Mohon tunggu...
Imam Ali
Imam Ali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa sejarah

Saya menyukai sejarah dan menonton film, film sejarah yang paling Mahabarata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik di Era Digital: Media Sosial, Tantangan, dan Solusi

15 Desember 2024   16:00 Diperbarui: 15 Desember 2024   14:01 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendahuluan

Media sosial mengalami perubahan besar struktur politik global. Platform seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan TikTok tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai ruangan hidup bagi gagasan, informasi, dan opini publik. Namun, di balik potensi pemberdayaan ini, terdapat sisi gelap yang tak terhindarkan: disinformasi, polarisasi, dan manipulasi yang mengancam integritas proses demokrasi.

Dualitas Media Sosial dalam Politik

Pemberdayaan dan Partisipasi

Demokratisasi Informasi: Media sosial telah memecah monopoli informasi yang dulunya dipegang oleh media tradisional. Warga negara kini memiliki akses yang lebih luas ke berbagai perspektif dan berita politik, memungkinkan mereka untuk lebih terlibat dalam proses politik. Namun, perlu dicatat bahwa "akses informasi" ini tidak selalu berarti "kualitas informasi". Tantangannya adalah memastikan bahwa masyarakat dapat memilah antara informasi yang akurat dan disinformasi.

Interaksi Langsung dan Akuntabilitas: Platform media sosial memungkinkan politisi dan pemilih untuk berinteraksi secara langsung, melewati perantara tradisional. Ini berpotensi menciptakan rasa pertanggungjawaban yang lebih besar karena politisi dipaksa untuk merespons pertanyaan dan kritik publik secara terbuka. Namun, interaksi ini juga bisa menjadi dangkal dan seringkali dikendalikan oleh citra yang dipoles dan pesan yang dikemas secara hati-hati.

Pemicu Gerakan Sosial dan Politik: Media sosial telah membuktikan diri sebagai alat yang efektif untuk mengorganisir gerakan sosial dan politik. Ia mampu membangun kekompakan lintas batas dan menggerakkan massa dengan cepat. Namun, perlu juga diwaspadai bahwa aktivisme online tidak selalu diterjemahkan menjadi aksi nyata di dunia nyata. Selain itu, gerakan yang diorganisir melalui media sosial dapat rentan terhadap manipulasi dan disinformasi.

Sisi Gelap

Ekosistem Disinformasi: Kecepatan dan kemudahan penyebaran informasi di media sosial juga membuka pintu bagi penyebaran berita palsu (hoaks) dan disinformasi. Algoritma media sosial seringkali memperkuat bias yang ada, menciptakan "ruang gema" di mana pengguna hanya terpapar pada informasi yang mengkonfirmasi pandangan mereka sendiri. Dampak disinformasi dapat merusak kepercayaan publik pada lembaga-lembaga negara dan bahkan memicu kekerasan.

Polarisasi Politik dan Perpecahan Sosial: Media sosial cenderung mengelompokkan opini politik, memicu perpecahan dan ketegangan antara kelompok-kelompok yang berbeda. Komentar-komentar yang kasar, serangan personal, dan propaganda menjadi lebih dominan daripada argumen berbasis fakta. Hal ini menghambat dialog konstruktif dan merusak kohesi sosial.

Manipulasi dan Propaganda Digital: Platform media sosial dapat digunakan untuk tujuan manipulasi dan propaganda. Kampanye politik dapat menggunakan bot dan akun palsu untuk menyebarkan pesan yang menyesatkan, memobilisasi dukungan, atau menyerang lawan politik. Ini dapat merusak integritas proses demokrasi, mengikis kepercayaan pada pemilihan umum, dan memicu ketidakstabilan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun