[caption id="attachment_980" align="aligncenter" width="336" caption="Air Terjun Sitardanus, Jember"] [/caption]
Pagi yang cerah :D
Petualangan sebagai waterfall hunter saya kali ini berlanjut ke sebuah air terjun unik. Kenapa saya bilang unik? Makanya baca sampai habis ya :)
Masih bersama teman-teman dari Mbong Lembong Adventure Community, Sam Kethek dan Nyoth, perjalanan pun kami lakukan menuju Desa Gunung Malang, Kecamatan Ledokombo. Sekitar 45 menit dari Kota Jember menggunakan sepeda motor, dan memang saya sarankan sebaiknya menggunakan sepeda motor saja, karena jalan untuk masuk ke area air terjun tidak memungkinkan jika menggunakan mobil.
Selama perjalanan, saya begitu menikmati pemandangan sejuk nan cantik dari Gunung Raung yang berdiri kokoh. Hijau gunung dan biru langit jadi bumbu sedap perjalanan saya kali ini. Namun tidak begitu lama, kami pun sampai di Desa Gunung Malang. Untuk menuju ke Air Terjun Sitardanus, kami harus masuk ke area perkebunan kopi. Sayangnya tidak ada petunjuk jelas mengenai jalan mana yang harus diambil. Tapi tenang saja, pakai saja GPS (Gunakan Penduduk Sekitar). Ya, jika Anda tidak tahu arah menuju ke air terjun, Anda bisa bertanya ke orang-orang sekitar yang banyak beraktivitas di kebun kopi.
“Kalau mau ke tancak ke mana ya, Pak?”
Gunakan kata “tancak” untuk bertanya, jangan “air terjun”, karena lebih familiar bagi mereka. Kata “tancak” dalam Bahasa Madura artinya adalah “air terjun”.
Sesampainya di jalan turunan, kami memarkir sepeda motor kami di bawah pohon kopi. Tak lupa, kami memasang pengaman ganda untuk berjaga-jaga.
[caption id="attachment_972" align="aligncenter" width="448" caption="Tebing hijau dan tinggi saat menuju Air Terjun Sitardanus"]
Dari sini, kami harus berjalan kaki menuruni tebing dan jalan setapak ke arah air terjun. Jalannya terlihat jelas, jadi tenang saja, tidak akan tersesat. Jalan menuju ke air terjun ini ada di tengah-tengah 2 tebing tinggi nan hijau yang mengapitnya. Batu-batu besar kadang menjadi tantangan yang harus dilewati, belum lagi harus lewat di bawah rimbunnya semak belukar yang merambat di pohon-pohon sepanjang jalan, tapi justru ini yang bikin seru :D
Tak begitu lama, kami pun sampai di Air Terjun Sitardanus.
Air Terjun Sitardanus yang menjadi salah satu air terjun di lereng Gunung Raung, Kabupaten Jember, ini cukup unik. Keunikannya terletak pada bentuk jatuhnya air yang terlihat seperti hujan. Debit airnya cukup kecil untuk ukuran air terjun, malah terlihat seperti ribuan air yang menetes dari atas tebing, benar-benar mirip hujan. Gak berlebihan ‘kan, kalau saya menyebutnya sebagai Hujan Abadi.
Meskipun saya bilang “hanya” tetesan, namun ada 2 aliran yang tetesan airnya cukup deras sehingga tetap bisa dinikmati sebagai air terjun. Justru, karena tidak begitu besar, kita bisa mandi di bawahnya dengan aman.
Saat saya ke sana, saya mencoba memanjat batuan-batuan di bawah “hujan abadi” itu melalui aliran air. Cukup menantang, karena selain licin, batunya juga sedikit tajam, jadi saya sarankan untuk yang tidak terbiasa memanjat air terjun agar tidak melakukannya.
Asiknya, kita bisa bermain hujan-hujanan (walaupun tidak sedang hujan ya hehe) disamping tebing yang berwanra coklat-hitam batu eksotis diselingi hijaunya tumbuhan merambat yang menyegarkan mata. Dari sini, kita bisa melihat indahnya pemandangan di depan Air Terjun Sitardanus. Sungguh karya seni alami yang luar biasa dari Sang Maha Pencipta.
[caption id="attachment_975" align="aligncenter" width="448" caption="Terbing hijau tempat jatuhnya air"]
Tidak begitu banyak sampah, tapi ada beberapa vandalisme (corat-coret di batu). Sangat disayangkan ya. Alam yang harusnya dicintai dan dilestarikan, malah dirusak untuk kepentingan yang gak jelas. Bagi Anda yang akan ke sini, saya sangat berharap Anda bisa menjaga kebersihan dan tidak melakukan kesalahan yang sama dengan para anak alay itu. Jika membawa bekal makanan, maka bawa pulang lagi bungkus makanan Anda. Air terjun ini bukan makhluk hidup, dia tidak bisa membersihkan dirinya sendiri.
Oia, bagi Anda yang hendak mandi hujan abadi di Air Terjun Sitardanus seperti saya, saya sarankan membawa baju ganti, agar saat pulang nanti tidak masuk angin karena memakai baju basah.
Oke, nantikan cerita petualangan saya berikutnya ya :D
Disclaimer: Tulisan ini sebelumnya sudah dipublikasikan di blog penulis pada tautan berikut ini. Penulis bisa dihubungi melalui email di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H