Ada suatu seni yang tak lekang oleh waktu, suatu perbuatan yang mampu menjadikan manusia fana seolah abadi. Ia adalah tulisan. Dalam bait-bait kata yang tertata, tersimpan kekuatan yang melampaui jarak dan masa. Namun, berapa banyak orang yang gentar di hadapannya? Seolah pena adalah beban, dan kertas adalah labirin tanpa ujung. Padahal, menulis adalah seni yang sederhana, insyaallah mudah bagi mereka yang memahami hakikatnya.
Allah berfirman:
Iqra' wa rabbukal-akram, alladzii 'allama bil-qalam, 'allamal-insaana maa lam ya'lam
"Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-Alaq: 3-5)
Firman ini menunjukkan bahwa menulis adalah salah satu bentuk penyampaian ilmu yang Allah muliakan. Pena adalah saksi sejarah, pembawa pesan dari generasi ke generasi. Lalu, bagaimana mungkin manusia menganggap menulis itu sulit, sedangkan Allah telah membimbing dengan rahmat-Nya?
Rasulullah juga menegaskan dalam hadits:
Qayyidul-'ilma bil-kitaabah
"Ikatlah ilmu dengan tulisan." (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, no. 404)
Dalam kata yang ditulis, ada keabadian. Ilmu yang dicatat tidak akan hilang, bahkan ketika sang penulis telah kembali ke sisi Rabb-Nya. Imam Syafi'i rahimahullah berkata:
Al-'ilmu saydun wal-kitaabatu qayduhu, faqayyid shuyuudaka bil-hibaalil waathiqah