Baru-baru ini Pilpres AS 2020 baru saja berakhir dalam pertarungan dua aktor dari republikan yang di representasikan oleh Trump dengan usia 74 tahun dan demokrat yang di representasikan oleh Biden dengan usia 77 tahun. Bisa di katakan kedua calon inipun sudah di ambang lanjut usia dalam persaingan jabatan presiden AS. Dari hasil akhir menunjukan bahwa elektabilitas biden berjumlah 306 suara dan trump berjumlah 232 suara. Ini menunjukan Biden sudah memegang tiket pasti ke gedung putih secara jumlah suara.
Lalu tersimpan keunikan dari ajang serentak pertarungan politik di negara paman sam sana, di saat semua mata tertuju pada kontestasi pilpres AS november 2020 lalu. Namun telah tersembunyi bibit muda amerika yang potensial di masa depan amerika kelak. Sosok republikan muda berusia 25 tahun, produktif, gagah, dan berani.
Di persembahkan dalam persaingan legislatif di kota Carolina utara yakni bernama Madison Cawthoarn. Yang menarik dari kandidat pria ini bagaimana mungkin anak muda yang masih di anggap anak bawang dari para antek gerontokrasi di sana, bisa memenangkan kontestasi politik legislatif dan menunjukan semangat konservatif, vokal kebebasan, di tambah gelagat identitas supremasi kulit putihnya seperti sebagaimana ia mengagumi seorang Nazi Jerman terlihat dari beberapa arsip kunjungan di tahun 2017, beserta kristenisasi yang menjadi daya dobrak elektabilitas nya. Apa yang ia tawarkan secara mendalam sehingga bisa mendepak orang tua demokrat pesaingnya dari Carolina utara setempat, kemudian seperti apa sepak terjangnya dalam memenangi perwakilan anggota House of Representatives. Dan siapa pemuda ini sebenarnya.
PARUH AWAL PERJALANAN
Madison berstatus penyandang disabilitas atas kelumpuhan kedua kakinya di sebabkan kecelakaan mobil pada tahun 2014 saat ia masih berkuliah di jurusan ilmu politik, Patrick Henry College. Ia menggunakan kursi roda setelah musibah naas yang menimpanya di liburan musim semi di kawasan florida.
Dalam transisi masa perkuliahannya, Madison terbilang cukup tidak berprestasi dan banyak mendapati nilai D, dan pada akhirnya ia memutuskan untuk berhenti kuliah di sebabkan kedua kakinya yang menghalangi aktivitas kebutuhan ia belajar. Namun, Sebelum ia menjadi mahasiswa, ia sempat mendaftarkan diri di salah satu akademi angkatan laut di amerika, sayangya ia di tolak karna beberapa seleksi ketentuan dari pihak lembaga itu.
Awal mula Madison terpilih sebagai representasi dari partai republik bukan tanpa hal, Mark Meadows calon kuat di kawasan Carolina utara sebelumnya telah memimpin dalam bursa kuat pencalonan yang terpilih dari partai Republik mulanya, hanya saja beliau sudah menempati posisi strategis sebagai Staf di komite Gedung Putih bersama jajaran orang-orang dari trump.
Maka dari itu kursi kosong perwakilan di distrik Carolina utara pun menjadi target bagi para anggota republik lainnya demi pertarungan kursi nomor 1 untuk mewakili partai Republik di kawasan tersebut. Lalu munculah kandidat Underdog yang saling bersaing antara Lynda Barnet seorang pembisnis real estate yang tak lain juga dari orang kenalan Mark Meadows sebelumnya dan yang satunya lagi ialah Madison Cawthoarn sendiri yang juga berprofesi sampingan pengusaha.
Presentase kemenangan Madison pun mecapai 30 poin di The Associated Press dan resmi mengalahkan kandidat lain republik Lynda Barnet yang mana nantinya akan di hadapakan pada pertarungan sebenarnya di kongres Carolina Utara distrik 11 melawan kandidat dari Demokrat Moe Davis sebagai pesaing kuat untuk bergulat di kursi nomor 1 kawasan distrik setempat. Setelah langkah kemenangan awal itu, ia di panggil Donald trump dari Air Force One perihal diberikannya ucapan selamat kepada Madison atas berhasil mewakili republik untuk selanjutnya mempersiapkan diri di pertarungan final November 2020.
Madison di gadang-gadang jika menang nanti di november akan menjadi senjata baru republik untuk beradu tajam di washington dengan anggota wanita dari demokrat kota New York, Yakni Alexandria Ocasio-Cortez yang kurang lebih sudah menginjak usia 31 tahun, dan akan membuat atmosfer semakin panas di Majelis legislatif tertinggi itu akan suara-suara kritis pemuda antara kubu kanan tengah kiri. Tatkala jika boleh di analogikan sebagai youngster seperti halnya di akademi klub sepak bola, hanya saja bedanya ini di lihat sebagai bidang pergolakan politis, dan republik pun cukup beruntung memiliki aset muda yang potensial demi membangun internal SDM generasi partai mereka di kurun waktu 10-20 tahun mendatang.
Bahwa jika Madison terus di kembangkan dan di pelihara oleh partai republik bisa jadi di masa yang akan datang mereka sudah punya amunisi yang bakal memproduksi bibit aktor berbahaya dan sudah barang tentu di pertimbangkan kekuatannya oleh rivalnya dari demokrat mengingat mantan presiden dari republik di abad 20-21 terdahulu cukup buas seperti Theo Roosevelt, Eisenhower, Nixon, Ford, Reagen, Herbert Bush, G.W Bush(junior), dan Trump. Bahkan jika mengasosiasikan ketika Stephen Hawking yang mengenakan kursi roda plus pakar teoritis fisikawan, Madison Cawthoarn juga memakai kursi roda bedanya ia lebih condong pada praxis pemula dari majelis tertinggi legislatif di Amerika dan bukan ahli teori.
STRATEGI KEMENANGAN DI PILEG CAROLINA UTARA
Di sebutkan Adman Nursal (2004) tentang strategi marketing politik dari pendekatan teori pasar yang di bagi dalam tiga aspek yakni Push marketing, Pull Marketing, dan Pass marketing. Aspek push marketing menjelaskan adanya stimulus dari pasangan kandidat yang nantinya di tujukan pada para pemilih untuk mengerahkan mereka datang ke bilik suara dan menggunakan suaranya untuk kandidat yang datangnya dari kandidat yang mengerahkan sebelumnya. lalu pull marketing yakni penciptaan bingkai citra kandidat guna memiliki pengaruh kepada para pemilih dan menghidupkan narasi sentimen dalam diri pemilih. Terakhir yakni pass marketing memanfaatkan para individu yang menonjol atau para kelompok yang memiliki popularitas demi menggiring opini pemilih.
Awal pergerakan di pemilu Carolina utara setempat, di mana push marketing Madison terlihat coba menstimulus dan mengorgainisir para pemilih dengan mendonasikan sekian banyak tabungannya untuk investasi pada iklan nasional di jejaring facebook nya sekisar $ 163.756 di lansir 9thstreetjournal dari pada jejaring media sosial lainnya, di tambah lagi di jalanan tersebar banner yang bergambar bendera amerika yang berbentuk gelombang dan di hiasi tagar-tagar pengahalus pesan, dengan warna merah, biru, dan putih. Ini banyak berjejer sampai bertebaran dari mulai perkantoran, kendaraan pribadi, dan pemukiman warga. Di satu sisi Moe Davis sebagai lawannya juga tak mau kalah juga dengan mengiklankan spanduk genderang perang kampanye nya dengan foto berlatar belakang pegunungan Carolina Utara dengan embel tulisan-tulisan sinis kepada calon dari republic tsb.
Dalam siasat pull marketing nya, di sini Madison cukup membuat propaganda beringas dan efektif ketika membawa sentimen publik dengan menyerang iklan dari para anggota wanita demokrat yang terafiliasi dengan Moe seperti ketua House of Representative Nancy Pelosi, Rep.Ilhan Omar, dan Alexandria Ocasio-Cortez. Dalam latar foto Gunung Rushmore, terdapat tingkatan vertikal sketsa wajah ketiga nama elit demokrat sebelumnya di bumbui dengan warna merah bertuliskan “tambahkan namamu untuk melawan mafia”.
Madison juga menyerukan dalam video kampanye di jejaring sosial, bahwa Moe Davis mendukung Nancy Peloci di kawasan mereka, di west notrh carolina. Lalu ia menambahkan, “Moe adalah musuh saya dan komplotan mereka bersiap memakzulkan presiden trump di saat menjabat” dalam video itu menyatakan beberapa keburukan dari kebijakan kelompok sosialis yang merugikan rakyat Carolina utara meliputi: pajak tinggi, perawatan kesehatan yang dikelola oleh pemerintah, penyebarluasan senjata, massa pelanggar, penutupan, parkir pengadilan, gereja-gereja tertutup, perbatasan terbuka, sekolah-sekolah yang ditutup, penghancuran ekonomi, penggundulan dana polisi kita.
Moe davis di anggap oleh Madison berupaya mendorong kekerasan massa. Apalagi Moe sempat mengatakan bahwa akan bersiap mematahkan leher orang-orang seperti Madison yang mengalami disabilitas. Di mana keluarga Madison di ganggu beserta tunangannya yang berada di dalam kediamannya telah di intimidasi dan berbuat tingkah laku vandalizme.
Agama Kristen di sebut oleh moe sebagai "orang domba". Demi semakin melancarkan agitasinya, Madison menilai ini bukan pertarungan antara kiri atau kanan, ini tentang perkelahian atas versus bawah atau kebebasan versus perbudakan. Ia berjanji ini sebagai misi sucinya untuk memberhentikan, dan coba mengingatkan pada pemilih bahwa cukup sekali saja sosialis terpilih. Dia tak mau amerika berubah menjadi negara sosialis, dan ingin tetap menjadi amerika seperti normalnya. Untuk penutup ia menyebut dirinya sebagai seorang senjata publik.
Aspek ketiga pass marketing yang di gunakan oleh Madison di mana sederhananya terdapat tindakan memanfaatkan kepopuleran trump, yang mana sebagai elit terdepan dari partai republik. Ini menjadi keuntungan sendiri bagi Madison sebab secara kebetulan bisa mendompleng namanya di kawasan Carolina, apalagi ia sempat di minta kepada trump untuk memberi nasehat dan masukan sebagai anak muda yang potensial. Dan narasi ini ia bawa sampai ke pidato-pidato nya pada saat ia orasi.
Sebagai senjata lainnya ia cukup berhasil menarik kelompok massa yang masif dengan melakukan penggalangan donasi pendanaan di kotak bewarna merah, biru dan putih. Menariknya penggalangan ini bukan hanya di peruntukan untuk distrik 11 saja, tetapi mencakup luar negara bagian Carolina utara. Hasilnya taktik ini cukup efektif merangkul publik luas yang bukan hanya di dalam distrik 11 saja yang menjadi asupan pendanaannya tapi hingga luar kawasan pencalonannya. Dengan efisiensi metode itu Madison mengatakan “saya berhutang bukan hanya pada distrik saya saja tapi meluas kepada orang-orang yang saya wakilkan”.
Madison pun menuai panen di awal November memenangkan total 243.917 suara atau 54,5 % dan berhasil mengalahkan kompetitornya dari demokrat Moe Davis di urutan kedua yang sudah menginjak usia 62 tahun dan hanya mendapatkan total suara 189.529 atau 42,4 %. Walaupun secara eksplisit menunjukan segementasi dominan dari partai republikan di kawasan itu. Cukup di akui upaya anak muda yang memiliki keterbatasan fisik ini tetap saja bukan terpandang sebelah mata.
Di saat pemenangannya pun ia banyak merekrut kawan-kawan kampusnya yang ikut andil dalam tim pemenangannya di Carolina utara. Sampai pada titik ini nampaknya belum sempurna jika memantau kelihaian politis seorang Madison Cawthoarn hanya dalam kemenangan masuk jajaran legislatif gedung putih sana.
Sebab ia sudah di tunggu rival wanitanya dari demokrat yaitu Alexandria Ocasio-Cortez yang sebelumnya sudah bakal di gadang-gadang menjadi lawan debatnya ke depan di kongres Washington. Menarik di nantikan jika memonitor drama mereka selama 5 tahun kedepan di kongres. Apakah terbukti memberi kinerja nyata atau sebatas rektorika belaka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H