Mohon tunggu...
Imam Buchori
Imam Buchori Mohon Tunggu... Politisi - Welfare activists, Democracy researchers and critics abuse of Political Power

Alumnus Political Science & Non-Partizan

Selanjutnya

Tutup

Politik

(3S) Selesai Suntik Sinovac, Auto Jadi "I'ron Man" Plus Bisa "Free Party"?

21 Januari 2021   00:11 Diperbarui: 21 Januari 2021   00:48 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                        Beberapa waktu lalu telah tersebar di media sosial dokumentasi para pesohor yang  mengadakan pesta dari kediaman Sean Galael, juga beberapa public figure lain seperti Raffi ahmad, Nagita Slavina, Gading Martin, Uus, Anya Geraldin, Hingga di lain sisi ikut menyeret  Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahja Purnama Alias “Ahok”  tak lain juga menyelenggarakan pesta bersama. 

           Ini menjadi pembicaraan publik  sebab di tenggarai beberapa dari mereka baru saja selesai melakukan vaksin Covid 19 Sinovac. Namun, dengan mudahnya berkumpul dengan banyak kerabatnya tanpa menggunakan masker saat melakukan foto selfie dan bernyanyi berdekatan. Tentunya ini banyak di sayangkan bagi banyak orang yang melihat perilaku dari mereka.

          Senada dengan hal itu, Kapolsek Kebayoran Baru, Komisaris Supriyanto menanggapi bahwa “Ga boleh ada kerumunan walaupun itu private party” dengan menindaklanjuti ini ia akan bersama camat setempat, memastikan pembuat acara dan penyedia acara akan dapat sanksi pidana atas kelalaian ini. 

           Namun kondisi terakhir cukup berbanding dengan statement dari Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus “Sudah kita periksa semuanya, ada tes usap antigen, isinya Cuma 18 orang, itu orang-orang terdekatnya saja dalam acara tersebut.” Singkatnya bahwa tak ada pelanggaran protokol kesehatan di acara tersebut, dimana jika ini terjadi pada figur di luar dari endorsement pemerintahan atau yang di rasa sebagai figur yang datang dari kelompok-kelompok ancaman rezim mungkin hal ini akan berbeda ceritanya.

         Di lain pihak pun Raffi sudah mengklarifikasi kejadian ini dengan meminta maaf bagi seluruh banyak pihak atas kelakuannya tersebut. Dan menghimbau publik agar tidak mengikuti prilakunya yang salah itu dan tetap pada protokol kesehatan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan (3M). 

        Lalu perbincangan hangat tetap saja masih belum selesai sampai di situ saja sebab masih muncul penasaran publik perihal bagaimanakah sebenarnya efek halu Sinovac ini bisa membuat public figure kita merasa kebal layaknya I’ron Man dan lepas ikatan karantina dengan mengadakan Free Party?

Meninjau antara BioPolitik dan Tingkat Efikasi Vaksin Sinovac di luar Indonesia?

         (P. Fidler.David,2020)  Dalam Vaccine nationalism's politics Mengungkap Perebutan pasokan vaksin adalah salah satu dari banyak keputusan pemerintah yang gagal mengendalikan penyebaran virus, menghancurkan aktivitas ekonomi, dan merusak kerja sama internasional. Kebijakan nasionalistik yang tidak efektif tampaknya menciptakan kesenjangan antara sains dan politik yang memperburuk pandemi dan merusak pencapaian diplomasi sains dan kesehatan. Nyatanya, nasionalisme vaksin mencerminkan “bisnis seperti biasa” dalam kesehatan global.

        Menyadari dampak pandemi, diperlukan tindakan pemerintah untuk menanganinya harus bisa menghubungkan antara sains dan tindakan politik. (Vieiraa dkk, 2020). 

        Bencana seperti pandemi Covid-19 menciptakan situasi yang dinamakan biopolitik (David & Le Dévédec, 2018), yang merupakan upaya politik yang diperlukan untuk kesiapan, koordinasi, pendanaan, dan melaksanakan kegiatan apa pun untuk memastikan kesehatan penduduk harus menghadapi politik yang berbeda kepentingan melalui mekanisme demokrasi.

        Sebagaimana di Brazil, Bolsonaro bereaksi dengan marah ketika dia mengetahui bahwa Kementerian Kesehatan bermaksud untuk membeli 46 juta dosis vaksin. “Saya perintahkan agar dibatalkan,” katanya. ia menilai tampaknya tidak ada negara di dunia yang tertarik dengan vaksin China itu. 

Partai Doria, Partai Sosial Demokrasi Brasil, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perlombaan untuk mengembangkan vaksin bukanlah kontes politik dan tidak dapat diperlakukan seperti itu. Di Brasil, persidangan secara politis penuh dengan pendukung Bolsonaro, yang telah meremehkan ancaman dan menyalahkan China atas pandemic.

          Berbeda pula pada Fhilipina, Philippine Daily Inquirer (PDI) melaporkan bahwa Departemen Sains dan Teknologi (DOST) telah menyetujui "kemanjuran 50 persen" dari vaksin Sinovac. Ini setengah benar dan menyesatkan. Pernyataan Pimpinan Mayoritas Senat Juan Miguel Zubiri dalam artikel berita PDI yang mengatakan bahwa Tingkat kemanjuran 50 persen untuk vaksin terhadap virus corona adalah“ lelucon ”dan sama sekali tidak dapat diterima, lagi-lagi bukan hanya pernyataan yang menyesatkan tetapi juga salah. 

         Leachon bertanya kepada pemerintah Filipina mengapa mereka diduga menerima vaksin dengan tingkat kemanjuran 50 persen ( Sinovac). Dia berkata, Pasalnya jika Pfizer dan Moderna membanggakan tingkat kemanjuran 95 persen dan AstraZeneca memiliki 70 persen, mengapa Filipina menerima tingkat kemanjuran 50 persen Sinovac dan jauh lebih mahal daripada Pfizer dan Astra?"

        Lalu di Kambodja Perdana Menteri Hun Sen, Sempat mengatakan “Kambodja ialah bukan tempat sampah dan bukan tempat uji coba vaksin”. Di mana negara itu hanya menyetujui vaksin yang telah di setujui oleh WHO, Sementara itu vaksin sinovac memang menjadi terdepan dalam distribusi pencegahan Covid 19 di sana. 

        Hun Sen mengungkapkan pemerintah juga telah mengalokasikan dana sekitar $100 juta hingga $200 juta dan selebihnya $48 juta  datang dari 38 ribu orang, terutama yang  aliran pendanaanya terdapat pada Taipan Lokal (Okha). Dimana para elit cukong mencoba menginfiltrasi Partai Rakyat Kambodja (CCP). Seperti di ungkap Neil Lounghlin  selaku Peneliti dari Institut Studi Asia Tenggara dan Kerajaan Belanda  bahwa Sebagai kompensasinya, para pelaku bisnis ini telah di berikan kesempatan untuk menghasilkan kekayaan melalui kontrak dan izin negara untuk menjalankan bisnis yang menguntungkan, beberapa di antaranya sangat kontroversial.

       Juga Pharmaniaga Bhd dari Malaysia menandatangani kesepakatan dengan Sinovac untuk membeli 14 juta dosis vaksin Covid-19 dan kemudian memproduksinya di dalam negeri. Juga sudah dalam tahap akhir negosiasi dengan produsen yang berbasis di China. Sinovac dan CanSino akan mengamankan dosis vaksin untuk mencakup lebih banyak populasinya. Dan Sinovac telah mendapatkan kesepakatan pasokan untuk vaksinnya dengan beberapa negara termasuk Indonesia, Chili, dan Singapura.

       Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca juga mengumumkan bahwa tingkat perlindungan awal vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac memiliki tingkat kemanjuran 91,25 persen dan tidak ada efek samping utama yang terlihat selama uji coba. Koca lebih lanjut mengatakan bahwa "Kami yakin bahwa vaksin (Sinovac) efektif dan aman untuk rakyat Turki." Dia juga mengumumkan bahwa dia akan menjadi orang pertama yang diinokulasi dengan vaksin China.

        Dari semua negara yang menerima vaksin Sinovac di atas, terlihat hanya turki yang cukup berhasil menerapkan vaksin ini tanpa kendala sekalipun, Walupun turki berhasil atas vaksin ini tetapi di lain hal terdapat Inflasi tajam  36,70% di lansir ENAG, belum lagi Selin Sayek Boke dari partai Cumhuriet mendapati bahwa 1 juta pekerjaannya telah hilang bahkan di perkirakan setahun terakhir 27,5% rakyat menaganggur permanen, bahkan beberapa ahli melansir 10 juta orang menganggur sekisar 64% dari kaum muda hanya bersedia memberikan makanan di jalan, Jadi Tak heran 1,3 juta  nyawa telah melayang, dan mungkin sebabnya beberapa ialah faktor kelaparan . 

        Selebihnya di luar negara turki masih  bermasalah dalam pengambilan keputusan melalui tinjauan Sains demi kepentingan kesehatan., yang mana bagian dari prinsip hak-hak warga negara memperoleh jaminan kesehatan juga hak hidup yang pastinya dan bukan lebih cenderung pada perkara aspek politis  untuk melegitimasi bisnis-bisnis dari monopoli elit internasional tertentu untuk memanfaatkan situasi bencana menjadi ladang penumpukan kekayaan maupun kesepakatan diplomasi bilateral erat dengan salah satu negara super power dunia pemasok Sinovac yakni China.

        Tinjauan sains dari John Moore peneliti vaksin dan ahli imunologi di Weill Cornell Medicine, ia menilai Kurangnya keterbukaan untuk melibatkan para ilmuan dari pengujian Sinovac demi mengetahui apa yang terjadi, lalu pada dasarnya ini yang menjadi hal kendala maupun misterius bagi rasa penasaran ilmuan untuk mengungkap secara komprehensif terhadap vaksin Sinovac. 

        Di tambah karakteristik orang china yang tak transparan.  Meskipun di bandingkan dengan pvizer dan moderna di mana keduanya sudah menggunakan teknologi baru mRNA yang memicu respon antibody lebih kuat unggul daripada Sinovac yang memakai versi SARS-CoV-2 yang tidak aktif untuk menginduksi respon imun.

Penerapan Vaksin Sinovac di Indonesia?

         Kemudian Jika berbicara perihal efektifitas sinovac ini, sempat di ungkapkan oleh Ahli Biostatistik University of Florida, Natile Dean, biasanya vaksin efektif bekerja saat mencegah penyakit paling parah. Seperti uji coba di Brazil sekitar 78% Sinovac melindungi pasien penyakit sedang-parah, bahkan juga terkadang melindungi pasien penyakit ringan. Tetapi jika ini masuk dalam kategori penyakit “sangat ringan” ini tidak perlu perhatian dari medis, lalu tingkat keefektifan vaksin pun menurun  menjadi 50%. Lanjutnya ketika vaksin mendekati angka 50-60 %, artinya tingkat efektif “Ketidakpastian” itu jauh lebih besar.

        Indonesia menjadi negara pertama di luar China yang memberikan persetujuan penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh pembuat obat China Sinovac Biotech Ltd., meskipun temuan itu menempatkan keefektifan kandidat di antara yang terendah untuk vaksin virus corona baru. 

        Badan makanan dan obat-obatan Indonesia mengatakan  bahwa uji klinis tahap akhir di kota besar Bandung menunjukkan vaksin  Sinovac efektif 65,3%. Kalaupun mengacu pada angka yang di sebut Dean sebelumnya dari skala Efektifitas  50-60%., secara rasio uji klinis di bandung hanya berjarak 5% dari batas yang “Ketidakpastian” itu.

        Sejalan dengan standar vaksin dari WHO di angka 50%, Pada Vaksin Sinovac di Indonesia mencapai efikasi 65,3 %, angka ini masih di atas brazil yang di efikasi 50,4%, dan berada di bawah turki yang di angka 91,25 %. Dengan tingkat  keamanan vaksin sinovac Ringan-sedang seperti nyeri, iritasi, pembengkakan, nyeri otot, letih demam dan hingga gejala beratnya 0,01-1 % sakit kepala, gangguan kulit, lalu diare. Menurut Ketua ITAGI (Indonesia Technical Advisory Group on Immunization) Prof. Dr. Sri Rezeki  S Hadinegoro, “pemberian Vaksin covid 19 tidak langsung membuat orang langsung jadi kebal sekaligus masih ada resiko terinfeksi. Namun, memang dampaknya akan lebih ringan di banding yang tidak vaksin.”. 

       Salah satu nya juga sebagaimana di ungkap Oleh Sulfikar Amir (Associate Professor dan pakar Sosiologi Bencana di Nanyang Tecnological University), Perihal MicroSpreader., dimana Orang di sekeliling kita ataupun orang terdekat kerabat kita sendiri. Mempunyai resiko Menyebarkan Virus Covid 19 secara relasi sosial dan ini cukup sulit untuk di lacak.

       Jadi, Para Pesohor Indonesia sebelumnya bisa di katakan tetap melanggar Protokol Kesehatan, dan bukan berimajiner selayaknya I.ron Man yang kebal sesudah di vaksin. Sebab MicroSpreader masih mendorong penyebaran sekalipun itu kerabat terdekat.  

        Dari sini terlihat Seakan-akan Setelah Suntik Sinovac(3S), bisa dengan bebas lepasnya menjadi kebal seperti rasanya menjadi I’ron Man, sekaligus berdempetan selfie ria tanpa masker di atas lantai free party.. Pemerintah juga lebih terkesan menjadikan ajang vaksin sebagai unjuk siapa paling berani, bukan sebaliknya menerangkan efikasi, imunogenisitas dan efektivitas vaksin ini yang akan terjadi pada saat pasca menyuntikan ke tubuh manusia, guna langkah sosialisasi kepada khalayak ramai.

        Secara Implisit pemerintah telah gagal terhadap pengendalian wabah 3T (Testing, Tracing Treatment), Seperti misal Karantina wilayah hanya sekedar buah bibir belaka tanpa penegasan secara pembatasan ketat Ventilasi-Durasi-Jarak(VDJ), Penerbangan Maskapai masih tergolong massif, para pelancong wisatawan masih tersebar di daerah-daerah, Surplus penderita pasien aktif sejak awal tahun ini hingga tanggal 17 januari 2021 angka melonjak drastis di angka 11.287 positiv covid 19, secara keseluruhan angka itu tembus 907.929 kasus dan hingga kini masih terus menambah. 

        Belum lagi krisis penunjang alat kesehatan dan tenaga kesehatan, angka testing masih saja tak menentu. Apalagi aksi presiden yang cukup heroik mengikhlaskan tangannya untuk di suntik pertama kali, semacam bisa melunasi hutang-hutang nyawa yang telah pergi semenjak febuari 2020 lalu.

       Begitu pula ancaman pidana dan denda datang pada masyarakat yang enggan melakukan penyuntikan vaksin ke tubuh mereka bukan pada seharusnya itu menjadi hak warga untuk memilih dan kesukarelaan mereka masing-masing, bercermin pada apa yang telah di terapkan oleh pemerintah Kambodja kepada masyarakatnya, di lain hal  rakyat di giring pada peraturan “meneror” di diri mereka masing-masing. Yang mana seharusnya pidana di berlakukan pada adanya pungli, efek samping bahaya, salah sasaran, vaksin gagal maupun lambat datang.

       Narasi “darurat” yang di jadikan tameng rezim, pelan-pelan sebagai kandungan bisa ular yang beracun untuk membungkam hak demokrasi sipil saat ini. Pemulihan Ekonomi Nasional  yang di programkan telah gagal, dengan banyak celah keteledoran rezim atas dampak dari PHK pekerja, pengangguran usia produktif, dan nilai bahan kebutuhan pokok yang serba naik salah satunya kedelai.

      Belum selesai dengan problema dengan wabah Covid 19 rumit dari tahun 2020, di awal tahun 2021 kita mendapati ujian bencana tamabahan yang terjadi di sumedang longsor, jawa tengah dan jawa timur terjadi gunung merapi erupsi, kalimantan barat terkena banjir bandang, di sulbar majene, mamuju mendapati gempa bumi dahsyat, manado banjir gelombang laut pasang, Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh semua ini adalah peristiwa yang tak bisa di pandang sebelah mata apalagi publik figur kita masih sempat-sempatnya senyum ceria sambil selfie tanpa beban sembari menunjukan kesuperan vaksin sebelumnya di tengah-tengah sesama anak bangsa ada yang lagi berduka dan kesusahan., Ini cukup sekali tidak memberikan sikap "etik" bagi para  pengikut mereka.

      Terakhir bisa di saksikan sendiri bagaiamana efisiensi Embel-embel pemulihan Ekonomi pengesahan uu cipta kerja dari akhir tahun lalu.Dari siapa, Untuk siapa, oleh siapa?Memberikan kita kini hadiah Surprise perihal bantuan sosial yang di sikat sekalipun itu untuk warga berkebutuhan khusus disabilitas pun di kunyah tanpa ampun. Kalo saja problema vaksin menjadi sebuah tambahan masalah dan menjadi sebuah dilematis dalam memilih varian rasanya, Saya pikir mungkin kita perlu  memanggil  I’ron Man original demi membasmi Covid 19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun