Potensi ekonomi desa jika dikelola dengan baik, konsisten, serius, dan ulet, juga bisa bersaing dengan kota. Bahkan, potensi ini menjadi salah satu unggulan pemerintah saat pandemi, beberapa waktu lalu. Karena selain bisa dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan, sumber daya alamnya masih relatif melimpah. Sehingga, tinggal dikelola dengan maksimal potensi ini.
Salah satu potensi itu adalah dunia peternakan. Pakan ternak alami masih melimpah di kampung. Terutama saat musim hujan. Jika musim kemarau, bisa diatasi dengan menyiapkan bank pakan. Sehingga, ketersediaan pakan ternak alami bisa terpenuhi sepanjang tahun.
Apalagi, di kampung masih relatif banyak lahan 'nganggur'. Tak digarap pemiliknya. Ini bisa dimaksimalkan. Caranya bisa sewa, atau kerjasama bagi hasil. Pilih sesuai selera. Juga kesepakatan.
Melimpahnya ketersediaan pakan ternak alami ini bisa menekan biaya produksi, biaya operasionalnya bisa minim. Sehingga, keuntungan bisa lebih maksimal. Tanpa beli pakan. Â Â
Berdasarkan riset penulis, ada sekitar 9 jenis ternak yang relatif menjanjikan di kampung, biaya operasional minim. Yaitu: 1) ternak sapi, 2) kambing, 3) ayam kampung, 4) kelinci, 5) marmut, 6) ulat jerman, 7) jangkrik, 8) cacing, dan 9) kroto. Sembilan jenis ternak ini relatif bisa bertahan dengan pakan alami. Apalagi ternak ayam kampung.
Di desa, ayam kampung dibiarkan bebas. Cari makan sendiri, cari jodoh sendiri, tapi saat bertelur kembali ke rumah pemiliknya. Semua pakannya juga serba alami. Bisa biji-bijian. Juga dedaunan tertentu. Seperti rumput muda dan daun pisang muda.
Sedangkan, ternak sapi, kambing, kelinci, marmut, ulat jerman, dan jangkrik, bisa memaksimalkan pakan alami, terutama dedaunan bernutrisi tinggi. Seperti daun indigofera, sisa sayuran, daun gamal, daun pakchong, dll. Namun, khusus budidaya cacing malah lebih mudah pakannya. Tinggal memanfaatkan kotoran ternak tadi. Jadi, cost-nya paling minim untuk pakannya.Â
Sedangkan, ternak kroto bisa dibudidayakan secara alami, tanpa alat modern pun, tapi dengan manajemen modern, tinggal memaksimalkan pepohonan yang ada. Biar induk krotonya cari makan dan membuat sarang sendiri, secara alami. Lalu tinggal dipanen, jika sudah waktunya. Â
Perlu Sentuhan Manajemen Modern
Hanya saja, potensi ini sebagian besar masih berjalan konvensional. Belum maksimal. Masih jadi pelengkap. Jadi sampingan petani. Bahkan, terkadang, ternak ini masih dipandang sebagai tabungan, dipanen ketika butuh. Bukan terjadwal, sesuai tingginya permintaan pasar. Sehingga, potensinya masih belum maksimal.