Mohon tunggu...
I Made Dwija Putra
I Made Dwija Putra Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

I'm a Journalist and SEO Content Writer with 3 years experience. Write about tech, lifestyle, education, games, automotive, blogging and gatget.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Ketika Nyepi dan Ramadan Bertemu: Sebuah Pelajaran tentang Toleransi dan Kerukunan

24 Maret 2023   14:35 Diperbarui: 24 Maret 2023   14:40 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyepi dan Ramadan adalah dua perayaan keagamaan yang berbeda, tetapi memiliki makna yang mendalam bagi umat Hindu dan Islam. Nyepi adalah hari suci umat Hindu yang jatuh pada tanggal 1 Saka, sedangkan Ramadan adalah bulan suci umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Hijriyah. Kedua perayaan ini memiliki kesamaan dalam hal menjalankan ibadah dengan penuh ketenangan, kesucian, dan ketaatan.

Pada tahun 2023 ini, Nyepi dan Ramadan bertemu pada tanggal yang sama, yaitu 22 Maret. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi umat Hindu dan Islam di Indonesia, khususnya di Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Bagaimana cara mereka menjalankan ibadah masing-masing tanpa mengganggu atau terganggu oleh ibadah lainnya?

Jawabannya adalah dengan toleransi dan kerukunan. Umat Hindu dan Islam di Bali telah menunjukkan contoh nyata bagaimana mereka saling menghormati dan menghargai keyakinan satu sama lain. Mereka telah membuat kesepakatan bersama untuk menjaga ketertiban dan kedamaian selama Nyepi dan Ramadan berlangsung.

Menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, I Nyoman Kenak, pelaksanaan hari keagamaan Hindu bersamaan dengan agama lain seperti Ramadan bukanlah hal baru. Dia mengungkapkan, kondisi tersebut sudah pernah terjadi dan berlangsung dengan lancar dan tertib. Sebab, masyarakat menggunakan landasan nilai toleransi agama.

"Melihat pelaksanaan sebelumnya yang lancar, sehingga pedoman itu yang jadi rujukan," ujar Kenak.

Salah satu pedoman yang dimaksud adalah bahwa umat Islam di Bali dapat melaksanakan shalat tarawih di masjid atau mushola selama Nyepi berlangsung, asalkan tidak menggunakan pengeras suara atau alat musik. Selain itu, mereka juga harus mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Sementara itu, umat Hindu di Bali juga harus mematuhi aturan Nyepi seperti tidak keluar rumah, tidak menyalakan api atau lampu, tidak bekerja atau melakukan aktivitas lainnya. Mereka juga harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah mereka.

Dengan demikian, kedua umat beragama dapat menjalankan ibadah masing-masing tanpa saling mengganggu atau merasa terganggu. Mereka juga dapat saling memberikan dukungan dan doa agar ibadah mereka diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Nyepi dan Ramadan merupakan momen langka yang tidak semua orang dapat merasakannya. Momen ini seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan, dan kebaikan diri sendiri maupun orang lain. Momen ini juga seharusnya menjadi pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya toleransi dan kerukunan antar umat beragama.

Sebagai bangsa yang majemuk, kita harus saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada di antara kita. Kita harus saling menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Kita harus saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun