Mohon tunggu...
Imam BukhÖri Muslim
Imam BukhÖri Muslim Mohon Tunggu... -

Just a little boy who has been trapping in the freaking world with so many dream and imagination. So prude, slovenly, careless, untidy, but he always tries to do the best for his bright dream and imagination.. ^_*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

2 Hal Hari Ini..

25 Februari 2010   22:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini kota Cairo basah. Tergenang oleh guyuran hujan yang sudah hampir setahun tidak lagi menjamahnya. Udara begitu dingin. Rintik hujan masih belum berhenti sejak sore tadi. Suasana begitu lengang. Beberapa kali terlihat sambaran cahaya kilat diujung jendela kamarku, diiringi gemuruh petir yang cukup memekakkan telinga. Jendela kamarku pun bergetar, seakan meluluhkan engsel-engsel yang menjadi penahannya. Sesaat kemudian kembali senyap, hanya gemericik air terdengar menyirami bumi, diiringi desau angin yang berhembus semakin dingin.

Para penduduk mesir pun tampaknya lebih memilih berdiam diri di dalam rumah, menutup rapat-rapat daun pintu dan jendela flatnya masing-masing. Mungkin sedang asik bercengkrama dengan keluarga masing-masing di depan televesi, sambil menikmati siaran ramalan cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini.

Kembali sambaran kilat, terlihat diujung jendelaku, tak lama kemudian diringi suara gelegar petir yang cukup membuat Bulu kudukku berdiri mendengarnya. Aku jadi teringat pelajaran IPA waktu aku masih duduk di Sekolah Dasar dulu. Bukankah Kilat dan Petir sebenarnya datangnya secara bersamaan?, namun karena perbedaan frekuensi kecepatan, makanya cahaya sampai terlebih dahulu pada panca indra kita. Makanya seringkali suara petir kita dengar beberapa detik setelah terjadinya kilat. Tapi sudahlah kawan, kita kesampingkan saja dulu teori tentang kilat dan petir ini.

Hari ini tanggal 25 Februari 2010 M, bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awwal 1431 H. Ada 2 hal yang membuat hari ini cukup sepesial bagi diriku. Petama; Masih kuingat dan kucatat dalam buku harianku, pada tanggal 25 Februari tahun lalu adalah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di negeri ini. Negeri impianku. Negeri kekasih imaginasiku, Putri Cleopatra.

Seiring bergulirnya waktu, tanpa terasa telah setahun kulalui alur kehidupanku di negeri ini. Dan selama itu pula, Alhamdulillah hingga saat ini aku masih selalu dalam naungan kasihNya, serta dalam curahan rahmatNya. Puji syukur kehadiratmu ya Allah, maha besar karuniamu. Amien ya Rab…

Kedua; begitu juga hari ini adalah pertama kalinya aku harus merayakan Maulid Nabi di perantauan, jauh dari keluargaku tercinta. Aku jadi teringat pada kampung halamanku, sahabat-sahabatku, dan keluargaku di rumah khususnya. Untuk mengenang hari lahir sang nabi ``Panutan´´, sudah menjadi sebuah tradisi dan budaya di kampung kami, setiap kepala keluarga pasti mengadakan acara maulid nabi pada bulan Rabiul Awwal ini. Hampir setiap hari sepanjang bulan ini kita akan disuguhi undangan dari setiap rumah. Dalam sehari kita bisa berpindah 3-4 undangan dari rumah ke rumah. Sungguh sangat kurindukan saat-saat seperti itu, apa lagi pas ketika rebutan buah-buahan. (He... Jadi inget masa kecil dulu ^_^)

Nah, bagaimana dengan maulid nabi di negeri impianku ini? Tentu saja maulid di negeri ini sungguh sangat jauh berbeda dengan maulid nabi yang ada di tanah air. Kalau di Indonesia kita akan menjumpai berbagai macam perayaan yang cukup meriah, tapi di negeri ini sama sekali hal seperti itu tidak akan pernah kita jumpai kawan. Yang kurasakan sama saja seperti hari-hari biasa, alias tidak ada apa-apa sama sekali. Jangankan perayaan, mengingatnya pun tampaknya hanya segelintir orang saja. Entahlah kenapa..?

Ah, sudahlah kawan, Tampaknya hujan diluar sudah mulai reda. Namun masih menyisakan sedikit gerimis tipis. Di bawah reremangan cahaya lampu sempat kulihat dari balik jendela kamarku, gerimis tipis itu menyerupai jarum kristal berjatuhan menusuki bumi. Indah juga melihatnya, dan cukup mengundang kerinduan. Ah, betapa sulit kudeskripsikan...

Bawwabah, 25-02-2010 M /12 Rabiul Awal 1431 H.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun