Mohon tunggu...
kang im
kang im Mohon Tunggu... Penulis - warga biasa yang hobi menulis

seorang penulis biasa yang tinggal di kampung

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cuma Modal Rp 300 Ribu, Anak Buruh Tani Jadi Kades Tawangsari

29 Oktober 2023   15:50 Diperbarui: 29 Oktober 2023   15:59 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi/ MENGABDI: Kades Tawangsari Miftakul Anwar di depan rumahnya yang sangat sederhana.

Cara kampanye kepala desa (Kades) Tawangsari, Pujon, Kabupaten Malang, Miftakul Anwar, saat mengikuti Pilkades, beberapa tahun lalu, mungkin bisa ditiru para caleg yang akan berlaga di pemilu mendatang. Karena hanya modal sekitar Rp 300 ribu, anak buruh tani ini terpilih menjadi kades. Bahkan, mampu mengalahkan 4 calon lain yang secara finansial lebih kuat. Apa rahasianya?  

*****

Penulis: kang im

 

Miftakul Anwar, kepala desa (Kades) Tawangsari, Pujon, Kabupaten Ngalam bercerita, modalnya menjadi kades bisa dibilang paling kecil di antara calon lain. Karena dia memang tak punya uang banyak, kala itu.

Apalagi, orang tuanya hanya berprofesi sebagai tukang buruh tani di desanya. Sehingga, secara finansial tak bisa mendukungnya. Bahkan, saat musim kampanye, dia hanya punya modal sekitar Rp 300 ribu, kala itu. "Saya door to door, silaturahmi ke warga, minta doa, untuk mengabdi," kenang anak nomor dua dari empat bersaudara ini.

Dia yakin, blusukan tersebut bisa membangun emosional sendiri dengan warga. Sehingga, jika emosional sudah terbangun, warga tak akan terpengaruh oleh apa pun. "Kalau sudah terbangun (emosional), dikasih uang berapapun nggak akan mau," jelasnya.

Dia juga pernah dihina orang, kala itu. Karena dari segi ekonomi, dia memang paling 'miskin' di antara calon lain. Hal ini terlihat dari rumahnya yang relatif sangat sederhana untuk ukuran seorang kades. Bahkan, mobil pun dia tak punya. "Katanya, kalau punya uang jangan buat nyalon (maju pilkades), tapi benahi rumah," ungkap pria yang pernah merantau ke ibu kota ini.

Tak hanya itu, dia juga terharu, saat ingat peristiwa malam pencoblosan, saat itu. Dimana sudah tak ada modal untuk hormat tamu. Karena banyak simpatisan yang mendatangi rumahnya, kala itu. Sehingga, warga sekitar yang simpati kepadanya, dengan suka rela, membawa gula sendiri untuk membuat minuman. "Tiap door to door ke rumah warga, saya cuma bisa bilang minta maaf, saya nggak bawa apa-apa, dan nggak bisa ngasih apa-apa, tapi saya minta doanya," terang dia.  

Hanya saja, modal minim tersebut menjadi berkah sendiri bagi Miftakul saat terpilih menjadi kades. Karena tak ada beban untuk mengembalikan modal. Sehingga, dia bisa fokus memperbaiki layanan dan menjalankan program kerja. Bahkan, dia juga membuka layanan 24 jam kepada warga, alias di luar jam kerja. Perlu diketahui, umumnya modal calon kades bisa mencapai jutaan, bahkan bisa puluhan juta rupiah. "Kalau biaya (kampanye) besar, pasti mikir balik modal. Kadang ada juga jam sembilan malam warga datang ke rumah minta tanda tangan, tetap dilayani," tandas pria asal Ngalam ini.

Blusukan ke warga secara langsung tersebut juga dijadikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan. Terutama bidang pembangunan ekonomi desa. Diantaranya, program kampung surga, wisata edukasi berbasis pertanian, petik apel, dan kampung anggrek. "Saya juga selalu tekankan ke warga, jangan sungkan-sungkan untuk mengingatkan dan kasih masukan ke saya. Ini untuk kebaikan bersama," terang dia. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun