Di balik setiap kemenangan kecil---saat mereka mengenal huruf, menyelesaikan tugas pertama, atau saat senyum penuh bangga tersirat di wajah---ada keajaiban kerja keras dan ketulusan yang jarang disaksikan.
Melawan stigma bukan sekadar tugas, tapi sebuah misi yang berakar dalam hati. Di setiap kota yang kami singgahi, kami membawa pesan bahwa setiap anak berhak dipahami, diterima, dan dihargai.
Bersama, kita dapat meruntuhkan tembok keangkuhan dan kebutaan akan perbedaan, satu tindakan kecil setiap hari, satu senyum pengertian, satu kali mendengarkan dengan tulus. Sebab, dalam memahami mereka, kita belajar kembali menjadi manusia yang peka.
Masih banyak guru dan orangtua anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan solusi nyata, tempat untuk meluapkan keluhan dan berbagi kelelahan mereka. Bukan hanya strategi pendidikan, tetapi juga kekuatan untuk terus berjuang bagi mereka yang tidak bisa berbicara atas nama dirinya sendiri.
Kami di sini untuk menjadi telinga bagi mereka, memberikan pelukan yang menguatkan, dan menyampaikan bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan ini.
Projek Disleksia Keliling Nusantara hanyalah permulaan dari gerakan besar untuk menciptakan ruang inklusif bagi setiap anak, terlepas dari tantangan yang mereka hadapi.
Perjalanan ini mungkin masih panjang, namun dengan setiap langkah, setiap interaksi, dan setiap kata yang kami sampaikan, kami mendekatkan diri pada visi untuk mengubah cara kita memahami dan menghargai anak berkebutuhan khusus. Ini adalah perjuangan bersama, dan setiap dari kita adalah bagian dari perubahan itu.
Kita ada, kita mendengar, kita bersama mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H