Mohon tunggu...
Imaduddin Kamal Thoriq
Imaduddin Kamal Thoriq Mohon Tunggu... Konsultan - mahasiswa PWK'19 UNEJ

191910501048 S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Landmark, Kunci Strategis Pemasaran Destinasi Wisata

29 Oktober 2019   13:53 Diperbarui: 29 Oktober 2019   14:04 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang orang pikirkan saat berwisata ke suatu tempat? Tentunya kita akan mencari bangunan atau benda yang menjadi ciri khas tempat tersebut. Seperti Menara Eiffel di Paris, Patung Liberty di New York, Candi Borobudur di Magelang, Monas di Jakarta. Bangunan atau benda-benda tersebut disebut "landmark". 

Landmark adalah salah satu elemen pembentuk city branding  atau citra kota dalam bentuk sebuah bangunan atau tempat yang mudah dikenali, terutama yang dapat digunakan untuk mengecek di mana kita berada. Landmark secara modern juga dapat diartikan sebagai sebuah simbol yang dibuat oleh manusia, dan dapat menjadi ciri khas dari suatu tempat.

Menurut data statistik yang diperoleh dari website statista.com, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2017, rata -- rata wisatawan yang berkunjung ke menara eiffel tiap tahunnya sebanyak 6,59 juta wisatawan.

Sedangkan patung Liberty sendiri dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2018, rata -- rata wisatawan yang berkunjung ke patung Libery tiap tahunnya sebanyak 3,78 juta wisatawan.

Hal ini menunjukkan bahwa  landmark sangat berpotensi besar sebagai sebuah sektor pariwisata. Selain dapat menarik wisatawan asing, landmark juga dapat menarik wisatawan lokal agar datang berkunjung ke daerah tersebut. Hal ini secara tak langsung dapat bermanfaat bagi masyarakat lokal setempat.

Manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan landmark sebagai sektor pariwisata ini, diantaranya yaitu terciptanya lapangan pekerjaan baru, serta dapat meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat setempat.

Di Indonesia sendiri, hampir seluruh kota memiliki landmark, yang menjadi ciri khas dari kota tersebut. Seperti Jakarta dengan Monumen Nasional nya, Bandung dengan Gedung Sate nya, Surabaya dengan tugu pahlwan dan tugu "sura" dan " baya" nya, Bukit Tinggi dengan Jam Gadang nya, dan masih banyak lagi landmark ikonik di setiap kota besar di Indonesa.

Salah satu Kota di Indonesia, yaitu Kota Jember belum memiliki landmark yang ikonik. Padahal, Jember sendiri sudah terkenal dengan City Brandingnya yaitu Jember Fashion Carnavl (JFC) yang sudah mendunia. Bahkan JFC menduduki peringkat pertama sebagai karnaval terbaik se-Asia dan peringkat ketiga di dunia, setelah Rio de Janiero Carnival di Brasil dan Pasadena Flower Carnival di Los Angeles Amerika Serikat.

Dynand Fariz, sang pendiri JFCmeninggal dunia pada 17 April 2019 di RS Jember Klinik karena infeksi saluran pernafasan di usia 55 tahun. Dynand Fariz meninggal dengan mengukirkan karya besar yang membanggakan masyarakat Jember di mata dunia.

Namun ada satu cita-cita Dynand Fariz yang belum tercapai yakni terwujudnya Museum Karnaval di Kabupaten Jember, ia menginginkan Jember memiliki sebuah museum yang nantinya memajang aneka kostum karnaval yang pernah ditampilkan oleh JFC dan karnaval-karnaval di kota lain di Indonesia.

Apabila mimpi itu terwujud, maka tidak menarik kemungkinan Jember akan lebih dikenal melalui landmark tersebut, yaitu Museum Karnaval yang bisa menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Terdapat persoalan di mana Anang Hermansyah, musisi asal Jember mengatakan hajatan JFC yang telah menjadi ikon Kabupaten Jember semestinya dapat memberi efek konkret bagi masyarakat Jember. Menurut Anang, semestinya gelaran JFC yang luar biasa ini dapat disinergikan dengan berbagai sektor untuk mendongkrak perekonomian masyarakat Jember secara keseluruhan.

Dia mengakui dari penyelenggaraan acara JFC dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang pesat. Hanya saja, imbuh Anang, sukses penyelenggaraa JFC ini secara linier harus dapat memberi manfaat kepada masyarakat Jember lainnya khususnya di sektor perekonomian.

Menurut beliau, jangan sampai JFC yang megah ini hadir di tengah-tengah kemiskinan masyarakat Jember. Benefit JFC bukan hanya dinikmati segelintir orang saja, dan merupakan tugas Pemda untuk merajut seluruh potensi.

Musisi asal Jember ini menegaskan, semestinya pemerintah daerah membuat peta jalan yang konkret terkait penyelenggaraan JFC ini agar disinergikan dengan sektor lainnya seperti kuliner, UMKM, pariwisata, pendidikan, pertanian dan sektor unggulan lainnya.

Selain memiliki prospek yang menguntungkan, landmark juga dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah tata ruang kota di daerah yang padat penduduk. Beberapa kota besar memiliki jumlah penduduk yang banyak sehingga berakibat pada semakin minimnya ruang terbuka kota hijau akibat dari pendirian bangunan. Hal ini dapat berpengaruh kepada tingkat stres warga yang tinggal di kota tersebut.

Permasalahan ini tidak bisa disepelekan dan perlu solusi yang tepat untuk memecahkannya. Oleh karena itu, landmark bisa menjadi sebuah solusi yang tepat untuk membantu penaatan ruang kota. Pembangunan landmark bisa berupa pendirian ruang terbuka hijau seperti taman di kawasan padat bangunan.

Taman ini ke depannya bisa digunakan oleh masyarakat sebagai tempat untuk bersantai, atau dapat sebagai tempat singgah para pejalan kaki untuk sekedar berswafoto. Landmark juga bermanfaat bagi daerah berkembang yang ruang kotanya masih luas. Hal ini terkait dengan pemanfaatan ruang kota untuk pembangunan, serta penataan ruang kota yang baik dan rapi.

Landmark merupakan sebuah solusi yang efektif dan efisien dalam menjawab tantangan bagaimana menciptakan sektor pariwisata kreatif. Selain bermanfaat bagi pengembangan pariwisata daerah, landmark juga bisa menjadi salah satu opsi dalam hal penataan ruang kota.

Walaupun pembangunan serta perawatannya terkesan membutuhkan biaya yang cukup besar, pembangunan landmark tidak akan merugikan, sebab landmark punya banyak manfaat bagi pengembangan kota itu sendiri. Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari pembangunan landmark, setiap daerah sudah harus mulai menaruh perhatian lebih terhadap sektor pariwisata ini.

Sumber :

Statista.com, "Number of visitors to the Eiffel Tower in Paris 2011-2017". 9 Agustus 2019. https://www.statista.com/statistics/620227/eiffel-tower-visitor-numbers/ (diakses tanggal 29 Okober 2019)

Statista.com,"Number of visitors to the Statue of Liberty National Monument in the U.S. 2008-2018". 16 September 2019. https://www.statista.com/statistics/254218/number-of-visitors-to-the-statue-of-liberty-in-the-us/ (diakses tanggal 29 Oktober 2019)

Tribunnews.com, "Anang: Jember Fashion Carnival Belum Untungkan Masyarakat". 29 Agustus 2016. https://www.tribunnews.com/tribunners/2016/08/29/anang-jember-fashion-carnival-belum-untungkan-masyarakat?page=all (diakses tanggal 29 Oktober 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun