Kehamilan menjadi masa yang membahagiakan bagi sejumlah pasangan yang memang sudah benar-benar menantikan kehadiran seorang anak. Namun, kehamilan juga menjadi masa-masa yang paling sensitif bagi sejumlah perempuan, apalagi jika itu adalah kehamilan kali pertama. Ibu dan orang-orang terdekat akan lebih berhati-hati dan berwaspada dalam berperilaku, termasuk dalam perilaku memilih makanan.
Memilih makanan yang sehat dan bergizi tinggi adalah hal yang penting, terlebih bagi ibu hamil yang memang memiliki kebutuhan asupan yang lebih dibanding dengan ibu yang non hamil. Pada ibu hamil kebutuhan gizi terus meningkat seiring dengan peningkatan trimester usia kehamilannya.Â
Namun kenyataan yang terjadi di lapangan justru berbalik dengan keadaan yang seharusnya. Berdasarkan data riskesdas 2018, prevalensi anemia ibu hamil meningkat dari 37,1% menjadi 48,9%. Anemia sendiri berkaitan dengan asupan zat besi yang kurang, atau bisa jadi karena asupan zat besi sudah cukup, namun tidak diikuti dengan asupan vit. C yang cukup, sehingga zat besi tidak terserap secara optimal.Â
Dari hasil data tersebut, dapat tercermin bahwa asupan gizi ibu hamil masih dinilai kurang dan belum optimal. Padahal gizi yang cukup selama masa kehamilan menjadi faktor penting agar tumbuh kembang janin dapat berjalan baik. Asupan ibu selama kehamilan juga sangat penting karena akan menentukan asupan yang diterima janin. Apabila asupan untuk ibu sendiri masih kurang, bagaimana ibu bisa berbagi asupan dengan si janin yang sedang dikandungnya?.
Keadaan tersebut, dilatarbelakangi oleh munculnya berbagai permasalahan yang kerap dialami ibu diawal masa awal kehamilan seperti mual, muntah, kondisi tidak enak badan. Sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan dan terhambatnya asupan secara optimal. Ditambah berbagai mitos atau kepercayaan yang dianut mengenai pantangan makanan bagi ibu hamil yang berkembang dimasyarakat.
"Ibu hamil jangan makan yang amis-amis, nanti bayinya jadi amis", padahal bau amis pada bayi baru lahir adalah hal yang wajar. Hal tersebut disebabkan akibat air ketuban yang keluar selama proses persalinan.Â
Padahal zat besi banyak diperoleh dari berbagai sumber makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan yang cenderung dihindari ibu karena baunya yang amis. Zat besi sendiri merupakan penyusun hemoglobin dalam darah, yang mana hemoglobin tersebut berperan untuk mengangkut oksigen untuk janin dan juga ke jaringan tubuh ibu.Â
Maka dari itu, diperlukan edukasi sejak awal bagi para pengantin baru agar mereka siap menghadapi kehamilan pertamanya. Investasi zat besi ini amat penting untuk masa depan bayi-bayi di Indonesia. Karena bagaimanapun, asupan gizi yang baik ikut andil dalam membentuk masa depan penerus bangsa yang sehat dan cerdas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H