Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Delapan Kesalahan dan Pelajaran dari ADHD Dewasa

26 Desember 2024   13:07 Diperbarui: 25 Desember 2024   19:11 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Delapan Kesalahan dan Pelajaran Berharga dari ADHD yang Tak Terdeteksi di Usia Dewasa"

Hidup sebagai orang dewasa dengan ADHD yang tak terdiagnosis selama bertahun-tahun seperti menavigasi labirin gelap tanpa peta. Saya sering merasa seperti pecundang, terperangkap dalam siklus depresi, kecemasan, dan kebingungan. Saya kehilangan arah di dunia yang tampaknya dirancang untuk orang-orang yang terorganisir dan fokus.

Saya kesulitan mempertahankan pekerjaan. Saya berulang kali terjebak dalam pola makan yang tak teratur, merasa cemas, dan mudah kewalahan. Hidup saya sering kali tampak kacau, seperti potongan-potongan puzzle yang tidak pernah cocok. Dan ya, saya tahu banyak orang menganggap saya aneh.

Sekarang, saya tinggal bersama orang tua saya, membantu mereka menghadapi masalah kesehatan mereka. Saya jarang bersosialisasi, dan rutinitas saya tidak jauh dari sekadar menjalankan tugas harian atau melatih diri di gelanggang skating. Hidup saya sederhana, dan meskipun kadang merasa malu, saya juga belajar untuk menerima ini sebagai bagian dari perjalanan saya.

Namun, sebelum 2021, saya tak pernah tahu apa yang salah. Saya sering bertanya-tanya mengapa hidup terasa lebih berat daripada orang lain, mengapa saya selalu merasa berbeda, seperti potongan puzzle yang tak pernah cocok di tempatnya.

Hingga akhirnya, setelah episode kesehatan mental yang sangat berat, saya didiagnosis ADHD tipe inatentif. Diagnosis itu adalah titik balik besar. Semua kekacauan selama dua dekade terakhir tiba-tiba masuk akal.

Dari perjalanan ini, saya belajar delapan pelajaran berharga yang ingin saya bagikan kepada Anda:

  1. Kesalahan: Mengabaikan gejala sejak dini
    Pelajaran: Jangan ragu untuk mendengarkan tubuh dan pikiran Anda. Ketidaknyamanan sering kali adalah sinyal bahwa ada yang perlu diperhatikan.

  2. Kesalahan: Memaksakan diri untuk hidup sesuai ekspektasi orang lain
    Pelajaran: Hidup bukan tentang menyenangkan orang lain, melainkan tentang menemukan cara Anda sendiri untuk berkembang.

  3. Kesalahan: Tidak meminta bantuan
    Pelajaran: Tidak ada yang salah dengan meminta pertolongan. Ini adalah tanda keberanian, bukan kelemahan.

  4. Kesalahan: Membandingkan diri dengan orang lain
    Pelajaran: Setiap orang memiliki perjalanan uniknya sendiri. Fokus pada apa yang bisa Anda capai, bukan apa yang orang lain lakukan.

  5. Kesalahan: Menganggap kegagalan sebagai akhir segalanya
    Pelajaran: Kegagalan adalah guru terbaik. Dari kegagalan, kita belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri dan kekuatan kita.

  6. Kesalahan: Mengabaikan kesehatan mental
    Pelajaran: Kesehatan mental adalah fondasi dari segala hal. Merawatnya sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.

  7. Kesalahan: Menghindari diagnosis karena takut akan stigma
    Pelajaran: Diagnosis bukanlah akhir dari segalanya; ini adalah langkah awal menuju pemahaman diri dan penerimaan.

  8. Kesalahan: Meremehkan kekuatan kecil dalam rutinitas sederhana
    Pelajaran: Kebahagiaan sering ditemukan dalam hal-hal kecil. Terima setiap kemenangan kecil sebagai bagian dari perjalanan besar.

Saya masih dalam perjalanan ini, belajar menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya. ADHD bukanlah akhir, melainkan bagian dari identitas saya yang membantu saya melihat dunia dengan cara unik.

"Hidup bukan tentang menjadi sempurna, tetapi tentang tumbuh melalui ketidaksempurnaan. Jangan takut untuk menjadi berbeda, karena sering kali, perbedaan itulah yang membuat kita luar biasa."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun