Letusan gunung berapi tidak hanya berdampak pada masyarakat sekitar, tetapi juga pada industri penerbangan. Saat gunung berapi aktif dan mengeluarkan material seperti abu vulkanik, fenomena ini bisa mengganggu aktivitas penerbangan di wilayah yang berdekatan, bahkan hingga ratusan kilometer jauhnya. Salah satunya Gunung Lewotobi di Nusa Tenggara Timur, yang aktif dan meletus, menjadi salah satu contoh nyata dampak dari letusan gunung berapi terhadap industri penerbangan di Indonesia. Sejumlah penerbangan mengalami penundaan (delay), pembatalan (cancel), dan beberapa bandara harus ditutup sementara untuk alasan keamanan.
Dampak letusan gunung berapi, seperti yang terjadi pada Gunung Lewotobi, tidak hanya terbatas pada bandara atau penerbangan di sekitar wilayah Nusa Tenggara Timur, tetapi juga berimbas pada rute-rute lain yang melintasi kawasan tersebut, seperti rute Denpasar-Cengkareng (DPS-LOP), bahkan Denpasar - Sydney (DPS-SYD). Artikel ini akan mengupas dengan rinci mengapa letusan gunung berapi dapat memengaruhi penerbangan, risiko apa yang ditimbulkan, serta alasan penutupan bandara dan pembatalan penerbangan.
1. Dampak Abu Vulkanik terhadap Mesin dan Struktur Pesawat
Abu vulkanik adalah partikel halus yang terdiri dari batuan dan mineral yang sangat tajam dan abrasif. Saat terbawa ke udara, partikel abu ini menjadi ancaman serius bagi mesin dan struktur pesawat.
- Risiko Kerusakan Mesin: Abu vulkanik dapat masuk ke dalam mesin jet dan menyebabkan kerusakan. Partikel ini bisa melebur di dalam mesin pada suhu tinggi, membentuk lapisan kaca yang menempel pada bilah turbin. Akibatnya, mesin bisa kehilangan daya dorong, bahkan berhenti berfungsi.
- Kerusakan pada Struktur Pesawat: Selain mesin, abu vulkanik juga bisa merusak permukaan kaca, sayap, dan badan pesawat. Abrasi pada kaca kokpit dapat mengurangi visibilitas pilot, sementara kerusakan pada struktur sayap bisa mengurangi efisiensi aerodinamis pesawat.
- Efek Jangka Panjang: Meski abu vulkanik tampak seperti debu halus, komposisinya yang abrasif dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada pesawat yang terbang melaluinya. Perawatan yang mahal dan perbaikan mesin mungkin dibutuhkan setelah pesawat terpapar abu.
2. Pembatasan Jarak Pandang di Wilayah Terdampak
Abu vulkanik di atmosfer mengurangi jarak pandang, yang sangat penting dalam operasi penerbangan, terutama saat pesawat lepas landas dan mendarat.
- Berbahaya bagi Navigasi: Abu vulkanik yang tebal membuat jarak pandang terbatas, yang menghambat pandangan visual pilot ke landasan pacu dan lingkungan sekitar.
- Kondisi ILS (Instrument Landing System): Pada kondisi jarak pandang yang terbatas, penerbangan sangat bergantung pada sistem ILS. Namun, tidak semua bandara, terutama bandara kecil di dekat gunung berapi, dilengkapi dengan sistem navigasi ini.
- Risiko Keselamatan: Dengan jarak pandang yang rendah, risiko kecelakaan meningkat, sehingga pihak bandara atau otoritas penerbangan sering memutuskan untuk menutup bandara sementara.
3. Penyebaran Abu Vulkanik yang Luas melalui Aliran Udara
Letusan gunung berapi seperti Lewotobi bisa menyebarkan abu hingga ratusan kilometer melalui bantuan angin, sehingga daerah yang jauh sekalipun bisa terdampak abu vulkanik.
- Aliran Udara yang Menyebar Abu: Angin dapat membawa abu vulkanik ke wilayah yang jauh dari pusat letusan, sehingga daerah di luar radius 100 km pun bisa terpapar abu vulkanik.
- Dampak pada Rute Penerbangan Jarak Jauh: Penyebaran abu ini bisa menimbulkan bahaya di rute yang jauh dari gunung berapi, seperti rute Denpasar-Cengkreng (DPS- CGK). Pesawat yang seharusnya aman dari pusat letusan bisa terpapar abu di jalur udara.
- Efek Terhadap Bandara-Bandara Lain: Karena penyebaran abu yang luas, otoritas penerbangan bisa memperluas wilayah larangan terbang atau menunda penerbangan di bandara-bandara yang berjarak ratusan kilometer dari pusat letusan.
4. Pengaruh Letusan Terhadap Kondisi Cuaca Lokal dan Regional
Letusan gunung berapi dapat menciptakan kondisi cuaca ekstrem di sekitarnya, yang pada akhirnya memengaruhi keamanan penerbangan.
- Awan Abu yang Menghambat Cahaya Matahari: Abu vulkanik yang tinggi di atmosfer dapat menghalangi sinar matahari, menciptakan kondisi langit yang lebih gelap dan menurunkan suhu di sekitar daerah terdampak.
- Gangguan pada Sistem Navigasi Pesawat: Abu vulkanik yang menyebar di udara dapat mengganggu sinyal navigasi atau komunikasi pesawat dengan menara kontrol. Gangguan ini menyebabkan ketidakakuratan dalam navigasi dan komunikasi yang bisa berdampak fatal.
- Cuaca Ekstrem dan Ketidakstabilan Udara: Abu vulkanik di atmosfer dapat memengaruhi kondisi termal dan memicu turbulensi yang tidak terduga. Turbulensi ini membahayakan pesawat, terutama pada ketinggian yang lebih rendah.
5. Penutupan Bandara sebagai Tindakan Pencegahan
Ketika abu vulkanik menyebar, bandara di sekitar area terdampak sering kali harus ditutup untuk menghindari risiko keselamatan.
- Mengurangi Risiko Kerusakan dan Kecelakaan: Penutupan bandara adalah langkah preventif yang diambil untuk mencegah kecelakaan fatal yang mungkin terjadi akibat pesawat yang terpapar abu vulkanik.
- Protokol Keamanan Penerbangan: Otoritas penerbangan memiliki protokol khusus yang melarang penerbangan di area berisiko tinggi saat ada abu vulkanik di atmosfer. Penutupan bandara membantu mematuhi protokol ini.
- Penyesuaian Jadwal Penerbangan: Bandara yang terdampak letusan vulkanik akan mengatur ulang jadwal penerbangan dan menyesuaikan rute untuk memastikan keselamatan penumpang dan kru pesawat.
6. Dampak Ekonomi Akibat Pembatalan dan Penundaan Penerbangan
Letusan gunung berapi dapat mengganggu aktivitas ekonomi, terutama yang berkaitan dengan transportasi udara.
- Kerugian Bagi Maskapai dan Bandara: Penundaan dan pembatalan penerbangan menyebabkan maskapai kehilangan pendapatan. Bandara yang ditutup juga kehilangan pemasukan dari pajak, parkir, dan layanan lainnya.
- Dampak pada Penumpang dan Sektor Pariwisata: Pembatalan penerbangan berdampak pada jadwal perjalanan penumpang dan sektor pariwisata. Destinasi wisata yang bergantung pada akses penerbangan akan merasakan dampak penurunan jumlah wisatawan.
- Biaya Tambahan: Maskapai sering kali harus menyediakan akomodasi atau mengganti tiket untuk penumpang yang terkena dampak pembatalan. Biaya ini menjadi beban tambahan yang memperbesar kerugian bagi maskapai.
Letusan Gunung Lewotobi memberikan gambaran bagaimana fenomena alam ini dapat berdampak serius pada industri penerbangan. Dari risiko teknis yang ditimbulkan abu vulkanik terhadap pesawat, hingga dampak ekonomi akibat pembatalan penerbangan, seluruh aspek ini perlu dipertimbangkan oleh maskapai dan otoritas penerbangan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan penumpang. Langkah-langkah preventif seperti penutupan bandara dan pembatalan penerbangan memang berdampak signifikan, namun langkah ini diambil demi mencegah risiko yang lebih besar. Pemahaman tentang efek letusan gunung berapi di dunia penerbangan akan sangat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam menjaga keselamatan perjalanan udara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H