Disleksia matematika, atau dikenal sebagai Diskalkulia, adalah gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan individu dalam memahami dan memproses angka serta konsep matematika.Â
Gangguan ini tidak hanya membuat anak kesulitan dalam matematika tetapi juga dapat berdampak pada rasa percaya diri dan perkembangan akademik secara keseluruhan.Â
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi gejala awal Diskalkulia, teori dari para ahli, penelitian terkait, serta fakta di lapangan yang dapat membantu guru dan orang tua mengenali dan mendukung anak dengan gangguan ini.
Menurut Butterworth (2018), Diskalkulia adalah gangguan spesifik dalam pengolahan angka yang menghambat individu dalam membangun konsep dasar matematika.Â
Berbeda dengan kesulitan belajar biasa, Diskalkulia terjadi meskipun anak memiliki kecerdasan normal dan kesempatan belajar yang memadai.Â
Penelitian oleh Shalev & Gross-Tsur (2001) menunjukkan bahwa sekitar 5-7% anak di dunia memiliki gangguan ini, tetapi sering kali tidak terdiagnosis hingga anak mengalami kegagalan akademik yang signifikan.
Mengenali gejala awal Diskalkulia sangat penting untuk mencegah dampak negatif lebih lanjut. Berikut adalah beberapa tanda utama:
1. Menggunakan Jari untuk Menghitung Secara Berlebihan
Anak dengan Diskalkulia cenderung menggunakan jari untuk menghitung angka bahkan setelah teman sebayanya berhenti menggunakan metode ini. Mereka sulit membangun keterampilan otomatisasi angka dasar.
2. Kesulitan Menghafal Fakta Matematika
Penelitian oleh Geary (2011) menemukan bahwa anak dengan gangguan ini memiliki daya ingat kerja (working memory) yang lemah, sehingga sulit menghafal tabel perkalian atau operasi dasar matematika lainnya.