Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya muslim

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Antara Ignatius Jonan, KAI dan Mushala yang Tidak Representatif

6 Oktober 2014   16:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:12 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa gunanya Roti O, dan starbuck ada jika sama-sama menjual kopi dan roti? Padahal kopi dan roti itu kita bisa dapatkan di Indomaret ataupun Sevel? Apa gunanya KFC ada jika Sevel ada? Padahal sama-sama menjual nasi dan ayam goreng?

Kenapa pengelola stasiun Manggarai tidak memperhatikan pemugaran mushollahnya? Tahu kah kawan, stasiun Manggarai selalu dikunjungi oleh ratusan bahkan ribuan orang setiap maghribnya, entah itu yang mau pulang ke arah Bogor, Bekasi, Tangerang, Jatinegara ataupun Jakarta Kota."

Keluhan yang sangat kritis dan rasional, sehingga mengurung Jonan untuk segera menjawab pertanyaan tersebut. Mengapa untuk produk-produk yang sedemikian rupa bisa over branding dan menafikan kemungkinan untuk memugar bangunan mushala yang representatif (baca: mencukupi untuk ratusan jamaah shalat sehingga tidak perlu kehabisan waktu shalatnya).

Penulis sendiri tidak berusaha menggiring masalah ini kepada area privat seorang Ignatius Jonan, akan tetapi menjelaskan kepada pembaca betapa para figur yang disukai oleh beberapa elit parpol saat ini memang mengarah kepada kehidupan yang sekular dan liberal.

Betapa sejumlah mall-mall telah mereformasi pandangan mereka kepada pelanggan yang mayoritas beragama islam. Terlihat sebuah mall yang penulis kunjungi kemarin menyediakan mushala yang sangat mewah sekaligus lapang sehingga bisa memuat bahkan 100 orang jamaah. Interior yang kurang lebih sama sebangun dalam desain dengan bangunan intinya memberikan gambaran yang apresiatif. Pihak managemen meyakini betul pangsa mereka adalah kaum mayoritas.

Jonan sebaiknya juga memiliki persepsi yang sama dengan pihak pengelola sejumlah mall-mall tersebut. Menafikan kaum muslim sejatinya meruntuhkan ekspektasi publik sekaligus menjadi pintu masuk dirut KAI ini untuk menggali lubang kubur bagi karir yang sedang dia rintis saat ini.

Semoga Seorang Ignatius Jonan terbangun segera!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun