"10 Menit Menulis: Cara Sederhana untuk Menenangkan Pikiran dan Merangkul Diri Sendiri"
Hidup sering kali terasa seperti balapan tanpa garis akhir. Tugas yang tak ada habisnya, notifikasi yang terus berbunyi, dan pikiran yang melompat-lompat membuat kita seperti selalu "nyala." Ketika dunia terasa terlalu bising, mencari momen hening menjadi tantangan besar.
Bagi saya, seorang disleksia dan ADHD, kondisi ini seperti menghidupkan saluran televisi dengan semua program tayang sekaligus. Pikiran saya berlarian, tak terkendali, seperti anak kecil yang terlalu bersemangat di taman bermain. Namun, saya menemukan pelarian sederhana yang membantu saya menghadapi kekacauan ini: menulis jurnal selama 10 menit sehari.
Menulis Jurnal : Sebuah Ruang untuk Bernafas
Menulis jurnal bukan sekadar "curhat" atau mencatat kejadian hari ini. Itu adalah ruang untuk berdialog dengan diri sendiri. Awalnya, saya skeptis. Apa mungkin coretan acak di atas kertas bisa membantu pikiran saya yang seperti badai? Tapi, seperti yang dikatakan banyak penelitian, menulis ternyata bisa menjadi alat yang ampuh untuk menenangkan pikiran dan merangkul emosi.
Bagi orang dengan ADHD, seperti saya, pikiran sering kali meloncat dari satu ide ke ide lain. Menulis jurnal adalah cara saya "memarkir" pikiran itu, menurunkannya dari kereta cepat, dan mengatur ulang semuanya. Sedangkan bagi sisi disleksia saya, menulis sering menjadi tantangan teknis, tapi itu justru menjadi latihan untuk melatih fokus dan konsistensi.
Mengapa Hanya 10 Menit?
Tidak perlu berjam-jam. Bahkan 10 menit saja cukup untuk mengatur ulang pikiran yang kacau. Ketika saya duduk dengan kertas dan pena, saya memberi diri saya waktu untuk merenung, mengeluarkan kekhawatiran, atau merayakan kemenangan kecil.
Ada kalanya saya hanya menulis daftar kata yang muncul di kepala saya. Di hari lain, saya mencatat mimpi-mimpi yang saya miliki meskipun terlihat mustahil. Menulis memberi saya ruang untuk berpikir, merasa, dan akhirnya menerima diri sendiri, apa adanya.
Journaling telah terbukti secara ilmiah dapat:
- Mengurangi kecemasan: Pikiran yang ditulis di atas kertas sering kali menjadi lebih jelas dan mudah dipahami.
- Meningkatkan kesadaran diri: Proses menulis membantu saya memahami pola pikir dan emosi saya.
- Meningkatkan kualitas tidur: Menulis sebelum tidur adalah cara untuk melepaskan pikiran-pikiran yang masih "menempel."
Bagi saya, manfaat terbesar adalah melatih otak sibuk saya untuk berhenti sejenak. Itu seperti menekan tombol reset, memberi ruang bagi kedamaian yang sering kali sulit ditemukan.
Bagaimana Memulai?
- Gunakan media apa saja: Tidak perlu buku mewah, ponsel pun bisa digunakan.
- Tuliskan apa saja: Tidak ada aturan. Mau cerita, menulis kata acak, atau sekadar mencatat cuaca hari ini, semuanya sah.
- Jadwalkan waktu: Pilih waktu yang nyaman, misalnya pagi sebelum beraktivitas atau malam sebelum tidur.
- Biarkan mengalir: Jangan takut salah menulis atau berpikir terlalu banyak. Tulislah seperti Anda berbicara pada sahabat.
Menulis jurnal telah menjadi jembatan bagi saya untuk menerima diri, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ada hari di mana saya merasa tulisan saya tidak berarti, tetapi ketika saya membaca kembali, saya menemukan pola pertumbuhan, pelajaran, dan pemahaman baru. Dalam tulisan-tulisan itu, saya menemukan kekuatan untuk terus melangkah.
"Dalam kekacauan pikiran, menulis adalah jalan untuk menemukan ketenangan. Kata-kata yang sederhana bisa menjadi cermin jiwa yang paling jujur."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H