Ini gebrakan baru, tapi, mungkin masih sangat asing, dalam panggung politik tanah air. Mungkin, fenomena ini juga pertama kali terjadi dalam sejarah panggung politik elit Indonesia, dalam 100 hari kerja presiden. Jujur, penulis seperti tidak percaya, jika itu terjadi di tanah air.
Fenomena itu sering terjadi di negara maju, seperti Jepang. Bukan hal asing lagi di sana. Sudah umum di kalangan elit. Yaitu pemimpin minta maaf kepada rakyatnya, ketika program kerjanya belum maksimal.
Itu yang dilakukan Presiden RI Prabowo Subianto, beberapa hari lalu. Tepatnya saat politikus Gerindra itu minta maaf atas belum maksimalnya program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ini luar biasa. Bisa jadi budaya baru dalam panggung politik tanah air. Harus jadi contoh untuk bawahannya.
Biasanya oknum pejabat klarifikasi dan minta maaf ke publik atas 'kesalahan', atau ada tindak-tanduk yang 'kurang pantas'. Ini beda, minta maaf karena program kerja belum maksimal. Seperti dunia baru dalam panggung politik. Karena, biasanya, jika ada program kerja belum maksimal, fenomenanya akan mencari sejuta alasan, atau cari kambing hitam, agar dimaklumi publik.
Rakyat seperti bukan hanya melihat sosok presiden, tapi sosok kesatria yang patriotik kepada bangsa dan negara, terutama rakyat kecil. Bahkan, hampir semua media juga menulis berita permintaan maaf itu. Salah satunya Kompas.com (kompascom) pada Senin (20/1).
Tulisan ini bukan memuja atau 'menjilat' pemimpin, agar mendapatkan jabatan tertentu. Penulis hanya berusaha memotret fenomena panggung politik Indonesia, dari sudut pandang rakyat biasa. Jika ada kebijakan kurang pro rakyat kecil, penulis juga berusaha mengkritik, dengan gaya tulisan orang kampung.
Penulis hanya orang kampung biasa, yang sangat amat jauh dari dunia politik, pendidikan penulis juga biasa saja, sangat tidak layak untuk mendapatkan jabatan di pemerintahan. Penulis pantasnya jadi petani kampung saja. Nulis ini hanya sebatas hobi, karena dahulu pernah, berkali-kali, buku penulis ditolak penerbit.
Intinya, penulis hanya memotret fenomena baru dalam panggung politik elit. Fenomena itu memang layak diapresiasi. Itu saja.
Budaya Minta Maaf Harus Jadi Contoh
Budaya minta maaf atas kurang maksimalnya program kerja itu harus jadi contoh bawahannya. Semuanya. Kalu bisa mulai tingkat pusat, hingga kampung, atau desa. Ini penting, sebagai salah satu bentuk tanggung jawab moral kepada masyarakat. Rakyat sudah rela membayar pajak.
Hal ini juga akan meningkatkan peradaban dalam berbangsa dan bernegara, terutama dalam dunia politik. Bangsa kita bisa setara dengan negara maju. Tidak lagi cari alasan untuk pembenaran gagalnya sebuah program, tapi berani minta maaf. Juga janji untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja. Â Â
Yang perlu dicatat, bagi oknum pejabat, mulai pusat hingga daerah, minta maaf atas kurang maksimalnya program kerja itu bukan aib. Tapi punya jiwa kesatria sebagai pengemban amanah rakyat. Itu prestasi dalam menjaga etika pejabat publik.
Ini patut diapresiasi. Minimal jadi contoh yang lain. Rakyat juga akan menerima permintaan maaf itu. Karena semua program kerja masih terus berproses, tidak bisa instan. Semoga timnas Indonesia lolos Pildun 2026. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI