Mohon tunggu...
kang im
kang im Mohon Tunggu... Penulis - warga biasa yang hobi menulis

seorang penulis biasa yang tinggal di kampung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebangeten (02)

2 Februari 2025   07:02 Diperbarui: 2 Februari 2025   07:02 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ft. ilustrasi: dok. pribadi kangim/ semoga para pembaca selalu dapat berkah dan sukses di bidangnya.

Hanya saja, poin utamanya bukan traktiran makan siang, melainkan introgasi. Bagong diintrogasi, berdoa apa, saat pulang dari rumah mantan bakal calon mertuanya, beberapa minggu sebelumnya. Namun, Bagong hanya tersenyum, malah bercanda:

"Aku sendiri tidak percaya dengan doaku, buktinya sampai sekarang sekripsi tidak kelar-kelar, kekasih juga diambil orang. Minta dapat dosen pembimbing santai, dapatnya malah yang killer dan super sibuk."

Namun, Fatruk tetap tidak mau menyerah begitu saja. Bocah dari keluarga pengusaha ini tetap meminta Bagong jujur, apa doa yang tertancap di hatinya, saat di rumah mantan kekasihnya. Sehingga, Bagong terpaksa jujur, jika bocah humoris itu mendoakan kekasihnya nikah di KUA, tanpa pesta mewah.

Tak pelak, penjelasan Bagong itu mampu menyeret rasa bengong untuk menari-nari di wajah Fatruk. Sebab, ternyata, mantan kekasih Bagong dilamar seorang pengusaha, sudah menyiapkan pesta pernikahan mewah, sudah sewa hotel mewah. Tapi semua rencana itu berantakan, calon suami mantan kekasih Bagong  kecelakaan.

Dimana, kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan akad nikah di gedung itu, melainkan di KUA. Kebetulan, kantor KUA itu berada tepat di samping rumah sakit, tempat pengusaha itu dirawat. Namun, Bagong masih tampak dingin, santai saja.

Kejadian itu bukan karena doanya, melainkan sudah kehendak Sang Pencipta, seperti kegagalan cintanya, sudah sesuai skenario Sang Pemilik Waktu. Itu sudah bukan urusan Bagong. Apalagi, kala itu, Bagong menyampaikan 'doa' itu juga dengan nada bercanda, saat mampir ke rumah saudara mantan bakal calon mertua. Tepatnya saat diminta berdoa yang baik-baik oleh seorang ibu.

Tak hanya itu, beberapa minggu setelah kejadian itu, keluarga Siti datang ke rumah Bagong. Mereka minta maaf kepada Bagong. Juga meminta Bagong untuk menikah dengan Siti, kapan saja, tidak harus saat itu. Sebab, nyawa suami Siti, yang pengusaha itu tidak tertolong, meninggal, beberapa jam setelah akad nikah.

Informasi yang diterima Bagong, Siti dinikahi bosnya, saat magang di sebuah perusahaan produk kecantikan. Bagong tidak tahu pasti alasan menerima pinangan bos itu, apalagi Siti juga masih sibuk menyelesaikan sekripsi. Bagong pun mengamini permintaan maaf keluarga Siti. Tapi untuk menikahi Siti, Bagong tidak bisa, meski tidak ada syarat pesta pernikahan mewah.

Bagong selalu pegang pesan ibunya: saat akan menikah, hindari pengkhianat cinta, itu sulit disembuhkan. Itu wasiat ibunya, tidak mungkin dilanggar. Berat memang, tapi ibu adalah yang utama dan segalanya bagi Bagong. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun