Penulis perhari ini membahasakan bahwa wanita tempat terbaiknya adalah dirumah. Tempat yang paling eksploratif, ekspresif dan dinamis. Dimana semua norma-norma yang dimiliki oleh wanita tercukupi dirumah. Membayangkan wanita dengan segenap tebaran harapan dan keinginan yang tersedia dirumah, sangat mengasyikan.
Wanita pun identik dengan rumah. Dimana semua fitur kehidupan mestinya lengkap dirumah. Antara harapan dan pemenuhan keinginan selalu senantiasa ada wanita disana. Sekali lagi, penulis saat melakukan hunting dan sampai akad kredit pun senantiasa di dampingi wanita. Dan memang mestinya wanita akan senantiasa merindukan rumah.
Satinah adalah potret itu. Meski kini tengah diterpa kemungkinan yang bakal bisa membuat kehidupan terhenti seketika di ujung lancipnya pedang algojo di tanah perantauan saat mencari modal untuk bisa kembali ke rumah. Meramu dan membayangkan rumah impian dengan bermain-main rasa takut dan kengerian.
Wanita seperti Satinah adalah betapa wanita-wanita kebanyakan di Indonesia ditunjukkan oleh potret buram dan muram. Mereka (baca: wanita) saat ini malahan menjauhi rumah. Berangkat pagi hari sekali dan pulang saat ujung-ujung syarat dan kandungan garam di otot melebihi batas normal sehingga linu dan nyeri di badan. Penulis semalam saat bertemu dengan rekanan melihat begitu banyak wanita yang menunggu moda transportasi dengan wajah kuyu berharap segera bisa bersender di sofa empuk di rumah.
Kehidupan yang rodanya berputar melesat meninggalkan sedemikian banyak impian di jalanan. Terantuk-antuk kepala dan bergoyang ke kiri dan ke kanan di commuter line dan konyolnya pula tak jarang menjadi obyek fantasi seksual para penderita penyimpangan prilaku membuat wanita seakan-akan tercabut dari zona nyaman-nya. Beberapa kasus yang berakhir dengan tragis semakin menguatkan betapa wanita memang sebaiknya dirumah, apalagi pada jam-jam disaat level emosional dan nalar sudah pada angka terendah. Segala kemungkinan bisa menerpanya.
Padahal rumah yang hangat dengan kasih sejatinya di kawal oleh cinta yang terbangun 24 jam oleh sosok wanita. Dan kini, rumah hanya menjadi simbol fisik sebuah kehidupan semata. Anak yang diasuh oleh puluhan mainan. Setumpuk dan berjejernya sederet food instant di kulkas dan bertemu sekedar bercumbu ratap karena didera kelelahan membuat wanita tak ubah laksana pria atau bahkan kini, perbedaan tersebut hanya sebatas genital belaka.
Ah wanita. Kembalilah kerumah.
Suplemen
Allah Ta’ala berfirman:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” [QS. An Nisaa’: 34]
“Dan tinggallah kalian wahai para wanita di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias seperti wanita-wanita Jahiliyah dahulu.” [QS Al-Ahzab: 33]
“Wanita adalah aurat, dan apabila ia keluar dari rumahnya maka setan akan menghiasinya, dan sesungguhnya seorang wanita lebih dekat kepada Allah ta’ala ketika ia berada di dalam rumahnya.” [HR. At-Tirmidzi dan Ath-Thabarani]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H