Masa depan adalah pertengkaran -misalnya- Syiah dan Sunni yang akan lebih meruyak persendian bangsa. Sikap-sikap apriori terhadap hal ini dan lebih menyibukkan diri untuk menelisik perlu tidaknya Soeharto jadi pahlawan dan benar atau tidaknya Prabowo terlibat sebagai tokoh utama di tragedi 1998 menunjukkan tim Indonesia Hebat (JKW-JK) hanyalah sekumpulan orang yang meratapi Indonesia.
Indonesia membutuhkan sebuah energi positif. Energi yang membangunkan kita dari keterpurukan.
Penulis tidak kaget jika seorang Adian Napitupulu seperti mendapatkan second wind, seperti mendapatkan sebuah rendezvous akan kejayaan dan kegembiraan masalalu dan berkumpul dengan sejumlah orang yang lebih menyukai bercerita tentang Indonesia 10-20 tahun kebelakang.
Fachri sukses mematikan Adian di kandangnya sendiri (Metro TV sebagai corong Indonesia Hebat), mematikan kebengalan pentolan Forkot tersebut yang selalu menyibukkan dirinya tentang masa lalu padahal pemilu selalu identik dengan masa depan.
Salam Anti Timses yang payah dan mati gaya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H