Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Imam Setiawan adalah seorang pria visioner yang memiliki banyak mimpi besar dan tekad yang tak tergoyahkan. Semangat pantang menyerah yang ia miliki menjadi bahan bakar utama dalam setiap langkah hidupnya. Saat ini, Imam sedang menjalani fase penting dalam hidupnya, berusaha menjadi pribadi yang lebih kuat dengan mengalahkan batasan-batasan dirinya sendiri. Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan magister dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun 2023, Imam membawa semangat belajarnya ke tingkat yang lebih tinggi. Di balik pencapaiannya, Imam menghadapi tantangan unik, yaitu hidup dengan disleksia dan ADHD. Namun, daripada melihatnya sebagai hambatan, Imam justru melihatnya sebagai warna yang memperkaya perjalanan hidupnya. Sebagai pendiri Rumah Pipit dan Komunitas Guru Seneng Sinau, Imam tidak hanya berbagi pengetahuan dan pengalaman, tetapi juga menyebarkan inspirasi kepada para guru dan orang tua di seluruh penjuru Indonesia. Melalui proyek ambisius bertajuk “The Passion Project Disleksia Keliling Nusantara,” Imam berkomitmen untuk menjelajahi daerah-daerah pedalaman Indonesia, bertemu dengan anak-anak, guru, dan orang tua. Dalam perjalanan ini, ia berbagi ilmu dan pengalaman, dengan harapan memberikan kontribusi nyata dalam pendidikan serta memperkuat komunitas di daerah-daerah terpencil. Perjalanan ini tidak hanya menjadi sarana untuk berbagi, tetapi juga sebagai bentuk dedikasi Imam untuk membuka pintu bagi anak-anak yang ia yakini sebagai "pembuka kunci surga," mengilhami generasi muda untuk bermimpi dan berani menghadapi tantangan, tak peduli seberat apa pun itu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pramida Belajar, Dasar Kuat untuk Anak Berkebutuhan Khusus dan Tantangan Implementasinya di Sekolah dan Rumah

13 November 2024   18:32 Diperbarui: 13 November 2024   18:34 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Piramida Belajar: Dasar Kuat untuk Anak Berkebutuhan Khusus dan Tantangan Implementasinya di Sekolah dan Rumah"

Piramida belajar adalah konsep yang menggambarkan urutan kemampuan yang perlu dibangun secara bertahap dalam perkembangan anak. Pada dasarnya, piramida belajar menekankan bahwa keterampilan-keterampilan dasar, seperti motorik dan kemampuan sensorik, harus dibangun sebelum melangkah ke keterampilan kognitif yang lebih tinggi. Implementasi piramida belajar ini sangat penting, khususnya bagi anak berkebutuhan khusus (ABK), karena setiap tingkat dalam piramida membentuk pondasi untuk perkembangan selanjutnya. Namun, dalam praktik di lapangan, piramida belajar sering kali terabaikan, dan orang tua serta guru cenderung langsung memprioritaskan aspek kognitif dan akademik, sehingga pondasi yang lebih dasar terlewatkan.

Piramida belajar dikembangkan dari berbagai teori perkembangan yang menyoroti pentingnya dasar yang kuat untuk kemampuan lebih lanjut. Teori-teori seperti hirarki keterampilan dari Jean Piaget, Vygotsky, dan Maslow menginspirasi konsep piramida ini, yang menempatkan keterampilan motorik kasar, motorik halus, dan keterampilan sosial-emosional sebagai fondasi. Menurut ahli perkembangan, seperti Williams & Schellenberger (1996) dan Ayres (2005), anak-anak yang tidak memiliki keterampilan dasar ini akan kesulitan saat memasuki proses pembelajaran yang lebih tinggi, seperti membaca, menulis, dan berhitung.

Struktur Piramida Belajar

Berikut adalah ilustrasi piramida belajar yang menunjukkan urutan keterampilan dari dasar hingga puncak:

  1. Dasar: Keterampilan sensorik dan motorik kasar (seperti keseimbangan, koordinasi tubuh).
  2. Lapisan Kedua: Motorik halus dan persepsi visual (seperti kemampuan menggenggam, melacak objek dengan mata).
  3. Lapisan Ketiga: Keterampilan sosial-emosional (seperti memahami emosi diri sendiri dan orang lain).
  4. Lapisan Keempat: Keterampilan kognitif dasar (memahami instruksi sederhana, fokus pada satu aktivitas).
  5. Puncak Piramida: Keterampilan akademik seperti membaca, menulis, dan berhitung.

Dengan memperhatikan piramida ini, guru dan orang tua diharapkan untuk menfokuskan perhatian pada dasar-dasar keterampilan sebelum mendorong anak ke tingkat kognitif yang lebih tinggi.

Anak berkebutuhan khusus memerlukan pendekatan yang lebih teliti dalam penerapan piramida belajar. Anak dengan gangguan spektrum autisme, disleksia, ADHD, atau kondisi lainnya sering kali menghadapi tantangan dalam kemampuan sensorik dan motorik kasar, yang merupakan fondasi dalam piramida. Implementasi piramida belajar pada anak berkebutuhan khusus membantu memastikan bahwa keterampilan dasar mereka dibangun dengan kokoh, sehingga dapat mengurangi hambatan saat memasuki tahap akademik.

Meski konsep ini penting, implementasinya di sekolah dan rumah tidak selalu mudah. Berikut beberapa tantangan yang dihadapi oleh guru dan orang tua:

  1. Kurangnya Pemahaman: Banyak guru dan orang tua yang belum memahami piramida belajar, terutama di kalangan yang belum memiliki pengetahuan khusus tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus. Mereka sering kali langsung memfokuskan diri pada kemampuan akademik tanpa memperhatikan fondasi dasar.
  2. Fokus pada Akademik: Harapan akan prestasi akademik sering kali membuat orang tua dan guru mengabaikan keterampilan dasar, sehingga anak dengan keterampilan dasar yang belum kuat didorong langsung ke tahap kognitif yang lebih tinggi. Akibatnya, anak mudah frustasi atau kesulitan di kemudian hari.
  3. Keterbatasan Sumber Daya: Implementasi piramida belajar membutuhkan dukungan dan sumber daya yang tidak selalu tersedia di sekolah. Banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas untuk latihan sensorik atau motorik yang sesuai untuk anak berkebutuhan khusus.
  4. Kurangnya Pelatihan Guru: Banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan khusus mengenai piramida belajar dan bagaimana mengaplikasikannya pada anak berkebutuhan khusus. Ini menjadi tantangan besar karena guru adalah penggerak utama dalam membangun keterampilan dasar anak.
  5. Harapan yang Berbeda dari Orang Tua: Seringkali, orang tua mengharapkan hasil akademik yang cepat, sehingga kurang sabar dalam membangun keterampilan dasar anak. Hal ini dapat menyebabkan tekanan berlebihan pada anak dan membuat mereka mengalami stress atau frustasi.

Beberapa strategi yang dapat membantu mengatasi tantangan dalam implementasi piramida belajar:

  1. Pelatihan dan Edukasi Guru: Memberikan pelatihan kepada guru mengenai pentingnya piramida belajar untuk anak berkebutuhan khusus, serta metode praktis dalam mengembangkan keterampilan dasar anak.
  2. Sosialisasi kepada Orang Tua: Mengadakan workshop atau pertemuan rutin dengan orang tua untuk menjelaskan konsep piramida belajar dan pentingnya fokus pada pondasi keterampilan.
  3. Kolaborasi dengan Terapis: Bekerja sama dengan terapis okupasi atau terapis fisik yang memiliki pemahaman lebih dalam mengenai perkembangan motorik dan sensorik anak.
  4. Evaluasi Berkala: Melakukan evaluasi berkala terhadap perkembangan keterampilan dasar anak untuk memastikan bahwa mereka siap melanjutkan ke tahap keterampilan berikutnya.
  5. Lingkungan Belajar yang Terstruktur: Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan keterampilan dasar, seperti area bermain yang aman dan menyediakan alat bantu yang sesuai.

Piramida belajar adalah konsep dasar yang sangat penting dalam perkembangan anak, khususnya anak berkebutuhan khusus. Implementasinya memerlukan pemahaman mendalam dari pihak guru dan orang tua agar pondasi yang dibutuhkan anak dapat terbangun dengan baik. Dengan memperhatikan keterampilan dasar, anak memiliki potensi lebih besar untuk berkembang secara optimal, baik secara akademik maupun emosional. Tantangan yang ada harus diatasi melalui kolaborasi yang erat antara sekolah, orang tua, dan para profesional lainnya, sehingga anak-anak dapat tumbuh dengan fondasi keterampilan yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun