Saya belajar untuk mengenali kekuatan saya---kreativitas, keberanian mengambil risiko, dan kemampuan berpikir besar serta meminta bantuan untuk kelemahan saya seperti organisasi dan perhatian pada detail.
2. Kenali Gaya Belajar Anda:
ADHD membuat saya sangat terpengaruh oleh cara saya memproses informasi.Â
Saya adalah pembelajar visual dan konseptual, jadi saya lebih efektif memahami materi melalui video atau diskusi ide besar daripada hanya mendengar penjelasan verbal. Dengan menyesuaikan gaya belajar ini, saya bisa menyerap informasi tanpa merasa tertekan.
3. Bekerja dalam Sprint, Bukan Marathon :
Sistem kerja seperti teknik Pomodoro membantu saya fokus dalam interval waktu singkat, memungkinkan otak saya tetap terlibat tanpa kelelahan. Selain itu, saya belajar pentingnya mengambil jeda kreatif, atau "fire breaks," untuk menyegarkan pikiran saya.Â
Jeda ini, seperti mendengarkan musik atau jalan-jalan ke alam, memberi saya perspektif baru dan semangat yang diperbarui untuk kembali bekerja.
***
Kini, saya mampu konsisten bekerja sebagai Praktisi, Guru Anak Berkebutuhan Khusus, Penulis, Pembuat konten di bidang Disleksia - ADHD, melakukan perjalanan Disleksia Keliling Nusantara.Â
Tidak hanya mimpi saya menjadi kenyataan, tetapi saya juga bisa membantu ribuan orang dengan pengalaman yang sama.
Diagnosis ADHD bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan memahami diri sendiri. Dengan strategi yang tepat, saya belajar memanfaatkan potensi unik saya, mengubah tantangan menjadi kekuatan, dan menemukan kebahagiaan dalam apa yang saya lakukan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!