Generasi Z (Gen Z) sering dikenal sebagai generasi yang lemah mental, mudah stress dan kepikiran dengan masalah yang sedang dialaminya. Namun, mari kita lihat kenapa Gen Z begitu? Dan bagaimana meminimalisir Gen Z yang lemah mental, mudah stress dan kepikiran.
Gen Z umumnya mengalami masalah mental dan stress ketika menginjak dewasa. Kenapa demikian? Karena dia kurang siap dengan kehidupan-kehidupan menginjak dewasa, yang mana mulai banyak masalah yang muncul dari hari ke hari. Lebih parahnya, Gen Z ketika bercerita kepada orang tua alih-alih mendapatkan solusi dari permasalah yang dialaminya, malah ditanggapi kurang nyaman oleh mereka. Seperti dinasehati dengan kurang lembut, atau direndahkan atas tindakan yang Gen Z perbuat untuk menyelesaikan masalah. Hal ini berujung kepada rasa enggan bercerita kepada orang tua ketika Gen Z mendapati masalah kehidupan.
Solusinya Gen Z perlu bercerita kepada teman yang seumuran dengannya, supaya Gen Z merasa didengarkan dan mendapatkan solusi untuk masalahnya. Namun yang menjadi permasalahan tambahan, tidak semua teman mengerti masalahnya dan tidak semua teman mau mendengarkan bahkan ikut campur dengan masalah yang dialami Gen Z. Alhasil masalah yang dialami Gen Z dia simpan sendiri, dan lama kelamaan menimbulkan rasa kurang nyaman bahkan depresi.
Padahal kalau kita sadari, bercerita tidak hanya dilakukan melalui ucapan, tetapi bisa juga lewat tulisan. Menulis dapat menenangkan, menulis dapat pula menjadi bahasa kita untuk mengungkapkan perasaan. Dengan menulis apa yang sedang kita rasakan, sama saja kita sedang mengeluarkan energi dalam diri kita. Dan hal ini dapat kita gunakan untuk mengurangi stress maupun masalah lainnya yang susah kita ungkapkan lewan ucapan.
Menulis pula tidak terikat dengan siapa yang akan kita ajak bercerita. Karena kertas menerima semua bahasa perasaan yang kita punya. Tanpa khawatir dihakimi dan direndahkan orang lain. Sehingga ketika kita mendapati masalah kehidupan yang susah untuk diceritakan, maka menulislah!
Cara ini dapat Gen Z terapkan karena kesulitan bercerita kepada siapa tentang perasaan yang dialaminya. Gen Z pula dapat lebih mengenal dirinya melalui tulisan yang dia tulis. Sehingga dengan menulis tidak hanya untuk mengungkapkan perasaan tetapi untuk mengenang perasaan yang sudah Gen Z lalui sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H