Menghadapi ADHD dengan Bijak: Kebiasaan yang Justru Memperburuk Kondisi Saya
Ada kalanya hidup seolah memberi ujian tanpa henti. Saya tahu betul bagaimana rasanya hidup dengan ADHD. Terkadang, hari-hari terasa penuh dengan perjuangan, seakan otak saya sibuk berputar-putar, tetapi tubuh dan pikiran saya tak bisa seirama. Sejak usia 11 tahun, saya sudah didiagnosis ADHD. Bukan karena saya nakal, tetapi karena saya cenderung kehilangan fokus dan sering tampak tidak hadir secara mental, meskipun tubuh saya ada di ruang kelas. Hal itu membuat para guru dan orang tua khawatir, akhirnya mengarah pada evaluasi medis.
Pada awalnya, saya merasa lega setelah diagnosis itu. Saya tahu ada alasan di balik segala kesulitan yang saya alami. Tetapi kenyataannya, meskipun sudah mendapatkan penanganan, hidup dengan ADHD bukanlah hal yang mudah. Apa yang saya temukan dalam perjalanan ini adalah bahwa meskipun banyak informasi dan terapi yang tersedia, beberapa kebiasaan saya justru membuat gejala ADHD semakin buruk.
Berikut ini adalah enam kebiasaan yang selama ini saya lakukan, yang tanpa saya sadari, memperburuk gejala ADHD saya:
Kurang Tidur
Tidur yang cukup adalah fondasi penting bagi kesehatan mental dan fisik. Namun, dengan pola tidur yang buruk---terlambat tidur atau sering terbangun di tengah malam otak saya tidak pernah benar-benar mendapatkan waktu untuk beristirahat. Penelitian terbaru oleh ahli saraf menunjukkan bahwa kurang tidur dapat memperburuk gejala ADHD dengan memengaruhi kemampuan otak dalam memproses informasi dan mengatur emosi.Terlalu Banyak Stimulasi
Sebagai seseorang yang bekerja di dunia yang penuh dengan media sosial, perangkat elektronik, dan berbagai distraksi lainnya, saya sering merasa terjebak dalam siklus stimulasi yang tiada henti. Stimulasi berlebihan dapat memperburuk gejala ADHD, membuat saya semakin teralihkan dan sulit fokus. Ahli psikologi mencatat bahwa orang dengan ADHD lebih rentan terhadap gangguan dari lingkungan sekitar.Mengabaikan Olahraga
Sebagai mantan pelatih CrossFit dan seorang atlet, saya tahu betul pentingnya olahraga. Namun, sering kali saya tidak meluangkan waktu untuk berolahraga secara teratur. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur dapat membantu mengatur kadar dopamin, yang sangat dibutuhkan oleh orang dengan ADHD. Tanpa olahraga yang cukup, gejala seperti kegelisahan dan kesulitan fokus menjadi lebih parah.Terlalu Banyak Kafein
Sebagai penggemar kopi, saya sering mengandalkan kafein untuk memberi energi saat merasa lelah. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kafein dalam jumlah berlebihan justru bisa memperburuk kecemasan dan gangguan tidur pada orang dengan ADHD. Kafein merangsang sistem saraf, yang mungkin terasa membantu untuk sementara waktu, tetapi dalam jangka panjang bisa menambah ketegangan mental.Tidak Mengatur Waktu dengan Baik
Salah satu tantangan terbesar bagi saya adalah mengatur waktu. Terlalu sering saya merasa kewalahan dengan banyaknya tugas, dan tanpa sistem yang jelas, saya cenderung procrastinate. Menurut penelitian, kurangnya pengaturan waktu dapat memperburuk gejala ADHD, meningkatkan perasaan tertekan dan tidak produktif.Menghindari Pengaturan Rutin
Tanpa rutinitas yang terstruktur, hari-hari saya sering kali menjadi kacau balau. Rutin memberi kejelasan dan membantu otak berfokus pada prioritas. Tanpa rutinitas yang stabil, saya lebih rentan terjebak dalam kebingungannya. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan ADHD sangat diuntungkan dengan adanya struktur dan rutinitas yang teratur.