3. Muhammad Ali
Muhammad Ali adalah salah satu petinju legendaris dunia yang berasal dari Amerika Serikat. Ia dikenal sebagai petinju yang memiliki kecepatan, ketangkasan, kekuatan, dan gaya bertarung yang unik dan menarik. Ia juga dikenal sebagai aktivis sosial dan politik yang membela hak-hak kaum kulit hitam dan minoritas di Amerika Serikat.
Muhammad Ali juga merupakan seorang Muslim yang taat beragama. Ia memeluk Islam pada tahun 1964 setelah bergabung dengan Nation of Islam, sebuah organisasi Islam yang bergerak di bidang perjuangan sosial dan politik bagi kaum kulit hitam di Amerika Serikat. Ia kemudian beralih ke Sunni Islam pada tahun 1975.
Muhammad Ali tidak pernah meninggalkan puasa Ramadan meskipun harus bertanding di atas ring tinju. Ia bahkan pernah menghadapi pertandingan tinju paling bersejarah dalam hidupnya saat sedang berpuasa. Pertandingan itu adalah The Rumble in the Jungle, yaitu pertandingan melawan George Foreman di Kinshasa, Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo) pada tanggal 30 Oktober 1974.
Pertandingan itu berlangsung selama delapan ronde dan berakhir dengan kemenangan Muhammad Ali dengan KO (knock out). Muhammad Ali berhasil mengalahkan George Foreman yang lebih muda, lebih kuat, dan lebih diunggulkan. Muhammad Ali menggunakan taktik rope-a-dope, yaitu taktik untuk membiarkan lawan menyerang terus-menerus sambil bertahan di tali ring sampai lawan kelelahan.
Muhammad Ali mengatakan bahwa puasa Ramadan membantunya untuk menang melawan George Foreman. Puasa membuatnya lebih fokus, lebih tenang, dan lebih percaya diri. Puasa juga membuatnya lebih dekat dengan Allah SWT dan merasakan dukungan dari umat Islam di seluruh dunia.
4. Malala Yousafzai
Malala Yousafzai adalah seorang aktivis pendidikan dan hak asasi manusia asal Pakistan yang menjadi penerima Nobel Perdamaian termuda dalam sejarah pada tahun 2014. Ia dikenal sebagai pejuang pendidikan bagi anak-anak perempuan di Pakistan yang menghadapi ancaman dari kelompok Taliban.
Malala Yousafzai juga merupakan seorang Muslimah yang rajin berpuasa Ramadan. Ia tidak pernah melewatkan puasa meskipun harus menghadapi situasi yang sulit dan berbahaya. Ia bahkan pernah menjadi korban penembakan oleh kelompok Taliban saat sedang pulang sekolah pada tanggal 9 Oktober 2012.
Penembakan itu membuat Malala mengalami luka parah di kepala dan leher. Ia harus menjalani operasi dan rehabilitasi medis selama beberapa bulan di Inggris. Namun, ia tidak menyerah dan tetap berjuang untuk pulih dan melanjutkan pendidikannya.
Malala Yousafzai mengatakan bahwa puasa Ramadan memberinya kekuatan dan motivasi untuk terus berjuang untuk hak-haknya dan hak-hak anak-anak perempuan lainnya. Puasa juga membuatnya lebih bersyukur atas nikmat hidup yang diberikan Allah SWT kepadanya.