Tempo menulis, ”Karena tak pernah diaudit MUI, produk-produk yang mengandung gelatin babi tetap diberi label halal oleh HFCE. Misalnya produk obat dari Belgia yang ternyata mengandung trypsin, senyawa yang berasal dari babi, pada 6 Desember 2013.”
****
Genderang bertalu telah ditabuh oleh Majalah Tempo, majalah yang berulangkali di somasi atas pemberitaan cenderung tidak cover bothside. Bahkan seorang Tommy Winata yang kasat mata adalah pria yang bergelut di bisnis hitam pun melakukan 'counter attacked' dan berakhir di persidangan.
Dan membicarakan Tempo tidak afdhol jika tidak membicarakan figur Gunawan Muhammad. Sebagai salah satu pendiri dari majalah ini tentu saja alam fikirnya tersusup dalam filosofi media kertas ini. Apalagi sepanjang tahun dia menggawangi 'Catatan Pinggir' yang sungguh penulis seringkali membaca dan menemukan banyak sekali spirit-spirit yang berjumpalitan.
Gunawan Muhammad dan Tempo bak Picasso dengan torehan kuasnya. Tidak bisa disisihkan satu dengan yang lainnya meskipun Gunawan Muhammad terlihat 'menjauh' dari hiruk pikuk Tempo.
Kasus terakhir Tempo pun mengusik penulis untuk menuliskan perihal wilayah yang menjadi kepedulian mass media ini. Kepedulian yang terkadung memacu dan memicu pertentangan horizontal. Terkadang dibaca sebagai usikan yang tidak diperlukan dan bak 'slilit' yang menganggu.
Prolog diatas penulis letakkan untuk introdusir sejauh mana kepedulian Tempo terhadap pembacanya dan orientasi yang diletakkan. Mestinya jika Tempo ingin membantu tentu saja investigasi di rumah-rumah potong yang mendistribusikan ribuan ton daging segar di nyaris semua kota di Indonesia akan sangat membantu ummat Islam mendapatkan informasi yang kritis dan berguna. Apakah cara memotongnya sudah sesuai dengan syariah? Apakah tidak ada campuran hasil pemotongan tersebut dengan hewan-hewan yang dilarang dikonsumsi?
Jika tajuk label halal yang disematkan pada kaleng-kaleng makanan yang diawetkan dan hanya terdistribusi di retail-retail ternama dan tidak tersebar sampai ke sudut kota sejatinya menunjukkan betapa Tempo hanya ingin sekedar 'menepuk' air. Dan motif yang disemai juga terlihat ke-tidak-sungguh-an untuk menyelamatkan dzat haram masuk ke lambung kaum muslim.
Hanya sekedar sebuah slilit. Dan itulah investasi seorang Gunawan Muhammad. Hanya sekedar menyelipkan secuil daging di sela-sela gigi dan membuat gusar dan segera menarik atensi. Lebih kepada memalingkan wajah dari arah yang sebenarnya. Arah yang per hari ini diyakini betapa corong Tempo dan Gunawan Muhammad adalah corong dari arah yang berpunggungan dengan arah yang ummat inginkan.
Salam Anti Slilit!
Artikel Terkait
Ternyata Gunawan Muhammad Pengusung Marxisme
Tempo Berupaya Men-delegitimasi MUI
Serangan Tempo Kembali Kandas Terkait Sertifikat Halal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H