ADHD dan Sensory Overload: Memahami Ketidaknyamanan yang Tak Terlihat
Sebelum mengenal lebih jauh tentang ADHD, saya pernah mendengar konsep sensory overload, tetapi hanya dalam kaitannya dengan autisme. Awalnya, saya pikir hal ini tidak berpengaruh pada diri saya. Justru istri saya yang pertama kali menyadari bahwa saya sering mengalami sensory overload.
Pemahaman ini telah memberikan dampak besar pada kemampuan saya untuk mengelola emosi, terutama kemarahan. Dengan menyadari kapan saya menerima terlalu banyak rangsangan sensorik, saya bisa menyesuaikan diri sebelum rasa frustrasi itu muncul.
Apa Itu Sensory Overload?
Sensory overload terjadi ketika indra menerima lebih banyak informasi daripada yang dapat diproses oleh otak. Hal ini bisa dialami oleh siapa saja, tetapi orang dengan neurodiversitas seperti ADHD lebih rentan terhadap kondisi ini.
Tekstur
Tekstur makanan bisa menjadi tantangan tersendiri. Ketika masih kecil, saya sangat pemilih soal makanan hal yang umum pada anak-anak dengan ADHD. Seiring bertambahnya usia, saya melatih diri untuk lebih toleran. Namun, ada tekstur tertentu yang benar-benar tidak bisa saya makan. Uniknya, tidak seperti pada autisme, tekstur yang saya rasa tidak nyaman sering berubah. Saya bisa menyukai satu jenis makanan selama berbulan-bulan, tetapi tiba-tiba merasa tekstur atau rasanya menjijikkan.
Pakaian
Banyak orang dengan ADHD melaporkan ketidaknyamanan terhadap label pakaian, hingga mereka merasa harus memotongnya. Meski saya tidak mengalaminya, pakaian sering terasa tidak nyaman. Ada kalanya saya merasa seperti "diserang semut" dan harus segera melepas pakaian saya. Jangan tanya soal bra jika tidak wajib, saya pasti menghindarinya.
Bau