligncenter" width="334" caption="Specimen Kupu-Kupu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung"]
Specimen Kupu-Kupu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
Specimen Kupu-Kupu Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
[/caption] [caption id="attachment_229" align="aligncenter" width="448" caption="Specimen Kupu-Kupu (Saya agak kurang setuju dengan bisnis mereka)"]
Specimen Kupu-Kupu (Saya agak kurang setuju dengan bisnis mereka)
Specimen Kupu-Kupu (Saya agak kurang setuju dengan bisnis mereka)
[/caption] Setelah selesai mengambil foto di museum, saya memutuskan untuk menyudahi petualangan saya di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Meskipun sebenernya saya pengen ke Pattunuang, tetapi karena waktunya sudah sore, saya harus kembali ke Makassar ke rumah teman saya. Saya ada janji dengan dia untuk bertemu di Benteng Rotterdam, dilanjutkan makan Pisang Epe bareng. Apa itu Pisang Epe? Nantikan di post selanjutnya ya :D Disclaimer: Tulisan ini sebelumnya telah diterbitkan dalam blog pribadi penulis pada tautan ini (click here). Penulis bisa dihubungi melalui Twitternya: @imamhariyanto_ atau melalui blognya:contact me

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun