Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Imam Setiawan adalah seorang pria visioner yang memiliki banyak mimpi besar dan tekad yang tak tergoyahkan. Semangat pantang menyerah yang ia miliki menjadi bahan bakar utama dalam setiap langkah hidupnya. Saat ini, Imam sedang menjalani fase penting dalam hidupnya, berusaha menjadi pribadi yang lebih kuat dengan mengalahkan batasan-batasan dirinya sendiri. Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan magister dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun 2023, Imam membawa semangat belajarnya ke tingkat yang lebih tinggi. Di balik pencapaiannya, Imam menghadapi tantangan unik, yaitu hidup dengan disleksia dan ADHD. Namun, daripada melihatnya sebagai hambatan, Imam justru melihatnya sebagai warna yang memperkaya perjalanan hidupnya. Sebagai pendiri Rumah Pipit dan Komunitas Guru Seneng Sinau, Imam tidak hanya berbagi pengetahuan dan pengalaman, tetapi juga menyebarkan inspirasi kepada para guru dan orang tua di seluruh penjuru Indonesia. Melalui proyek ambisius bertajuk “The Passion Project Disleksia Keliling Nusantara,” Imam berkomitmen untuk menjelajahi daerah-daerah pedalaman Indonesia, bertemu dengan anak-anak, guru, dan orang tua. Dalam perjalanan ini, ia berbagi ilmu dan pengalaman, dengan harapan memberikan kontribusi nyata dalam pendidikan serta memperkuat komunitas di daerah-daerah terpencil. Perjalanan ini tidak hanya menjadi sarana untuk berbagi, tetapi juga sebagai bentuk dedikasi Imam untuk membuka pintu bagi anak-anak yang ia yakini sebagai "pembuka kunci surga," mengilhami generasi muda untuk bermimpi dan berani menghadapi tantangan, tak peduli seberat apa pun itu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Disleksia: Spectrum Tantangan yang Kompleks

19 Oktober 2024   11:18 Diperbarui: 19 Oktober 2024   11:55 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tahu, seperti saya, dia akan menemukan kekuatannya di balik tantangan yang ia hadapi. Disleksia bukanlah akhir dari segalanya; itu hanyalah cara lain untuk melihat dunia, dengan tantangan yang datang beriringan dengan kekuatan luar biasa.

Disleksia mungkin terlihat seperti kelemahan bagi sebagian orang, tetapi bagi saya, itu adalah pintu menuju cara berpikir yang berbeda. Itu adalah peta menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri saya sendiri dan bagaimana saya melihat dunia. Dunia yang sering kali terasa asing dan sulit dijangkau oleh mereka yang hidup tanpa disleksia, menjadi tempat di mana saya harus menciptakan peta saya sendiri. Saya belajar bahwa kekuatan sejati berasal dari menerima diri apa adanya, serta menemukan cara untuk berkembang, bukan terlepas dari, tetapi melalui tantangan-tantangan ini.

Pengalaman baik dan buruk saya dengan disleksia mengajarkan saya bahwa dunia ini penuh dengan kemungkinan, bahkan ketika tampaknya seluruh pintu tertutup. Setiap pengalaman adalah bagian dari spektrum kompleks yang membentuk siapa saya hari ini. Dan jika ada satu hal yang saya pelajari, itu adalah bahwa kekuatan terbesar seseorang sering kali ditemukan di tempat-tempat yang paling tidak diharapkan dalam kelemahan, dalam tantangan, dan dalam kegagalan.

Disleksia, dengan segala spektrumnya, bukanlah kekurangan. Itu adalah perjalanan yang unik, dan saya adalah bukti hidup bahwa dari dalamnya, bisa lahir kekuatan yang luar biasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun