ADHD dan Deep Work : Hidup dengan Fokus di Tengah Kekacauan
“Dude, I’ve Been Doing It My Whole Life”
Hidup saya sebagai penyandang dyslexia dan ADHD adalah perjalanan penuh tantangan dan keajaiban. Saya, Imam Setiawan, tumbuh dengan pikiran yang selalu sibuk—berputar cepat seperti karusel yang tak pernah berhenti. Banyak yang berkata, "Orang dengan ADHD tidak bisa fokus." Saya hanya tersenyum. Karena di balik semua itu, kemampuan untuk masuk ke dalam deep work fokus mendalam di tengah keterbatasan adalah senjata rahasia saya.
Dalam perjalanan saya menjalankan proyek Dyslexia Keliling Nusantara sejak 2017, saya menemukan bahwa fokus bukanlah tentang keheningan total atau pikiran yang tenang. Fokus adalah seni bertahan di tengah kekacauan. Saya telah menjelajah ke berbagai pelosok Indonesia, menemui anak-anak yang seperti saya: mereka yang dipandang berbeda, bahkan kurang, oleh masyarakat dan pendidikan arus utama.
Menurut Dr. Edward Hallowell, seorang ahli ADHD, otak dengan ADHD adalah seperti otak yang terhubung dengan dunia melalui jalur super cepat. Hal ini membuat kami sangat sensitif terhadap gangguan, tetapi ketika kami menemukan sesuatu yang benar-benar memikat hati, kami bisa menciptakan keajaiban dengan level fokus yang melampaui orang lain.
Saya adalah bukti hidup teori ini. Saat bekerja dengan anak-anak dyslexia, saya sering kehilangan rasa waktu. Saya sepenuhnya tenggelam dalam membantu mereka memahami dunia dengan cara unik mereka sendiri. Dalam momen-momen itu, ADHD saya bukanlah gangguan; melainkan kekuatan super.
Cal Newport, dalam bukunya Deep Work, menyebutkan bahwa kemampuan untuk fokus secara mendalam adalah keterampilan yang sangat langka namun berharga di era digital. Saya tidak memilih untuk mempelajarinya; ADHD memaksa saya untuk hidup dengan fokus mendalam sejak kecil.
Ketika saya duduk di kelas dan huruf-huruf di papan tulis “menari-nari,” saya harus bekerja keras untuk menemukan cara memahami pelajaran. Ketika guru saya memarahi saya karena tidak bisa diam, saya diam-diam belajar tentang kesabaran. Saat dunia meminta saya menjadi seperti anak-anak lain, saya justru belajar menjadi diri saya sendiri.
Proyek ini adalah perpaduan antara teori dan praktik. Setiap kali saya bekerja dengan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, saya menggunakan strategi deep work untuk mendalami kebutuhan mereka. Satu anak, satu fokus, satu dunia untuk dipahami.
Contohnya, saat saya bertemu seorang anak bernama Rina di pelosok Kalimantan, ia hampir menyerah belajar membaca. Guru-gurunya mengatakan ia "terlalu bodoh." Tapi saya melihat potensi besar dalam dirinya. Dengan kesabaran, metode kreatif, dan fokus penuh, akhirnya Rina bisa membaca kalimat pertamanya. Momen itu adalah bukti bahwa deep work bukan hanya tentang produktivitas, tetapi juga tentang mengubah hidup seseorang.
Penelitian dari Harvard menyebutkan bahwa orang dengan ADHD seringkali memiliki kreativitas yang tinggi dan kemampuan memecahkan masalah yang tidak konvensional. Ini adalah cerminan perjalanan saya. Dunia mungkin melihat ADHD sebagai hambatan, tetapi saya melihatnya sebagai peluang untuk berpikir berbeda, bertindak berbeda, dan membuat perbedaan.
Kepada Anda yang membaca ini dan merasa seperti tidak cocok dengan dunia ini—entah karena ADHD, dyslexia, atau tantangan lainnya ingatlah ini:
Dunia ini membutuhkan orang-orang seperti kita.
Saya telah melewati jalan yang sulit, tetapi setiap luka dan peluh itu adalah bagian dari cerita saya. ADHD dan dyslexia mengajari saya bahwa keterbatasan bukanlah akhir; itu adalah awal dari kreativitas tanpa batas.
Mari ubah cara pandang kita. Tantangan adalah karunia, fokus adalah senjata, dan dunia ini akan lebih indah jika kita semua bersedia melihatnya dari sudut yang berbeda.
"Deep Work bukan hanya tentang pekerjaan; itu tentang hidup sepenuhnya di tengah tantangan. Dude, I’ve been doing it my whole life, and so can you."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H