Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jika Aku Menjadi Menteri Pendidikan Khusus

23 November 2024   09:07 Diperbarui: 26 November 2024   22:38 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Sejumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) yang menempuh pendidikan di SLB Negeri 2 Yogyakarta mengikuti gerakan literasi 15 menit di sekolahnya, Jalan Panembahan Senopati, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Jumat (4/8/2017). (Foto: KOMPAS.com/Teuku Muh Guci S)

Seorang anak ADHD bukan pembangkang, melainkan seseorang yang membutuhkan ruang untuk bergerak dan mengekspresikan diri. 

Pelatihan ini bukan hanya teori, tetapi juga praktik dan pengalaman langsung, sehingga setiap guru benar-benar mampu mendampingi anak-anak ini.

Kedua, kurikulum kita perlu berubah. Kurikulum yang ada terlalu sering fokus pada angka-angka, nilai ujian, dan hafalan. Anak-anak bukanlah mesin kalkulator. 

Kurikulum harus dirancang untuk membantu mereka menemukan kekuatan unik dalam diri mereka, baik itu di bidang seni, olahraga, keterampilan teknis, atau bahkan kemampuan sosial. Pendidikan harus mengajarkan nilai, bukan hanya angka.

Ketiga, setiap sekolah harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung. Ruang kelas harus dirancang ramah anak berkebutuhan khusus. 

Tidak cukup hanya ada guru yang paham, tetapi juga lingkungan fisik yang inklusif, mulai dari alat bantu belajar hingga aksesibilitas bagi anak-anak dengan disabilitas fisik.

Dan keempat, masyarakat harus diajak berubah. Tidak akan ada pendidikan inklusif yang berhasil jika masyarakat masih menganggap anak-anak ini beban atau masalah. Kampanye nasional untuk menghapus stigma harus dimulai, bukan hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan. 

Orang tua harus diajarkan untuk mendukung, bukan menghukum. Teman-teman mereka di sekolah harus diajarkan untuk menerima, bukan mengejek.

Aku bermimpi suatu hari nanti tidak ada lagi anak yang menangis di sudut kelas karena tidak bisa membaca. Tidak ada lagi anak yang dihukum hanya karena tidak bisa duduk diam.

Tidak ada lagi anak yang merasa dirinya salah, hanya karena caranya memahami dunia berbeda. Aku ingin mereka dipeluk, dimengerti, dan diberi ruang untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka.

Sebagai seorang penyandang disleksia dan ADHD, aku tahu betapa berartinya dukungan itu. Ayahku dulu duduk bersamaku, membacakan buku berulang kali, tidak pernah marah meskipun aku sering lupa atau salah membaca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun