Mohon tunggu...
Imam Agung Firdaus
Imam Agung Firdaus Mohon Tunggu... Lainnya - Just a Ordinary People

Penggiat Sosial, Lingkungan Hidup, Petualangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menuju Cita Part 4

7 September 2023   12:00 Diperbarui: 16 Januari 2024   15:04 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kala terakhir bertemu Nandi, saat itu aku berada di Tanjung Abiyudaya, pelabuhan yang paling  besar di Dwipa Nusa, pelabuhan  yang merupakan  tempat dimana  semua orang menaruh harap  atas kebahagiaan yang dimimpikan oleh setiap orang yang akan berlabuh ataupun meninggalakannya. 

Ya Tanjung Abiyudhaya tempat itu, aku sangat mengingatnya, tempat dimana aku terakhir berpisah dengan Nandi teman sekaligus motivatorku untuk berani melangkah dan bergerak, saat itu adalah saat aku hendak pergi meninggalkan Dwipa Nusa, sambil berpesan Nandi bercerita tentang banyak hal, dalam ceritanya dia menyampaikan arti Abiyudhaya.

Abiyudhaya adalah sebuah tempat penuh harapan, sesiapa yang pergi melaluinya adalah mereka yang berani berharap katanya, sambil menegaskan kepadaku apakah kau yakin dengan kepergianmu, katanya? sambil memandangku penuh harap tak tergoyah akan fikiran sesaat untuk mentap dan mengubur Uttaradwipa difikiranku.

Sambil menatap tegas dia ulangi pertanyaannya kala itu. mungkin baginya aku hanya seorang yang tidak yakin untuk kepergianku. sebuah keinginan atas  kepergian sesaat yang tak tentu arah, pergi hanya pergi untuk mengikuti angin membawa layar tanpa peta dan kompas kemana aku pergi.

Dengan santai dalam perjalananku saat itu, dia ceritakan sejarah Abiyudhaya, sebuah tanjung penuh sejarah dan cerita, dimana  terdapat pelabuhan yang menarik semua orang untuk datang mengunjunginya. Padahal pada saatnya waktu zaman dahulu tanjung Abiyudhaya hanya sebuah pelabuhan kecil yang tak dilirik, hingga akhirnya diberikan begitu saja bagi mereka yang ingin menetap dan membangunnya. Hingga akhirnya pelabuhan itu membesar dan menjadikannya basis dari kekuasaan yang tak terbendung dan menggurita bagi penguasa yang dahulu meremehkannya.

Hingga akhirnya, saat Abiyudhaya menjadi besar, sulit sudah mengambil kembali tempat itu hingga menghabiskan ribuan nyawapun kala itu Abiyudhaya tidak pernah kembali kepada sang penguasa pemilik sebenarnya. Pelabuhan kecil yang tidak dipandang sebelumnya meeeting point yang sangat penting setelahnya. tempat penguaasa baru yang pandai mengatur cerita hingga mengubah tatanan adikuasa yang mengakibatkan penguasa sebelumnya menjadi pembantu yang rela diperintah oleh si tamu yang dahulunya diberi kuasa.

Pada dasarnya  Nandi mengingatkan aku tentang Abiyudhaya, tantang kesalahan masa lalu yang tidak boleh terulang, baginya  saat itu kami adalah insan yang merdeka, tak perlu ragu untuk melangkah meraih mimpi akan cita-cita, semua manusia diciptakan dengan sempurna, tidak ada yang paling sempurna hingga berkuasa penuh atas kehidupan manusia lainnya. Sehingga waktu itu dia sampaikan sebuah kalimat yang  begituu memotivasi untuk berjaya di Uttaradwipa hingganya pulang kelak aku dapat bahagia.

"Ayubidhaya adalah kebahagian, sebuah kata yang penuh makna baginya yang datang ataupun pergi, tak ada batasan nyang membuat orang untuk tidak bisa bahagia bagi mereka yang meningalkannya". Baginya, aku adalah sang pemberani yang ragu. hingga akhirnya saat itu katakan padanya, aku adalah Seoarang pemberani, tak takut akan badai ombak, akan tetap berani melangkah dan berani pulang untuk kebahagiaan yang kuraih untuk kebahagian sesama.

Begitu bersyukurnya aku kala itu, temanku begitulah ia, hingga akhir kepergihakupun diantar aku kepelabuhan sambil mengucapkan pesan agar untuk tetap tabah mencapai cita cita dan jangan pernah menyerah kepada keadaan. Baginya suatu tempat adalah ruang-ruang baru yang harus dibuka dengan melalui pintu, karena itu dia berpesan agar aku menikmati perjalan sambil mengetahui kemana aku berjalan hingga mencapai tujuan dengan menemukan pintu-pintu baru didalam ruang perjalananku nanti. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun