Dalam setiap dukungan yang ia berikan, saya merasa kepercayaan diri saya mulai tumbuh. Saya tidak lagi merasa sebagai anak yang "bodoh" atau "gagal." Guru tersebut melihat potensi saya di balik tantangan yang saya hadapi.
Mewujudkan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Hati
Pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya tentang metode atau teknik mengajar. Ini adalah upaya untuk memahami anak-anak yang sering kali merasa terabaikan dan tidak dipahami. Seperti yang dikatakan oleh Rita Pierson, seorang guru yang berdedikasi, "Setiap anak membutuhkan seorang juara." Anak berkebutuhan khusus pun membutuhkan seorang guru yang percaya pada mereka, yang melihat mereka sebagai bintang yang tersembunyi.
Melalui Dyslexia Keliling Nusantara, saya melihat bagaimana anak-anak dengan berbagai kebutuhan khusus berjuang untuk dipahami. Saya percaya, jika setiap guru memiliki kemauan untuk belajar dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, kita bisa membangun sekolah yang benar-benar inklusif---tempat di mana setiap anak, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan untuk meraih mimpi mereka.
Anak-anak berkebutuhan khusus bukanlah beban, melainkan permata yang belum terasah. Mereka membutuhkan lebih dari sekedar kurikulum yang baku; mereka membutuhkan pemahaman, kesabaran, dan metode pembelajaran yang berdiferensiasi.
Sebagai guru, kita memiliki kesempatan dan tanggung jawab untuk menjadi cahaya bagi mereka yang berada dalam kegelapan. Mari kita gapai bintang yang tersembunyi ini dengan hati terbuka dan kesungguhan untuk memahami, agar mereka dapat bersinar dengan caranya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H