Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Imam Setiawan adalah seorang pria visioner yang memiliki banyak mimpi besar dan tekad yang tak tergoyahkan. Semangat pantang menyerah yang ia miliki menjadi bahan bakar utama dalam setiap langkah hidupnya. Saat ini, Imam sedang menjalani fase penting dalam hidupnya, berusaha menjadi pribadi yang lebih kuat dengan mengalahkan batasan-batasan dirinya sendiri. Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan magister dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun 2023, Imam membawa semangat belajarnya ke tingkat yang lebih tinggi. Di balik pencapaiannya, Imam menghadapi tantangan unik, yaitu hidup dengan disleksia dan ADHD. Namun, daripada melihatnya sebagai hambatan, Imam justru melihatnya sebagai warna yang memperkaya perjalanan hidupnya. Sebagai pendiri Rumah Pipit dan Komunitas Guru Seneng Sinau, Imam tidak hanya berbagi pengetahuan dan pengalaman, tetapi juga menyebarkan inspirasi kepada para guru dan orang tua di seluruh penjuru Indonesia. Melalui proyek ambisius bertajuk “The Passion Project Disleksia Keliling Nusantara,” Imam berkomitmen untuk menjelajahi daerah-daerah pedalaman Indonesia, bertemu dengan anak-anak, guru, dan orang tua. Dalam perjalanan ini, ia berbagi ilmu dan pengalaman, dengan harapan memberikan kontribusi nyata dalam pendidikan serta memperkuat komunitas di daerah-daerah terpencil. Perjalanan ini tidak hanya menjadi sarana untuk berbagi, tetapi juga sebagai bentuk dedikasi Imam untuk membuka pintu bagi anak-anak yang ia yakini sebagai "pembuka kunci surga," mengilhami generasi muda untuk bermimpi dan berani menghadapi tantangan, tak peduli seberat apa pun itu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di Balik Jeruji: Pengalaman Kriminal, Penjara, dan Perjuangan dengan Disleksia-ADHD

24 Oktober 2024   11:48 Diperbarui: 24 Oktober 2024   11:54 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjara pikiran dan masa lalu kini jauh dari kehidupan saya; saya telah meninggalkannya di belakang. Saya menemukan kembali diri saya, bukan sebagai seseorang yang sempurna, tetapi sebagai seseorang yang kuat, yang mampu bangkit dari kegelapan dan melangkah maju dengan penuh keyakinan. Dan di setiap langkah yang saya ambil, saya tahu saya bergerak menuju sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang lebih baik. Dan mungkin, suatu hari nanti, saya akan menemukan cara untuk menyembuhkan luka antara saya dan ibu saya, dan akhirnya menemukan kedamaian sejati yang selama ini saya cari.Namun, saya tahu penderitaan disleksia tidak hanya terjadi di sekolah dasar, tetapi juga hampir di semua aspek kehidupan perdagangan, pemerintahan, dan sebagian besar komponen kehidupan modern lainnya. Membaca adalah hal yang sangat penting; mereka yang kurang membaca seringkali terjebak dalam stigma sebagai "bodoh atau malas". Banyak dari mereka akhirnya berakhir di penjara karena tidak "cocok" dengan sistem pendidikan yang ada. Kisah saya adalah pengingat bahwa di balik setiap individu dengan tantangan, terdapat potensi yang menunggu untuk ditemukan dan dikembangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun