Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengurai Kata, Mengalirkan Makna : Workflow Menulis Disleksia-ADHD

18 Januari 2025   08:58 Diperbarui: 17 Januari 2025   18:57 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mengurai Kata, Mengalirkan Makna: Workflow Menulis Saya Sebagai Disleksia-ADH

Sebagai seorang disleksia yang juga hidup dengan ADHD, proses menulis saya mungkin berbeda dari kebanyakan orang. Namun, saya percaya bahwa dari perbedaan ini ada sesuatu yang bisa dipelajari, bahkan mungkin menjadi inspirasi bagi yang lain. Tulisan ini akan mengungkap bagaimana teknologi, strategi personal, dan penerimaan diri membantu saya mengatasi tantangan dalam menulis, serta bagaimana kekuatan unik disleksia dapat memberikan keunggulan.

Menulis Sebagai TantanganKetika masih kecil, saya tidak tahu bahwa saya memiliki disleksia dan ADHD. Yang saya tahu hanyalah rasa frustrasi setiap kali diminta membaca keras-keras di kelas. Huruf-huruf tampak seperti menari di atas halaman, melompat-lompat tanpa aturan. Teman-teman saya mungkin tidak menyadari, tetapi setiap kali saya salah membaca, itu seperti luka kecil yang menumpuk menjadi gunung rasa malu.

Saat sekolah dasar, saya sering dipindahkan ke kelompok membaca yang lebih rendah. Membaca nyaring menjadi sumber kecemasan, dan pelajaran bahasa terasa seperti labirin tanpa akhir. Bahkan hingga SMA, saya masih kesulitan memahami tata bahasa, apalagi menganalisis kalimat. Tetapi yang paling membuat saya terpuruk adalah stigma, baik dari guru maupun teman-teman, yang menganggap saya malas atau kurang cerdas.

Teman Sejati DisleksiaSaat ini, teknologi telah menjadi penyelamat saya. Alat seperti aplikasi text-to-speech, Grammarly, dan perangkat lunak pengoreksi ejaan adalah sahabat karib saya. Mereka membantu mengurangi kesalahan dan memberikan kepercayaan diri untuk terus menulis. Saya juga menggunakan alat mind-mapping untuk mengorganisir ide sebelum mulai menulis. Dengan ini, saya dapat mengatasi rasa kewalahan yang sering muncul ketika dihadapkan pada halaman kosong.

Mengubah Kelemahan Menjadi KekuatanMenulis bagi saya adalah proses iteratif. Saya mulai dengan mencatat ide-ide secara bebas, tanpa memikirkan tata bahasa atau struktur. Setelah itu, saya kembali mengeditnya secara perlahan, sering kali dengan bantuan aplikasi atau teman yang bisa membaca ulang tulisan saya. Proses ini memakan waktu, tetapi hasilnya selalu memuaskan.

Selain itu, saya menemukan bahwa berbicara tentang ide-ide saya kepada orang lain membantu saya memperjelas pemikiran saya. Dengan berbicara, saya dapat "melihat" tulisan saya dalam bentuk verbal sebelum menuangkannya ke dalam kata-kata.

Kreativitas dan Perspektif BerbedaMeski disleksia membawa tantangan, ia juga membawa kekuatan. Cara berpikir yang non-linear membuat saya sering menemukan solusi kreatif untuk masalah. Dalam menulis, ini berarti saya dapat melihat hubungan yang mungkin terlewat oleh orang lain. Saya juga belajar bahwa kegigihan yang terbangun dari pengalaman menghadapi kesulitan adalah aset yang tak ternilai.

Inspirasi dari Sosok Disleksia LainnyaBanyak tokoh sukses yang hidup dengan disleksia, seperti Albert Einstein, Richard Branson, dan Agatha Christie. Mereka membuktikan bahwa dengan strategi yang tepat dan keyakinan pada diri sendiri, disleksia bukanlah penghalang untuk meraih prestasi luar biasa. Kisah mereka mengingatkan saya untuk terus maju, terlepas dari tantangan yang ada.

Menulis bagi saya bukan sekadar aktivitas, tetapi juga bentuk perjuangan dan ekspresi diri. Setiap kata yang saya tulis adalah bukti bahwa keterbatasan tidak pernah mendefinisikan siapa saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun