[caption caption="Sketch by: Nour Hartani"][/caption]
Kapuhunan Si Anang
Â
kelelepon hijau, gula merah berpupur pecahan kelapa-kelapa
antara air liur atau lelehan otak yang meloncat ke dunia hariba
ingin mengecap. barang satu dua jikalau amang adut berlewat
sekiranya tidak, maka mak, buatlah untuk si anang di panci tuamu
agar bahan kujarah dengan sendal yang sama-sama kanan
telah lama tak pernah kau ramu peluh dalam kue-kue basah
dalam minyak-minyak jelantah; dalam lembayung cecara
maka mak, air meretas, buatkanlah!
Â
menuju lapangan menggendong lelayang bertali teraju
serta bapak tiga anak berbenang setebal urat leher tangan
layang-layangnya meningkahi sesekali, lelayangku sendam
geram gusar menebang dari bawah, lelayangku acuh bergeming
akhirnya menerabas, sial julak itu, limbung lelayangku putus
mengejar belantara ilalang, menggelinjang tumit diraba putri malu
tak hirau, tak hirau, tak hirau semua, segala
itu nyawa sore serta kekawan, jangan ada yang ikut mengejar!
Â
menggertak senja, nisan berkembang baru itu bermuara lancip
di antara kabut silam akan menyempurna hari, merapatnya
anang tersandung rebah, punggung bersimbah anak jantung, merah darah
sembari berucap, jangan rebut lelayangku lelaki tua berjubah bening!
serta merta dunia gelap seketika, tenang beralih pualam baqa’
Â
O, mak kelelepon hijau, gula merah berpupur pecahan kelapa-kelapa
antara air liur atau lelehan otak yang meloncat ke dunia hariba
kalalapon nang pian ulahkan sagan ulun mana mak?
2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H