Mohon tunggu...
Imam Ahmad Alaji
Imam Ahmad Alaji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Just ordinary Young Environmentalis with a ton of dream.

Beguyur

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Problematika Kelapa Sawit: Manfaat dan Dampak Lingkungannya

10 Juli 2022   17:52 Diperbarui: 13 Maret 2023   14:31 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sawit, sesuatu hal yang tak asing di telinga masyarakat kita, bagaimana tidak, kebutuhan memasak baik skala rumahan hingga industri tak pernah lepas dari penggunaan minyak berbahan baku tanaman ini. 

Bukan tanpa sebab mengapa minyak sawit (CPO) menjadi primadona selain karena ketersediaannya yang relatif melimpah, biaya produksi minyak ini lebih murah dibandingkan minyak jenis lain.

Dibalik segala problematika minyak goreng sawit yang terjadi belakangan ini dari ketersediaan di pasaran yang menghilang bak ditelan bumi, harganya melambung tinggi, hingga isu lingkungan yang menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan di indonesia.

Apakah seburuk itu dampak yang ditimbulkan sawit? apakah manfaatnya sebanding dengan dampak lingkungannya? atau kita hanya tidak diberikan alternatif lain?

Sebelum itu mari kita telisik lebih dekat dengan perkebunan sawit di Indonesia, Keunggulan sawit, dan dampak lingkungannya serta rekomendasi penyelesaian

Perkebunan Sawit di Indonesia

Berdasarkan Kementerian Pertanian (Kementan) Luas areal perkebunan minyak kelapa sawit di Tanah Air selama 2017 - 2021 mengalami laju pertumbuhan yang meningkat. luas perkebunan minyak kelapa sawit mencapai 15,08 juta hektare (ha) pada 2021. Luas perkebunan ini setara dengan luas Provinsi Kalimantan Barat yang luasnya 14,731 juta hektare.

Dengan luas perkebunan sawit ini sangat mungkin untuk membentuk 1 provinsi baru dengan segala ekosistem perekonomian dan kebijakannya secara mandiri.

Melansir dari databoks.katadata.co.id Luas perkebunan tersebut naik 1,5% dibanding tahun sebelumnya yang seluas 1,48 juta ha. Dari 15,08 juta ha, mayoritas dimiliki oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) yaitu seluas 8,42 juta ha (55,8%). 

Kemudian, Perkebunan Rakyat (PR) seluas 6,08 juta ha (40,34%) dan Perkebunan Besar Negara (PBN) seluas 579,6 ribu ha (3,84%).

Kementan juga mencatat, jumlah produksi kelapa sawit nasional sebesar 49,7 juta ton pada 2021. Angka tersebut naik 2,9% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 48,3 juta ton. 

Manfaat Sawit

Sumber: alodokter.com
Sumber: alodokter.com

Alasan yang paling menjelaskan kenapa sawit menjadi pemeran utama dalam pangsa produksi minyak di indonesia dikarenakan kelapa sawit dinilai jauh lebih efisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya.

Satu hektar lahan kelapa sawit akan menghasilkan 4,17 ton buah kelapa sawit per tahun. Sedangkan untuk luas lahan yang sama, bunga matahari hanya akan menghasilkan 0,56 ton minyak bunga matahari, tanaman kedelai menghasilkan 0,39 ton minyak kedelai dan kacang tanah menghasilkan 0,16 ton minyak kacang tanah. 

Selain minyak kelapa sawit lebih unggul, minyak kelapa sawit juga memiliki umur simpan yang panjang dan solid pada suhu kamar sehingga minyak kelapa sawit ideal dalam pembuatan berbagai jenis makanan .

dari sudut pandang perekonomian, Data BPS mencatat bahwa ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya masih menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia. Pada tahun 2016, nilai ekspor dari minyak kelapa sawit dan produk turunannya adalah USD 18,22 miliar dan Pada tahun 2020 nilai ekspor tersebut naik  menjadi USD 25,60 miliar .

Dampak Lingkungan Sawit 

Sumber: flickr.com
Sumber: flickr.com

Patut untuk diketahui dengan segala keunggulan sawit ada dampak lingkungan yang membayanginya, 15 juta hektar bukan luas wilayah kecil hal ini menimbulkan ekspansi perkebunan kelapa sawit berupa perubahan atau konversi lahan dari hutan menjadi perkebunan.

Konversi lahan ini secara langsung menyebabkan perubahan pada kondisi lingkungan terjadinya pencemaran air, semakin berkurangnya populasi satwa, terjadinya kekeringan atau berkurangnya kuantitas air tanah, erosi tanah dan pencemaran udara.

Selain itu limbah dari pemupukan membuat ekosistem yang ada di aliran air atau sungai menjadi terganggu sehingga menjadi ancaman bagi spesies-spesies yang rentan dan terancam punah. lahan yang ditanami oleh pohon kelapa sawit biasanya memiliki jumlah rata-rata mamalia 15-20%/ha yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan hutan tropis.

Hal yang harus dicermati, kerusakan yang diakibatkan perkebunan sawit terjadi dari hulu sampai hilir produksi perkebunan sawit, 

Fase pembukaan lahan, perusahaan melakukan konversi hutan sekunder atau primer menjadi perkebunan sawit (monokultur), hal ini menyebabkan penurunan keanekaragaman spesies tumbuhan secara siginifikan dari hutan heterogen dengan keanekaragaman flora dan fauna melimpah menjadi lahan homogen yang miskin keanekaragaman.

Fase pembibitan, tanaman kelapa sawit “rakus” terhadap air dan unsur hara selain tanaman kelapa sawit juga harus dirangsang oleh berbagai pupuk dan bahan kimia lainnya agar pertumbuhannnya optimal.

Fase Pertumbuhan, Perkebunan kelapa sawit yang berada pada lahan hutan dapat mengakibatkan hilangnya fungsi hutan alam sebagai penghasil air serta pengatur tata air. Tanah yang secara terus menerus ditanami oleh satu jenis tanaman seperti tanaman kelapa sawit akan mengakibatkan kualitas tanah menurun secara periodik (Badrun & Mubarak, 2010).

Contoh kasus dampak lingkungan dari ekspansi perkebunan kelapa sawit terjadi Desa Penyabungan, Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Pada daerah tersebut terjadi berkurangnya kuantitas air tanah, pencemaran air, berkurangnya populasi satwa, dan pencemaran limbah cair industri pengolahan CPO yang diakibatkan limbah cair tidak dapat  tertampung  dan  meluap  ke sungai.

Rekomendasi penyelesaian alternatif 

Sumber: publikasiilmiah.ums.ac.id
Sumber: publikasiilmiah.ums.ac.id
Banyak sekali rekomendasi alternatif untuk mengganti minyak sawit, namun menimbang dari keunggulan, dampak negatif dan kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini. Terdapat metode bijak untuk setidaknya menengahi atau meredam sampai terdapat metode yang efektif, yaitu dengan agroindustri yang berkelanjutan. 

Menurut Khatimah (2018), Sistem agroindustri yang berkelanjutan tergolong produktif, kompetitif dan efisien, serta pada saat yang sama dapat melindungi dan memperbaiki kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar areal industri perkebunan kelapa sawit.

Berbagai instrumen manajemen lingkungan dan kebijakan lingkungan yang berkaitan dengan agroindustri kelapa sawit yang berkelanjutan antara lain AMDAL, standar ISO 14000, ecolabeling, hutan lestari, produksi bersih (cleaner production), audit lingkungan dan Roundtable On Sustainable Palm Oil (RSPO) (Kurniawan & Industri, n.d.).

Kegiatan industri kelapa sawit berkelanjutan dengan berlandaskan lingkungan dapat diwujudkan melalui pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien agar produksi dari industri perkebunan kelapa sawit menjadi produksi yang bersih.

Selain itu industri untuk mengurangi emisi karbon adalah dengan menyeleksi lahan yang akan digunakan untuk penanaman kelapa sawit. Lahan-lahan yang diprioritaskan adalah yang terdegradasi atau terlantar dan harus mengidentifikasi karakteristik lahannya baik gambut atau lahan hutan primer.

Bagi industri perkebunan kelapa sawit yang ingin membuka lahan dengan memanfaatkan hutan tidak diperbolehkan membakar lahan hutan,  dengan begitu peningkatan emisi karbon di udara dapat dikurangi.

Menurut Bappenas (2010), permasalahan pembangunan kelapa sawit di Indonesia dapat diatasi dengan menerapkan 8 alternatif kebijakan pembangunan kelapa sawit, yaitu:

  1. pengembangan produk (hilir dan samping) dan peningkatan nilai tambah produk kelapa sawit;
  2. transparansi informasi pembangunan kebun kelapa sawit;
  3. promosi, advokasi dan kampanye publik tentang industri kelapa sawit berkelanjutan;
  4. mendorong penerapan prinsip dan kriteria RSPO;
  5. pengembangan mekanisme resolusi konflik;
  6. pengembangan aksesibilitas petani terhadap sumber daya;
  7. penguatan dan penegakan hukum pembangunan kelapa sawit berkelanjutan melalui penerapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan tata kelola perizinan, dan;
  8. pengendalian konversi hutan alam primer dan lahan gambut

Setelah mengetahui keunggulan dan dampak lingkungan  yang diakibatkan kelapa sawit, dimanakah posisi kita berpihak? pro? kontra? atau netral?

"segala sesuatu memiliki dampak baik dan buruk, jadilah manusia bijak dengan tidak menghakimi sesatu dari satu sisi"

Refrensi 
(1), (2), (3), (4)(5)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun