Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Imam Setiawan adalah seorang pria visioner yang memiliki banyak mimpi besar dan tekad yang tak tergoyahkan. Semangat pantang menyerah yang ia miliki menjadi bahan bakar utama dalam setiap langkah hidupnya. Saat ini, Imam sedang menjalani fase penting dalam hidupnya, berusaha menjadi pribadi yang lebih kuat dengan mengalahkan batasan-batasan dirinya sendiri. Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan magister dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun 2023, Imam membawa semangat belajarnya ke tingkat yang lebih tinggi. Di balik pencapaiannya, Imam menghadapi tantangan unik, yaitu hidup dengan disleksia dan ADHD. Namun, daripada melihatnya sebagai hambatan, Imam justru melihatnya sebagai warna yang memperkaya perjalanan hidupnya. Sebagai pendiri Rumah Pipit dan Komunitas Guru Seneng Sinau, Imam tidak hanya berbagi pengetahuan dan pengalaman, tetapi juga menyebarkan inspirasi kepada para guru dan orang tua di seluruh penjuru Indonesia. Melalui proyek ambisius bertajuk “The Passion Project Disleksia Keliling Nusantara,” Imam berkomitmen untuk menjelajahi daerah-daerah pedalaman Indonesia, bertemu dengan anak-anak, guru, dan orang tua. Dalam perjalanan ini, ia berbagi ilmu dan pengalaman, dengan harapan memberikan kontribusi nyata dalam pendidikan serta memperkuat komunitas di daerah-daerah terpencil. Perjalanan ini tidak hanya menjadi sarana untuk berbagi, tetapi juga sebagai bentuk dedikasi Imam untuk membuka pintu bagi anak-anak yang ia yakini sebagai "pembuka kunci surga," mengilhami generasi muda untuk bermimpi dan berani menghadapi tantangan, tak peduli seberat apa pun itu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Otak Disleksia: Sebuah Dunia yang Berbeda

29 September 2024   18:46 Diperbarui: 29 September 2024   18:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sesuatu yang istimewa dan berbeda di dalam otak seorang anak dengan disleksia. Perbedaan ini terasa begitu dalam, terutama di bagian otak kiri. Bagi mereka yang tidak mengalami disleksia, otak kiri adalah tempat kata-kata dipecahkan menjadi suara, diucapkan dengan diam atau keras, dan akhirnya ditulis dalam bentuk huruf-huruf yang bermakna. 

Namun, bagi anak dengan disleksia, otak mereka tidak bekerja dengan cara yang sama. Kesulitan itu muncul ketika mereka mencoba mendekode fonetik---mengubah simbol menjadi suara, lalu merangkai suara-suara tersebut menjadi kata. Begitu pula saat mereka berusaha menyandikan kata-kata menjadi tulisan. Otak mereka seolah berusaha keras, tetapi pintu utama untuk proses ini sering kali tertutup.

Namun, jangan salah. Anak disleksia bukan berarti tidak bisa belajar. Mereka hanya menemukan cara yang berbeda, cara yang mungkin tak lazim. Mereka adalah pelajar "pintu belakang," yang meski jalur utama tertutup, selalu mencari jalan lain. Kreativitas mereka seperti aliran sungai yang tak pernah berhenti mengalir. Mereka mungkin tak melangkah dari "A" ke "B" ke "C" seperti anak-anak lainnya, tetapi entah bagaimana mereka tetap sampai di tujuan. 

Kadang-kadang mereka harus melewati "B," memutar dua kali di sekitar "F," lalu tiba di "C" dengan cara yang tidak biasa. Tapi bukankah itu yang membuat mereka istimewa? Perjalanan melalui jalur yang tak konvensional ini memberi mereka kesempatan untuk melihat lebih banyak, berpikir dengan cara yang berbeda, dan menemukan kekuatan dalam setiap tantangan. Mereka bukan hanya kreatif, tetapi juga tangguh, lebih kuat dari yang kita kira.

Ada perbedaan lain yang terletak pada struktur saraf di otak mereka. Neuron di otak anak disleksia diatur dalam kolom-kolom kecil, atau "menara" saraf, yang berjajar lebih jauh satu sama lain dibandingkan dengan otak orang pada umumnya. Hal ini menyebabkan sinyal saraf harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk mencapai sinapsis. Namun, justru di sinilah keajaiban itu terjadi. 

Perjalanan sinyal yang lebih panjang ini membawa kemampuan luar biasa mereka bisa melihat inti dari masalah dengan cepat, memahami dilema, menghasilkan ide-ide kreatif, dan merangkai berbagai pemikiran dengan cara yang unik. Mereka adalah pemikir 3-D yang hebat, pemikir visual yang mampu melihat gambaran besar, merangkai ide-ide, dan selalu berpikir di luar kotak.

Otak seorang penderita disleksia seperti jaring laba-laba. Setiap pikiran, setiap perasaan, dan setiap pengalaman terhubung satu sama lain dengan cara yang begitu kompleks, tetapi juga indah. Mereka tidak hanya berpikir dengan sisi kanan otak yang visual, tetapi juga menghidupkan ide-ide dengan cara yang tidak biasa. Bayangkan otak sebagai sebuah kamus. 

Bagi kebanyakan orang, ketika ada informasi baru yang datang, otak akan mengarsipkannya dengan rapi. Saat seseorang bertanya, otak tahu persis di mana mencarinya. Tetapi bagi anak disleksia, otak mereka lebih seperti Instagram. Sebuah aliran gambar tak berujung, di mana gambar-gambar baru terus ditambahkan setiap saat. Mereka mencari jawaban seperti menggunakan hashtag di Instagram terkadang, hashtag itu tidak selalu membawa kita ke gambar yang tepat, kita bisa tersesat dalam lautan gambar, dan bahkan lupa apa yang sedang kita cari.

Namun, di situlah keajaiban terjadi. Dari kekacauan gambar-gambar yang saling bertumpukan, anak disleksia sering kali menemukan hubungan-hubungan yang luar biasa, yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Hubungan antara hal-hal yang mungkin tak terlihat oleh orang lain. Ya, ini membawa tantangan tersendiri dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi begitu kita menyadari arti sebenarnya dari disleksia, kita akan paham bahwa ini bukan sesuatu yang bisa disembuhkan---tetapi sesuatu yang bisa dipahami. Dan pemahaman itu adalah langkah pertama untuk menghargai betapa berbedanya cara mereka memandang dunia.

"Otak anak disleksia memiliki beberapa perbedaan menarik yang merupakan keunggulan berbeda. Misalnya, anak disleksia dengan mudah dan cepat melihat "gambaran besar" dengan cara yang unik dan kreatif yang memungkinkan mereka untuk berinovasi (Steve Jobs), secara sayarat memprediksi hasil seperti di dunia keuangan (Charles Schwab) memahami pendahulunya (ahli paleontologi Jack Horner), atau untuk mengekspresikan dengan cara-cara kreatif yang baru (Pablo Picasso)."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun