Mohon tunggu...
Ima Ismatul Maula
Ima Ismatul Maula Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

Seorang yang fokus pada pencapaian, menyenangi kegiatan yang melibatkan kepemimpinan dan persuasi, menjunjung tinggi kesesuaian dengan harapan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mereka yang Berpendidikan Belum Tentu Terdidik

1 Januari 2022   21:05 Diperbarui: 1 Januari 2022   21:06 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sekolah dan Orang yang Telah Menyelesaikan Pendidikan

ikhlasin aku ya ma

aku uda capek, nggk kuat

aku ketakutan tiap hari

Terima kasih untuk segala hal yang mama lakukan untuk aku

Aku minta maaf juga

Terimakasih Mama 

Aku sayang mama

Mungkin di antara kalian sudah tidak asing melihat kutipan tersebut. Catatan yang mengisahkan penderitaan Novia Widyasari di akhir hidupnya. Seorang mahasiswi dari salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur yang mendapatkan tindak kekerasan seksual dari kekasihnya sendiri. Sangat miris bukan?. Seorang kekasih yang sangat didambakan oleh almarhum ayahnya itu kini berkhianat pada dirinya. Dan sebagai seorang yatim dia hanya bisa mencurahkannya melalui tulisan serta mengadu di samping pusara ayahnya. Diperkosa, dipaksa aborsi, dicemooh, hingga nekat bunuh diri. Benar sekali, akhirnya dia pun menyerah. Sungguh tak berbudi sekali orang yang membuatnya seperti ini bukan?

Coba saja kalian bayangkan ketika seorang kekasih yang sudah diberikan kepercayaan setengah mati kemudian tiba-tiba menaruh keegoisan pada dirinya. Bukankah bejat sekali? Ternyata dia tak pernah benar-benar menyayangi kita, dia hanya memanfaatkan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya sebagai kesempatan yang dapat diubah kapan saja.

Dan yang membuat kasus Novia lebih miris lagi yaitu seorang kekasih yang membuatnya seperti itu merupakan seseorang yang menjadi tumpuan bagi masyarakat untuk berlindung. Seorang yang rela menempuh pendidikan yang sangat lama untuk mencapai posisinya sekarang. Lalu apakah hal ini lumrah terjadi pada seorang Bripda.

Kasus bejat lain pun hadir di daerah Jawa Barat. Pernah gak sih kalian berpikir kalau guru kalian memiliki niat jahat terhadap kalian? Tentu tidak bukan. Karena sejatinya seorang guru itu memiliki harapan besar dalam mencerdaskan setiap muridnya. Bukan malah membuat mereka tersakiti secara mental dan fisiknya. Nah justru kasus yang terjadi di daerah Bandung, Jawa Barat ini merupakan kasus seorang yang terkenal dengan ilmu agamanya yang tinggi nekat untuk memenuhi hawa nafsunya kepada muridnya sendiri. Padahal seharusnya dia tahu hukum dari perbuatan yang dilakukannya. Dan yang lebih bejatnya lagi seorang guru tersebut juga memaksa para korbannya untuk menjadi kuli bangunan dan memanfaatkan anak yang telah lahir sebagai alat untuk meminta sumbangan. Memalukan.

Lalu, apakah ini terjadi karena dirinya sendiri, ketika dia sudah tak mampu membendung hawa nafsunya. Atau justru ini terjadi karena ada yang kurang selama dia menempuh profesinya sekarang. Entahlah! Pada intinya mereka tidak memiliki moral dalam dirinya. Dia hanya bisa bergelut dengan bidang akademik tanpa didampingi dengan moral yang baik dalam dirinya.

Tak sepadan rasanya apabila pendidikan yang mereka tempuh berakhir dengan begitu sia-sia. Ucapan sumpah yang mereka katakan di awal masa jabatan hanya sebatas di bibir saja. Pelayanan yang mereka perlihatkan di depan khalayak umum seolah-olah hanya untuk menutupi perilaku bejatnya saja. Apakah pantas dia dikatakan sebagai orang terdidik seutuhnya?

Mungkin banyak di antara kita yang memiliki persepsi bahwa seseorang yang berpendidikan merupakan orang yang akan mendapatkan kehidupan yang sejahtera dan akan memiliki strata sosial yang paling atas. Kita menganggap bahwa dengan keilmuan yang telah dimilikinya akan menjadikan orang tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi daripada orang yang tak menempuh pendidikan. Padahal nyatanya tidak semua orang berpendidikan memiliki kualitas yang tinggi daripada orang biasa pada umumnya lho.

Selain itu, kita sendiri pun terkadang berpikir untuk melanjutkan pendidikan ke jenang yang lebih tinggi gara gara menginginkan pekerjaan yang layak. Kita beranggapan makin tinggi pendidikan yang diraih maka akan semakin sejahtera kehidupan yang akan kita alami. Padahal setelah kita lulus nanti orang-orang yang berdasi tak hanya melihat kita dari deretan huruf yang berjajar di belakang nama kita.

Seorang pelari hebat akan berhasil menempuh jarak yang diharapkan ketika dia telah memiliki kondisi fisik dan mental mumpuni. Begitupun dengan kita. Jadi ketika kita ingin menjadi orang yang sesungguhnya. Carilah semua bahan penunjangnya. Bukan hanya materi-materi akademik saja. Kita tidak akan tahu lho pertentangan apa yang akan ada di depan. Oleh karena itu, ini saatnya bagi kita untuk menghindari kemunduran moral yang ada pada diri kita.

Pelihara Kondisi Spiritual

Cara kalian memandang suatu hal akan menentukan keteguhan dari pendirian yang kita miliki. Kalian bisa melakukan hal ini dengan memperbaiki niat terlebih dahulu. Cobalah mengimplementasikan hal ini dengan memperdalam ilmu agama. Karena ketika kita memiliki ilmu agama yang mumpuni, kita akan memiliki keteguhan hati. Sehingga dengan keteguhan ini kita akan konsisten dan fokus akan tujuan yang kita miliki. Sehingga kita tak akan mudah terpengaruh terhadap segala ancaman yang akan hadir selama menempuh pendidikan. Terus gimana kalau misalkan ada orang yang paham akan agama namun dia tetap tak bermoral? Berarti dia adalah orang yang tak benar-benar memahami agama secara utuh. Luruskan niat!

Self Control

Memelihara nafsu dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu aspek penting yang harus kita punya. Apabila kita mampu mengendalikannya, maka kita akan terhindar dari segala bentuk tindakan yang membuat kita berperilaku abnormal. Teruslah untuk berbuat baik dengan mengontrol diri kalian. Karena sejatinya kita tidak akan tahu kebaikan mana yang akan datang ketika kita sedang tidak baik-baik saja. Dan dari sinilah moral dan konsep diri akan terbentuk dalam kepribadian kita.

Selektif Memilih Teman

Keberadaan kita sebagai makhluk sosial sudah tidak dapat ditentang lagi. Kita tidak akan pernah bisa lepas dari individu lain. Gak mungkin kan ketika kita akan liburan dengan pergi berlayar dan yang menahkodainya adalah kita sendiri. Tujuan liburan kita jadi tidak tercapai kan? Namun, dalam praktiknya tidak semua orang itu memiliki sifat yang sama. Jadi selektiflah dalam memilih teman dengan tanpa melukai perasaan mereka. Karena teman yang akan kita pilih nantinya, akan berpengaruh pada perilaku kita. Ingat selektif dalam memilih teman! Bukan pilih-pilih teman.

Bijak Bersosial Media

Dikutip dari Databoks, "Berdasarkan data internetworldstats, pengguna internet Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa pada Maret 2021". Hal tersebut tentunya menjadi animo masyarakat untuk memberikan komentar dalam media sosial. Nah komentar tersebutlah yang sering mencerminkan kepribadian kita. Dan imbasnya yaitu pada persepsi masyarakat terkait moral yang kita miliki. Selain itu, di samping banyaknya hal positif yang kita peroleh dari internet. Tidak sedikit juga lho konten negatif di dalamnya. Banyak sekali oknum yang menyalahgunakan keberadaan sosial media dengan mengunggah hal-hal yang tidak pantas untuk di sebar ke publik. Akibatnya terhadap publik yaitu mereka akan tersugesti untuk menganggap bahwa hal tersebut merupakan hal yang lumrah untuk dibagikan. Hal ini pun menjadi simbol bahwa rendahnya kualitas moral pada diri kita. Oleh karena itu, kita semua harus mampu menyaring informasi sebelum kita membagikannya ke khalayak umum.

Maraknya kasus pelecehan seksual ini menandakan bahwa kini sudah waktunya permasalahan tersebut mendapatkan perhatian lebih dari pihak pemerintah. Pemerintah harus mengambil tindakan lebih lanjut dengan memberikan hukuman yang lebih berat lagi. Pemerintah haruslah lebih tegas dalam menyikapi hal tersebut. Dan hal ini perlu dilakukan tidak hanya dalam lingkup masyarakat saja. Melainkan perhatian khusus terkait para aparat negara pun perlu dilakukan. Menimbang hal yang terjadi akhir-akhir ini bersumber dari pelaku yang konon katanya menempuh pendidikan yang sangat lama.

Penghujung tahun kali ini menjadi pertanda bagi kita agar dapat berefleksi terhadap diri sendiri. Terlepas dari beberapa kasus ini kita semua secara tidak langsung diberi peringatan agar senantiasa selalu waspada terhadap orang-orang terdekat kita. Kewaspadaan ini perlu kita tanamkan dalam diri kita. Karena sejatinya, kita tidak akan pernah tahu apa yang ada dalam hati seseorang. Sikap waspada ini juga berkaitan erat dengan moral yang ada dalam diri kita. Karena ketika kita memiliki moral yang baik, maka kita akan termotivasi untuk mempertimbangkan semua tindakan yang akan kita lakukan. Dan akhirnya, kewaspadaan pun tercipta. Marilah bijak dalam bersosial, demi menghalau kekerasan seksual!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun