Mohon tunggu...
imadduddin
imadduddin Mohon Tunggu... Dosen - Banjarmasin

UIN Antasari Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Serangan Jantung Pecinta Sepeda

10 Juni 2019   11:47 Diperbarui: 10 Juni 2019   11:50 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada beberapa hari yang lalu, penulis kembali menghadiri kembali kerabat yang meninggal pada saat menggowes sepeda. Menurut sejumlah pelayat yang berhadir pada saat itu, kerabat yang juga seorang goweser tersebut meninggal dunia karena terjatuh dari sepeda yang ditungganginya, diduga goweser tersebut meninggal karena serangan jantung.

Terkadang bersepeda merupakan olahraga yang melenakan. Duduk di sadel selama berjam-jam adalah sesuatu yang lumarah dan biasa saja. Dalam bersepeda, tidak jarang terjadi sebuah kompetisi melawan diri sendiri. 

Tidak disadari bahwa yang bersangkutan sudah melampaui ambang batas kekuatan fisik alias sudah kelelahan namun dikarenakan gengsi atau malu mengakui kelelahan tersebut tetap saja menggenjot sepeda nya. Dan akhirnya ketika tubuh sudah tidak kuat lagi, tiba-tiba tubuh menyerah terutama jantung berhenti bekerja.

Sejatinya, jantung bisa bekerja dengan ektra dan dapat bekerja melebihi batas normalnya. Biasanya situasi balapan (race) atau menaklukkan tanjakan memaksa jantung bekerja diluar ambang normal namun bagi jantung hal tersebut adalah sesuatu yang biasa terjadi dan tidak menimbulkan masalah yang berarti bagi tubuh dan jantung.

Permasalahannya ada ketika hal tersebut dilakukan berulang-ulang dan tanpa ada proses recovery yang baik. Permasalahan tersebut diperparah dengan usia yang semakin menua. 

Bagi pedalis berusia 20-30 tahun, bukan perkara yang sulit untuk recovery namun bagi yang sudah berusia 40 tahun akan menjadi sebuah masalah. Bagi yang sudah berusia lanjut dan baru bersepeda maka otomatis irama dan kapasitas jantung akan ikut terganggu. Terlebih apabila yang bersepeda ini baru memulai bersepeda sehingga otot jantung nya tidak terbentuk dengan baik. 

Para goweser ini baru mencintai sepeda layaknya pesepeda profesional ketika sudah dewasa, sehingga motivasi yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan kekuatan fisik yang ada pada mereka. Sehingga resiko terkena serangan jantung menjadi besar.

Oleh karena itulah, seorang goweser harus sadar diri mengenai ambang batas kekuatan diri nya apalagi kalau sudah merasa kelelahan. Pertanyaan sederhanya adalah bagaimana kita mengetahui bahwa kita sudah melewati ambang batas kekuatan diri itu?

Barangkali delapan pertanyaan berikut ini dapat menjadi patokan bagi para goweser apakah sudah melewati ambang batas tersebut. Semakin banyak jawaban dari pertanyaan yang anda rasakan, maka dapat menjadi lampu kuning bagi goweser untuk sadar diri dan tidak memaksakan diri.

Pertanyaan tersebut yaitu

  • Apakah anda pernah merasakan nyeri di dada pada saat bersepeda?
  • Apakah anda pernah merasakan sesak napas yang tidak bisa dijelaskan akar penyebabnya?
  • Apakah anda pernah merasakan pusing, bernapas tersengal-sengal dan tidak berhenti meskupun anda selesai bersepeda?
  • Apakah anda memiliki kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh anda?
  • Apakah anda memiliki tingkat tekanan darah yang tinggi?
  • Apakah anda memiliki diabetes?
  • Apakah anda seorang perokok atau mengalami kegemukan?
  • Apakah anda memiliki riwayat di dalam keluarga yang mengalami serangan jantung?

Delapan pertanyaan tersebut bukanlah mutlak menjawab status kesehatan anda sekarang, pertanyaan tersebut hanya petunjuk terkait status kesehtan anda. Status kesehatan anda yang sesungguhnya hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan kesehatan di tenaga kesehatan yang kompeten.

Sebagai penutup, pelajaran yang dapat di ambil dari kejadian serangan jantung pada goweser pada saat mengayuh sepeda nya adalah bahwa :

  • Niatkan dalam hati, bahwa kita bersepeda untuk mendapatkan kesehatan bukan sebaliknya bersepeda untuk mendapatkan kesakitan. Yakinkan dalam diri goweser bahwa bersepeda bukan untuk kecepatan tapi untuk kesehatan.
  • Sebelum dan sesudah bersepeda maka harus di diimbangi dengan istirahat yang cukup. Jangan paksa tubuh untuk melakukan aktivitas yang membuat tubuh semakin lemah.
  • Kenali diri sendiri, setiap tubuh manusia akan mengirimkan sinyal-sinyal apabila mengalami masalah. Sama seperti sepeda yang bermasalah atau rusak juga yang akan mengirimkan sinyal tidak enak ketika di kayuh.
  • Ragu-ragu lebih baik kembali. Jangan mengambil resiko. Kalau patut diduga akibat yang ditimbulkan lebih besar dari pada manfaat yang diperoleh.

Semoga bersepeda dapat membuat kita menjadi lebih sehat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun