Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aku, ADHD, dan Dunia Penuh Warna

9 Januari 2025   17:16 Diperbarui: 9 Januari 2025   17:18 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku, ADHD, dan Dunia yang Penuh Warna

Namaku Imam Setiawan, dan aku punya Disleksia - ADHD. Tapi tunggu, jangan buru-buru memberi label bahwa aku adalah seseorang yang sulit fokus atau sekadar "anak hiperaktif." ADHD adalah sesuatu yang jauh lebih kompleks dari itu. ADHD adalah hidupku, cara otakku bekerja, dan bagaimana aku memandang dunia ini. Ini bukan hanya tentang gangguan, melainkan cara unik untuk merespons dunia yang sering kali terasa terlalu lambat untukku.

Aku adalah seorang penulis, aktor, drummer, penyelam, pemain sepak bola, operator kamera, seniman airbrush, fisikawan, pengamat bintang, pendaki tebing, snowboarder, pembuat model, manajer panggung, dan DJ. Dari luar, ini mungkin terlihat seperti aku "tidak bisa memilih," tapi sebenarnya, ini adalah caraku bertahan dan menemukan diri sendiri di tengah badai ADHD. Setiap hal yang aku geluti memberiku energi, arah, dan semangat untuk terus maju.

Dulu, ADHD membuatku tampak seperti anak bermasalah. Di kelas, aku sulit diam, sering dianggap mengganggu. Guru-guruku yang kurang paham memandangku sebagai anak yang malas atau nakal. Padahal, aku hanya berusaha menemukan hal yang membuat otakku tetap aktif dan terstimulasi. Bagi anak-anak dengan ADHD, rasa bosan bisa menjadi musuh terbesar. Saat aku tidak terhubung dengan sesuatu yang menarik, pikiranku mulai melayang, dan tubuhku mencari jalan keluar.

Aku ingat satu momen yang sangat membekas. Seorang guru menolak menerima aku di sekolahnya. "Anak ini terlalu sulit diatur," katanya. Saat itu, aku merasa seperti dunia ini tidak adil. Bukankah tugas sekolah adalah mendidik semua anak, bukan hanya yang sesuai dengan standar mereka? Kursi, buku, dan aturan ketat bukanlah masalah bagiku. Masalah sebenarnya adalah ketidakmampuan mereka untuk memahami bagaimana aku belajar.

Namun, hidup adalah perjalanan penuh kejutan. Aku beruntung memiliki orang tua yang tidak pernah memandang ADHD sebagai halangan. Mereka mendukung obsesiku, seaneh apa pun itu. Ketika aku meminta kompresor udara untuk membuat desain airbrush di baju, ayahku tidak ragu untuk membelikannya. Ia melihat potensiku, bukan batasanku. Aku belajar bahwa obsesiku yang kadang berlebihan sebenarnya adalah kekuatan yang membantuku menemukan jati diri.

Satu hal yang orang sering salah paham tentang ADHD adalah konsep fokus. Banyak yang berpikir bahwa kami tidak bisa fokus. Faktanya, kami bisa memiliki hyperfocus pada sesuatu yang benar-benar kami sukai. Pernah aku menyelesaikan proyek desain airbrush dalam waktu semalam tanpa tidur. Di saat itulah aku merasa hidup, ketika seluruh energiku diarahkan pada sesuatu yang berarti.

Kini, aku melihat dunia dengan perspektif yang berbeda. ADHD tidak menghambatku; ia justru memberiku kelebihan untuk melihat hal-hal yang orang lain mungkin lewatkan. Otakku mungkin sibuk, tetapi di situlah kekuatanku. Ia menciptakan pola baru, menemukan solusi yang tidak konvensional, dan menghadirkan ide-ide yang segar. Di dunia yang sering kali memuja keseragaman, aku belajar bahwa menjadi berbeda adalah anugerah.

Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Ada banyak momen di mana aku merasa dunia ini belum siap menerima orang seperti aku. Sistem pendidikan, misalnya, masih berjuang untuk memahami anak-anak dengan ADHD. Mereka sering kali mencoba "memperbaiki" kami, seolah-olah ada yang salah dengan kami. Padahal, kami tidak butuh diperbaiki. Yang kami butuhkan adalah pengertian, fleksibilitas, dan ruang untuk berkembang sesuai dengan cara kami sendiri.

Sebagai seorang pendidik sekarang, aku merasa terpanggil untuk membuat perubahan. Aku ingin menjadi guru yang aku butuhkan dulu, seseorang yang melihat potensi dalam setiap anak, tidak peduli seberapa "berbeda" mereka. Aku ingin memastikan bahwa anak-anak dengan ADHD tahu bahwa mereka tidak sendiri, bahwa mereka dihargai, dan bahwa dunia ini membutuhkan cara mereka berpikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun